hari ibu
hari ibu

Selamat Hari Ibu: 5 Aspek Peran Ibu Dalam Membentuk Karakter Anak

Pada tanggal 22 desember diperingati sebagai hari ibu. Kita ketahui bersama seorang ibu mempunyai peran sentral dalam membentuk karakter anak. Ibu sebagai sosok yang paling dekat dan memiliki ikatan yang paling kuat dengan anak semenjak anak dalam kandungan. Ikatan psikologis antara ibu dan anak ini disebut maternal bonding. Maternal bondng merupakan dasar penting dalam pembentukan karakter anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan kepada orang lain (trust) pada anak. Selain hubungan kedekatan psikologis.

Pola asuh orangtua terutama ibu sangat berpengaruh terhadap pembentukankarakter anak. Pola asuh ibu dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. Pola asuh otoriter mempunyai ciri orangtua tua atau ibu yang membuat semua keputusan dan mengharuskan anak untuk tunduk, patuh tanpa bertanya pada keputusannya. Pola asuh demokratis memunyai cirikhas pola asuh yang memberikan kesempatan anak untuk berdiskusi membicarakan apa yang anak inginkan. Sedangkan pola asuh permisif mempunyai karakteristik memberikan kebebasan yang luas dengan minim pengawasan dan kontrol dari orangtua.

Keberadaan seorang ibu yang menjadi sosok paling dekat dengan anak, menjadi orang kepercayaan pertama bagi anak merupakan posisi yang strategis untuk membentuk atau membimbing anak. Memberikan teladan, menanamkan nilai-nilai sejak dini, membanguan komunikasi yang baik adalah cara-cara menanamkan karakter pada anak. Secara rinci,beberapa hal yang bisa dilakukan seorang ibu dalam membentuk karakter anak yang baik adalah sebagai berikut:

Pertama, Prenatal Education

Pendidikan anak sudah dimulai semenjak anak masih dalam kandungan. prenatal education ini biasa di sebut indirect education yang bisa dilakukan oleh ibu yang mengandungnya. peneitian mengatakan bahwa bayi yang dalam kandungan dapat mendengarkan, merasakan dan menerima stimulasi yang diberikan dari luar.

Berbagai penelitian telah membutikan pendidikan prenatal mempunyai dampak positif untuk perkembangan intelejensi dan karakter anak. Sebuah penelitian yang dilakukan di bangkok yang dipimpin oleh C. Phantura Amphon menemukan bahwa bayi yang diberikan stimulasi pralahir cepat mahir bicara, menemukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum dengan spontan, lebih tanggap dan juga mengembangkan pola sosial yang lebih baik saat ia dewasa.

Menurut Ibnu Qoyyim Al-Jauziah konsep pendidikan prenatal meliputi: Pertama, fungsi pendengaran, penglihatan dan hati sejak bayi dalam kandungan, kedua, sikap orangtua jauh sebelumnya yaitu pada saat memilih pasangan, menikah, melakukan hubungan suami istri, memohon anak, mengandung dan melahirkan, ketiga, perkembangan janin dari proses pembuahan (nutfah), mulai berbentuk segumpal darah (‘alaqah), dan segumpal daging (mudlgah). Aspek- aspek yang mempengaruhi pendidikan prenatal menurut ibnu qoyyim adalah aspek makanan dan lingkungan.

Kedua, Memberikan Teladan Yang Baik

Keteladanan adalah unsur penting dalam mendidik. Banyak ahli yang mengatakan metode mendidik dengan keteladanan paling efektif. Ini disebabkan sifat alami anak yang akan lebih cepat menangkap hal-hal yang konkrit dibandingkan hal yang abstrak. Memberikan teladan berarti memberikan contoh berupa tidakan, perkataan, ataupun sikap kepada anak. Seorang ibu adalah mendidik pertama yang di jadikan role model atau contoh bagi anak- anaknya.

Cara ibu berbicara, bersikap/berprilaku, beramal, beribadah dan bersosialisasi akan dicontoh oleh anak. Karenanya seorang ibu harus memberikan contoh-contoh yang baik mulai dari perkataan sampai pada perbuatannya. Seorang ibu yang suka berbicara tidak sopan, mengumpat mencaci akan mencetak anak-anak pencaci. Begitupun ibu yang berperilaku kasar kepada anak seperti sering memukul, mencubit akan menjadikan anak yang berkarakter kasar nantinya. Selain menjadikan dirinya teladan, ibu juga harus bekerja sama bersama ayah dan anggota keuarga yang lain untuk sama-sama memberikan teladan yang baik. Karena anak adalah peniru ulung yang sangat mudah mengikuti apapun yang dilihat disekitarnya.

Selain itu, ibu bisa membiasakan menceritakan kisah-kisah keteladanan rasulullah saw dan para sahabat. Kisah-kisah keteladanan ini bisa dijadikan cerita sebelum tidur. Cerita yang dibacakan sebelum tidur akan diserap dalam alam bawah sadar anak, sehingga menjadi salah satu input atau acuan dalam berperilaku.

