dalil maulid nabi
maulid nabi

Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

Umat Islam di seluruh dunia termasuk di Indonesia baru saja merayakan peringatan hari mauled Nabi besar Muhammad SAW yang jatuh pada hari jumat tepatnya tanggal 12 Rabiul Awal Hijriyah. Berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan oleh umat Islam mulai dari rumah mesjid hingga kampung-kampung merayakan hari besar ini sebagai tanda dan wujud kecintaan terhadap nabi Muhammad Saw.

Di Mesir dan Indonesia bahkan menjadikan hari besar ini sebagai momentum mereflefsikan diri dalam berbangsa dan bernegara apalagi di tengah situasi saat ini yang sarat dengan berbagai masalah. Umat Islam meyakini bahwa Rasulullah SAW adalah nabi pembawa rahmat bagi umat manusia dan kepada dirinya kita bercermin dalam segala gerak gerika kehidupan kita di dunia ini.

Dalam Surah Al-Ahzab ayat 21, Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”(QS. Al-Ahzab: 21)

Ayat ini menjadi dasar utama bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah teladan agung yang patut diikuti oleh seluruh umat manusia. Para ulama sepakat bahwa tidak ada sosok yang lebih sempurna dalam mencerminkan akhlak, moral, dan sikap hidup yang mulia selain Rasulullah SAW.

Meneladani Rasulullah bukan hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu saja. Keteladanan beliau mencakup seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali. Baik orang miskin maupun orang kaya, baik rakyat biasa maupun penguasa, baik orang lokal maupun asing, semua memiliki ruang dan kesempatan untuk meneladani beliau. Mengapa? Karena kehidupan Rasulullah SAW sendiri begitu kaya akan dinamika yang mencerminkan seluruh fase dan lapisan kehidupan manusia.

Rasulullah SAW adalah sosok yang telah melalui berbagai fase hidup yang beragam dan kompleks. Sejak kecil, beliau sudah merasakan pahitnya kehilangan. Ayahnya wafat saat beliau masih dalam kandungan, dan ibunya wafat ketika beliau baru berusia enam tahun. Masa kecil beliau penuh dengan kesepian, namun hal itu tidak membuatnya lemah. Justru dari situlah tumbuh karakter kemandirian dan kesabaran.

Saat miskin, beliau bekerja keras membantu keluarganya. Bahkan di usia muda, beliau sudah berdagang ke negeri Syam. Ketekunan dan kejujurannya membuatnya dijuluki Al-Amin (yang dapat dipercaya), jauh sebelum beliau diangkat menjadi Nabi.

Ketika berada dalam tekanan dan penindasan, beliau tetap teguh pada pendirian dan tidak pernah mengorbankan prinsip demi keuntungan pribadi. Kejujuran dan konsistensinya menjadi pembeda utama di tengah masyarakat Quraisy yang saat itu sarat dengan kebohongan dan kesyirikan.

Saat beliau menjadi orang yang berkecukupan, Rasulullah SAW tidak larut dalam kekayaan. Sebaliknya, beliau menjadi sangat dermawan, membantu yang lemah, memuliakan anak yatim, dan menyantuni kaum dhuafa.

Ketika masih ummi (tidak bisa membaca dan menulis), beliau tetap bersungguh-sungguh dalam memahami wahyu yang diturunkan. Dengan bimbingan wahyu Allah, beliau kemudian menjadi sumber ilmu pengetahuan dan inspirasi bagi umat Islam hingga hari ini.

Saat beliau menjadi pemimpin, Rasulullah menunjukkan sifat-sifat kepemimpinan yang luar biasa: adil, bijaksana, rendah hati, dan mampu menjadi rujukan dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik dalam skala pribadi, keluarga, masyarakat, maupun negara.

Peta Kehidupan Rasulullah: Cermin bagi Umat

Setiap fase kehidupan Rasulullah SAW mengandung nilai pelajaran yang mendalam. Ketika beliau yatim, kita belajar tentang keteguhan hati dan ketergantungan hanya kepada Allah. Ketika beliau bekerja keras dalam kemiskinan, kita belajar tentang tanggung jawab dan etos kerja. Saat beliau kaya, kita diajarkan makna keberkahan dan kepedulian sosial. Ketika tertindas, kita melihat bagaimana kesabaran menjadi kunci kemenangan. Dan ketika beliau berkuasa, kita menyaksikan kepemimpinan yang adil dan penuh kasih.

Oleh karena itu, umat Islam tidak memiliki alasan untuk tidak menjadikan Rasulullah SAW sebagai panutan. Tidak ada satu pun kondisi hidup manusia yang tidak tercermin dalam kehidupan Rasulullah. Baik dalam suka maupun duka, dalam kesederhanaan maupun kejayaan, Rasulullah telah menapaki semuanya dengan penuh hikmah.

Dalam momentum Maulid Nabi, kita tidak hanya memperingati hari kelahiran beliau, tetapi juga harus menjadikannya sebagai sarana introspeksi dan revitalisasi iman. Sudahkah kita meneladani beliau dalam kehidupan sehari-hari? Sudahkah kita menanamkan akhlak beliau dalam keluarga, pekerjaan, dan masyarakat kita?. Meneladani Rasulullah bukan perkara seremonial, tetapi komitmen hidup. Mari kita hidupkan kembali semangat keteladanan beliau dalam setiap langkah kita. Karena sesungguhnya, dalam diri Rasulullah SAW telah ada teladan terbaik bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang mulia di dunia dan akhirat. wallahu aalam

Bagikan Artikel ini:

About Dr. Suaib Tahir, Lc, MA

Anggota Mustasyar Diniy Musim Haji Tahun 2025 Staf Ahli Bidang Pencegahan BNPT Republik Indonesia

Check Also

bondi sidney

Mengapa Antisemitisme Kembali Menguat?

Beberapa hari lalu, sebuah peristiwa di Pantai Bondi, Sydney, kembali menarik perhatian masyarakat internasional. Insiden …

barang natal

Natal Bersama Dituding sebagai Pendangkalan Aqidah, Benarkah demikian?

Desember 2025 akan mencatat sejarah baru bagi Indonesia. Untuk pertama kalinya sejak kemerdekaan, Kementerian Agama …