Edin Dzeko
Edin Dzeko

Saat Kecil, Striker AS Roma Ini Pernah Jalani Puasa di Tengah Kecamuk Perang

Roma – Striker AS Roma asal Bosnia Herzegovina, Edin Dzeko merupakan salah satu bintang Gialorosi dengan bayaran selangit. Mantan striker Manchester City ini mendapat gaji sebesar 4,5 juta euro (65 miliar rupiah) per musim.

Dengan pendapatan itu, Dzeko bisa terbilang bisa hidup mewah. Bahkan, pria yang kini berusia 33 tahun tersebut bisa membeli beberapa mobil sport dengan mudah. Kehidupan Dzeko sangat mewah.

Namun kekayaan yang dimilikinya itu tidak diraih dengan mudah. Edin Dzeko yang merupakan seorang Muslim menceritakan kehidupannya yang menyedihkan ketika usianya masih enam tahun.

Dia menceritakan, dirinya sudah diajari berpuasa di bulan Ramadan oleh kedua orang tuanya sejak kecil. Ujian yang ditempuhnya saat bulan Ramadan sangatlah sulit. Dia harus berpuasa pada saat Bosnia dilanda perang.

Bosnia dilanda konflik bersenjata internasional pada Maret 1992 hingga November 1995. Konflik ini melibatkan Bosnia dan Republik Federal Yugoslavia (kemudian berganti nama menjadi Serbia dan Montenegro) serta Kroasia.Konflik tersebut dilakukan oleh 35 orang kelompok bersenjata Garda Kroasia/pasukan Kroasia di bawah pimpinan Dobrosav Paraga, yang berakibat memicu terjadinya perang antara pihak Kroat Bosnia dengan Serbia Bosnia.

Selanjutnya pertempuran antara Serbia Bosnia dengan Kroat Bosnia tidak saja terjadi di bagian utara wilayah Bosnia Herzegovina akan tetapi juga di wilayah-wilayah lainnya dimana terdapat kepentingan yang sama antara Serbia Bosnia dan Kroat Bosnia.

“Saat sahur, tidak ada banyak waktu untuk makan. Saya sangat takut setiap hari. Kami harus bersembunyi ketika terdengar suara tembakan dan suara bom,” ucap pria yang lahir di Sarajevo, ibukota Bosnia tersebut, dikutip dari hotterthanapileofcurry.

“Pada saat itu, Anda bisa ditembak kapan saja. Setiap hari, saya menangis. Itu sungguh mengerikan,” kata Edin Dzeko, yang bergabung ke AS Roma sejak 2015 itu.

Dzeko menceritakan, rumah yang ditempatinya bersama kedua orang tua rata dengan tanah akibat perang di Bosnia. Tidak punya rumah membuat Dzeko mengungsi ke rumah kakeknya. Di rumah berukuran 35 meter persegi itu, dia harus tinggal dengan belasan keluarganya.

“Rumah saya hancur. Jadi kami menumpang di rumah kakek dan nenek saya. Semua keluarga saya ada di sana, mungkin 15 orang tinggal di sebuah apartemen dengan ukuran 35 meter persegi,” katanya menceritakan.

“Semua keluarga saya menyadari, setiap hari di Bosnia akan ada seseorang yang meninggal karena perang,” ujar pria berpostur 193 cm tersebut.

Konflik itu telah lama berakhir. Dzeko langsung memanfaatkan hal itu untuk bermain sepak bola dengan rekan-rekannya.

“Banyak anak-anak yang menendang bola di sekitar jalan, termasuk saya. Ketika perang telah berakhir, saya menjadi jauh lebih kuat secara mental. Terima kasih Tuhan perang telah usai,” ujarnya mengakhiri.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Pelatihan Guru di Serang 1

Era Digitalisasi, Perlu Strategi Baru Bentengi Generasi Muda dari Intoleransi dan Radikalisme

Serang – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei harus bisa …

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar copy

Bulan Syawal Kesempatan Umat Islam Jadi Ahli Zikir

Jakarta – Bulan Syawal adalah kesempatan umat Islam menjadi hamba-hamba Allah yang ahli zikir. Syawal sendiri memiliki …