Sabar, satu kata yang banyak sekali didengar sebagai himbauan, nasehat hingga pesan moral. Ketika mendapat musibah, orang akan menasehati: yang sabar. Ketika menghadapi ujian dan cobaan, kata sabar segera meluncur dan terdengar.
Sebenarnya sabar bukan sekedar sikap yang kuat dan tabah dalam menghadapi cobaan dan ujian. Sabar lebih dalam maknanya dari sekedar sikap menerima kenyataan. Begitu pula keutamaan sabar sangat luar biasa karena kekuatannya yang sangat luar biasa.
Hari ini kita membutuhkan arti sabar yang sebenarnya. Sabar seolah menjadi sumber daya manusia yang semakin langka. Orang mudah bertindak aneh menyalahi norma, melanggar etika, dan bahkan bertentangan dengan akal sehat, karena hilangnya sabar.
Ketakutan terbesar dari hilangnya sumber daya di bumi ini bukan sekedar keterbatasan sumber daya alam yang semakin menipis. Namun, tidak kalah pentingnya adalah sumber daya sikap sabar yang semakin langka.
Lihatlah fenomena dari semakin banyak orang mengalami gangguan mental, tekanan psikologis, depresi, trauma, perbuatan bejat dan sadis. Banyak berita menghiasi laman bacaan kita dari anak membunuh orang tua, orang tua menganiaya anak, orang bunuh diri, dan berbagai anomali yang sangat meresahkan.
Kita bisa lihat dalam kehidupan sehari-hari. Orang bisa memaki-maki dan bahkan ribut karena persoalan tidak mau mengalah di jalanan. Sepele, tetapi itu terus berulang terjadi, hingga hari ini, detik ini dan saat anda membaca tulisan ini. Atau anda bisa menengok dunia yang lebih abstrak, media sosial, orang mudah memaki, terpedaya, dan mudah meluapkan emosi dengan komentar yang sangat sadis.
Manusia sedang mengalami krisis besar, hilangnya daya sabar dalam dirinya. Sabar itu mulia. Tetapi sabar bukan sekedar sikap, tetapi cara pandang. Sabar merupakan cara manusia melihat kondisi kenyataan dan perubahan dari kenyataan yang tak terduga. Sabar juga merupakan cara menyikapi kenyataan dan bagaimana beradaptasi dengan perubahan kenyataan.
Mari kita lihat bagaimana Islam memberikan ajaran penting dalam menjelaskan sabar. Islam mengelompokkan sabar sebagai cara pandang dan sikap dalam, setidaknya, tiga hal. Pertama, bersabar dalam kebaikan. Bersabar bukan sekedar tentang menerima ujian dan cobaan, tetapi pertama kali sabar yang utama adalah bersabar dalam kebaikan untuk mencari ridho Allah.
Dalam Surat Ar Ra’d : 22 dijelaskan : Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan,.. Ayat ini menggambarkan sabar pada fase awal adalah tentang konsistensi menjalani kebaikan.
Sabar pada fase utama ini menjadi sangat penting sebagai landasan dalam melihat dunia. Orang bersabar dengan ibadahnya dan kebaikannya dengan tanpa pamrih sekedar mencari ridho Allah. Orang bersabar dengan shalatnya meskipun ia merasa dunia tidak adil pada dirinya.
Orang bersabar dengan kebaikannya meskipun lingkungan sekitar sedang tidak baik bagi dirinya. Sabar mengajarkan konsistensi sikap tentang kebaikan. Berbuat baik tidak harus menunggu kebaikan dari orang lain. Dan berbuat baik tidak harus menunggu imbalan dari orang lain. Itulah sabar yang paling pokok.
Kedua, bersabar menahan diri dari keburukan. Dalam lanjutan surat di atas : serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” (QS. Ar-Ra’d: 22), sabar yang kedua yang tidak kalah pentingnya adalah sabar meninggalkan keburukan. Ini sebenarnya ujian sebenarnya bagi orang yang sabar. Mampukah seseorang bersabar untuk tidak melakukan keburukan saat lingkungan mengajak untuk melakukan keburukan.
Sabar dalam definisi ini menjadi sangat penting diterapkan dalam kondisi saat ini. Di saat kejahatan seperti korupsi, minuman keras, zina dan pembunuhan merajalela, sangguhkah kita bersabar untuk tidak mudah terpengaruh dengan kondisi tersebut. Di saat media sosial dipenuhi dengan hingar-bingar kicauan yang memuakkan dan menjijikkan, sanggupkah kita bersabar untuk menahan diri dari segala keburukan?
Ketiga, bersabar dari ujian, cobaan, bencana dan ketakutan. Inilah makna sempit dari sabar yang sering banyak dibicarakan. Sabar seperti ini sudah sepatutnya menjadi cara kita mengatasi permasalahan hidup.
Allah berfirman : Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155). Berbagai permasalahan hidup yang kita hadapi saat ini adalah bagian dari ujian Tuhan kepada manusia. Kesabaran adalah kunci untuk mencapai janji Allah tentang kegembiraan dan kebahagiaan.
Sabar saat ini menjadi barang langka. Emosi kemarahan, keterpurukan, dan depresi seringkali menghinggapi manusia dengan banyaknya persoalan hidup. Kembali lah kepada sikap sabar. Sabar tidak hanya saat menghadapi ujian, tetapi sabar ketika menjalankan segala kebaikan dan sabar untuk konsisten menolak keburukan.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah