guru
guru

Relasi Guru dan Murid di Era Disrupsi

Khutbah I

  اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Menjadi keharusan bagi kita semua untuk menguatkan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dalam wujud senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Di antara perintah Allah yang disampaikan melalui Rasul-Nya adalah perintah kepada kita untuk mencari ilmu. Kewajiban ini sudah disebutkan dalam hadits Rasulullah:

  طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: “Mencari ilmu diwajibkan atas setiap orang Islam,” (HR Ibnu Majjah).

Dalam mencari ilmu, ada elemen-elemen penting yakni adanya guru dan murid. Dua elemen ini harus memiliki keterikatan batin sehingga ilmu yang disampaikan dan didapat bisa menjadi nur (cahaya) yang akan menerangi peradaban dunia. Terlebih di era modern yang mengarah kepada era disrupsi saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memudahkan kepada siapa pun untuk mendapatkan informasi apa pun. Oleh karena itu menyongsong Hari Guru pada 25 November, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul: “Guru, Murid, dan Pendidikan di Era Disrupsi”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Era disrupsi adalah masa di mana inovasi seperti teknologi mengubah sistem dan tatanan lama yang sudah ada secara fundamental. Era ini menciptakan perubahan besar-besaran dalam berbagai aspek kehidupan seperti bisnis, sosial, dan kebiasaan. Era disrupsi telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan.

Teknologi digital, kecerdasan buatan, media sosial, dan pola belajar baru membuat hubungan antara guru, murid, dan proses pendidikan mengalami pergeseran signifikan. Pada titik inilah peran guru dan murid perlu dipahami ulang, bukan untuk meninggalkan nilai-nilai lama, tetapi untuk memperkuat peran mereka agar tetap relevan di tengah perubahan cepat yang terjadi.

Di masa lalu, guru sering dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Namun di era disrupsi, informasi begitu mudah didapat bahkan dalam hitungan detik. Kendati demikian, kehadiran guru justru semakin penting. Guru bukan lagi sebatas pengajar, tetapi pembimbing yang mampu menyaring informasi yang tepat dan terpercaya, menumbuhkan karakter, empati, dan integritas pada peserta didik, serta menjadi teladan kedisiplinan dan keikhlasan dalam belajar sepanjang hayat.

Guru juga bertugas mengarahkan murid agar memanfaatkan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab, sekaligus membentuk kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Karena itu, guru dituntut terus belajar, meng-upgrade kemampuan digital, dan memadukan metode tradisional dengan teknologi modern. Guru hebat bukan yang paling canggih menggunakan gawai, tetapi yang mampu menempatkan teknologi sebagai washilah (alat), bukan ghayyah (tujuan).

Sementara itu, Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Murid hari ini adalah generasi “digital native” yang lahir dan tumbuh di tengah internet, smartphone, dan media sosial. Mereka memiliki akses belajar yang luas dan cepat, namun tantangan yang dihadapi juga besar. Mereka rentan terdistraksi atau terkontaminasi oleh konten hiburan. Mereka juga menghadapi kesulitan membedakan informasi benar dan hoaks, mudah terpengaruh budaya instan, dan sering kali belum memiliki keterampilan literasi digital maupun literasi data yang memadai.

Karena itu, murid perlu diberi ruang untuk berkembang tetapi tetap dibimbing dengan etika dan kontrol yang jelas. Mereka harus diarahkan menjadi pembelajar aktif, bukan hanya konsumen pengetahuan. Kemandirian belajar, kemampuan menyeleksi sumber, serta kemampuan mengelola waktu menjadi kompetensi penting yang harus diasah sejak dini.   Al-Qur’an telah mengingatkan umat Islam untuk melakukan seleksi dalam menerima informasi:

  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujurat: 6)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Pendidikan berbasis karakter harus tetap menjadi fondasi utama, karena kemajuan teknologi tanpa moralitas hanya akan melahirkan generasi yang cerdas tetapi rapuh secara mental dan moral. Pendidikan juga harus dibangun dengan kolaborasi kuat antara guru, murid, dan orang tua agar proses belajar lebih terarah dan terukur.

Keberhasilan pendidikan di era disrupsi terletak pada sinergi yang kuat antara guru dan murid dan elemen terkait seperti orang tua dan pemerintah. Era disrupsi bukanlah ancaman bagi dunia pendidikan, melainkan peluang besar untuk menciptakan ekosistem belajar yang lebih inovatif, humanis, dan relevan. Selama guru tetap berkomitmen mendidik dengan hati dan murid terus belajar dengan tekun, pendidikan akan selalu menemukan jalannya menuju kemajuan.

Guru dan murid laksana orang tua dan anak sebagaimana hadits Rasulullah yang termaktub dalam Kitab Nushus Min At-Turats At-Tarbawi Al-Islami. Mari renungi penjelasan Syekh Fathi Hasan Malkawi ini:

قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: (خَيْرُ الْآبَاءِ مَنْ عَلَّمَكَ). وَقَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: (إِنَّمَا الْمُعَلِّمُ أَبٌ لَكُمْ، مِثْلُ الوَالِدِ لِوَلَدِهِ).

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baik orang tua adalah orang yang mengajari ilmu terhadap kalian.

Juga sabda Rasulullah: Sesungguhnya guru itu adalah bapak kalian, sebagaimana orang tua terhadap anaknya.”   Semoga pendidikan kita bisa benar-benar menghantarkan dunia menuju peradaban mulia yang tetap kuat dalam menghadapi perubahan zaman. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

  اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

  اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

  عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

https://islam.nu.or.id

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

banjir

Teologi Lingkungan dalam Islam: Membaca Bencana Sumatera sebagai Peringatan dan Pelajaran

Gelombang bencana yang melanda Sumatera dalam beberapa waktu terakhir—banjir bandang di Padang, longsor di Sibolga, …

Ahmad Muzani di Makkah

Di Makkah, Ketua MPR Ahmad Muzani Paparkan Pancasila sebagai Titik Temu Keberagaman Indonesia

Makkah — Ketua MPR RI Ahmad Muzani menjadi salah satu pembicara dalam peluncuran Platform Elektronik …