Ketiga, Menanamkan Karakter Yang Baik

Menanamkan karakter yang baik harus dimulai sedini mungkin. karakter jujur, disiplin, dan bertanggung jawab adalah diantara karakterprioritas yang harus diajarkan semenjak kecil. Kejujuran adalah karakter yang paling urgen untuk ditanamkan. menanamkan karakter jujur harus dimulai dengan pembiasaan setiap hari. hal yang pertama adalah memberikan contoh kepada anak untuk selalu sesuai antara perkataan dan perbuatan.

Seringkali terjadi seorang ibu berbohong kepada anak hanya agar anak tidak menangis, seperti pergi secara diam-diam, atau mengatakan pada anak bahwa ia akan pergi sebentar padahal kenyataannya ibu pergi untuk kerja seharian. pembiasaan jujur ini juga bisa dilakukan dengan memahamkan anak akan hak milik. misalnya ketika anak pulang membawa mainan teman, ibu harus memberi tahu bahwa mainan itu bukan miliknya dan mewajibkan anak untuk mengembalikannya. Hal lain yang perlu dibiasakan adalah mengajarkan anak untuk tidak menyontek di sekolah. Selain memberikan pemahaman bahwa menyontek itu perbuatan yang tidak baik, ibupun harus mempunyai paradigma yang berorientasi pada proses bukan hasil. Hal yang tak kalah penting agar anak mempunyai karakter jujur adalah,ibu tidak marah ketika anak mengakui telah melakukan kesalahan. begitu juga dengan karakter kedisiplinan anak, ibu bisa membiasakan dengan hal-hal yang sederhana seperti membuat kesepakatan dengan anak.

Kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berkembang menjadi karakter ketika mereka dewasa sehingga mereka akan melakukan hal-hal yang sudah diajarkan tersebut secara otomatis, dengan kesadaran sendiri tanpa perintah atau paksaan dari orang lain.

Keempat, Melatih Kemandirian

Kemandirian adalah karakter penting yang harus ditanamkan pada anak sejak dini. karakter mandiri yang akan membimbing anak kelak untuk tidak menyusahkan dan bergantung pada orang lain. kemandirian juga akan membawa anak menjadi pribadi yang kuat dan tabah dalam menghadapi berbagai kesulitan dan cobaan hidup. Dengan kemandirian, manusia merasa bahwa dirinya bertanggung jawab terhadap dirinya dan memahami bahwa untuk mendapat sesuatu dibutuhkan proses. Melatih kemandirian bisa dimulai dari hal yang sederhana seperti mengajarkan anak untuk makan sendiri sejak balita. Hal ini tampak sederhana tetapi dampaknya sangat besar bagi perkembangan anak.

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengajarkan anak makan sendiri. misalnya dengan menyediakan kursi khusus agar anak bisa makan bersama anggota keluarga dimeja makan sehingga anak melihat dan meniru cara orang dewasa makan. ajarkan anak untuk makan di rumah bukan dihalaman atau dijalan, sediakan waktu khusus untuk mengajari anak makan di dalam rumah. Cara lainnya adalah dengan menciptakan suasana menyenangkan saat makan, ibu bisa mendesain menu makanan dalam bentuk yang unik sehingga anak tertarik untuk mengambilnya.

Tidak lupa ibupun harus mengapresiasi dengan memberikan anak pujian saat anak bisa makan sendiri. mengajarkan kemandirian harus beretahap sesuai dengan tingkatan usia. saat anak usia 5 tahun anak sudah bisa diajarkan untuk melakukan aktifitas mandi cuci kakus (mck) sendiri. Meskipun diusia ini masih harus diikuti pengawasan orangtua. ketika anak usia 6 tahun, ia sudah bisa diajarkan untuk tidur sendiri. Begitupun ketika anak sudah memasuki bangku sekolah, ibu perlu mengajarkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah secara mandiri, meskipun bantuan tetap diberikan oleh ibu seperti memberikan penjelasan atau contoh ketika anak tidak memahami tugasnya.

Kelima, Membangun Komunikasi Yang Baik

Komunikasi mempunyai peran penting dalam membina hubungan, termasuk hubungan antara orangtua dan anak. seorang ibu harus membangun komunikasi yang baik dengan anak agar anak tumbuh dengan kondisi mental dan psikologis yang baik. Komunikasi yang baik juga akan menumbuhkan rasa hormat anak kepada ibu. Selain itu komunikasi yang baik dapat menarik anak untuk bersikap terbuka dengan ibunya.

Keterbukaan ini penting saat anak menginjak usia remaja atau dewasa, masa dimana anak akan menemukan berbagai tantangan dan problematika hidup. Dengan terbangunnya komunikasi yang baik sejak kecil anak akan terbiasa terbuka menceritakan apa saja masalah yang ia hadapi diluar rumah, sehingga anak bisa mendapatkan solusi dan tidak mencari pelarian pada hal-hal yang tidak baik.

Bagikan Artikel ini:

About Ainun Helty

Alumni Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Syarif hidayatullah.

Check Also

tanaman langka

Makna Tersirat Hadis tentang Tumbuhan Langka

Dalam perjalanan hidup manusia, alam semesta selalu menawarkan keajaiban yang terkadang terlewatkan oleh pandangan biasa. …

Jilbab

Trend Jilbab sebagai Gaya Hidup Wanita Modern serta Dampak Positif dan Negatifnya

Sebagai wanita muslim tentu harus memperhatikan cara berpakaian yang berkaitan dengan nilai agama. Salah satu …