033371200 1644306795 830 556

Rais Aam PBNU Imbau Akhlak Dijadikan Pijakan di Era Disrupsi

JAKARTA – Perubahan zaman membawa dampak yang cukup menggembirakan namun disisi lain cukup menghawatirkan, seringkali kebenaran tertutupi oleh sesuatu yang tidak benar maka akhlak yang baik menjadi satu penuntun untuk dapat bertahan ditengah era disrupsi seperti sekarang. Santri diharapkan tidak tercerabut dari akar kesantrianya yang segala sesuatunya dimulai dari akhlak yang mulia karena akhlak merupakan ajaran pertama yang didapatkan oleh seorang santri.

Dilansir dari laman republika.co.id Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar mengimbau kepada para santri untuk mengedepankan akhlak di era disrupsi sekarang ini. Karena, menurut dia, era disrupsi dipenuhi dengan kesamaran antara yang haq (benar) dan yang batil.

Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunah Surabaya ini mengatakan, zaman disrupsi menjadikan sahibul amanah (orang yang bisa dipercaya) justru kalah dengan para pembohong.

“Umat Islam, terutama kaum santri, harus bisa mengekang, mengendalikan diri, zaman disrupsi itu dengan mengedepankan akhlak. Akhlak menjadi pijakan kita bermasyarakat di tengah zaman yang terus berubah,” kata Kiai Miftach dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id Senin (9/10/2023).

Hal itu disampaikan Kiai Miftach saat membuka “Ngaji Revolusi Mental” yang digelar di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan Surabaya pada Ahad (8/10/2023). Kegiatan Ngaji ini mengangkat sejumlah tema Revolusi Mental terkait nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia, seperti gotong royong, etos kerja dan integritas kepribadian.

Sebagai narasumber, Ketua PBNU Prof M Mukri menekankan pentingnya sikap gotong-royong dan menjaga persatuan. Menurut dia, persatuan yang kokoh akan menjadikan bangsa ini tidak mudah tercerai-berai.

“Islam sangat mementingkan persatuan dan saling menolong, sebagaimana diamanahkan KH Hasyim Asy’ari dalam Qanun Asasi Nahdlatul Ulama dan Risalah Ahlussunnah waljamaah. Ini merupakan modal kita menuju masa depan yang lebih baik,” ujar Prof Mukri.

Sementara itu, Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan, Kemenko PMK Andre Notohamijoyo menegaskan pentingnya menjaga identitas bangsa, termasuk dalam hal kreativitas. Pengaruh yang jelas bisa dilihat dari gandrungnya masyarakat terhadap produk asing. Seperti drama Korea, dan film animasi dari negeri jiran Malaysia, Ipin Upin.

“Dengan menjaga identitas dan menghargai budaya kita kita menemukan jati diri. Dengan menjaga identitas dan budaya kita sendiri kita akan mencapai tujuan yang dicita-citakan para Pendiri Bangsa,” kata Prof Mukri.

Selain menghadirkan Prof Mukri dan Andre Notohamijoyo, kegiatan Ngaji Revolusi Mental ini juga menghadirkan Katib Syuriyah PBNU KH Nurul Yakin Ishaq dan Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur KH M Ma’ruf Khozin.

Dalam sambutannya, Ketua Penyelenggara PBNU, H Choirul Sholeh Rasyid menjelaskan, kegiatan “Ngaji Revolusi Mental” merupakan perwujudan kerjasama PBNU dengan Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

“Kegiatan ini rangkainnya diadakan di pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah,” jelas dia.

 

 

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

060567700 1740995185 830 556

Santri Dari Mutholaah Kitab Kuning Ke Digital

JAKARTA — Santri bukan sekedar pembelajar di pondok pesantren namun lebih jauh santri menjadi penjaga …

082479700 1601026076 830 556

Kiprah Pendiri Pesantren Lirboyo di Medan Perang Kemerdekaan

Jakarta – KH. Abdul Karim atau yang biasa disapa Mbah Manab muassis Pondok Pesantren Lirboyo …