Jakarta – Pemerintah China tengah disorot terkait kamp-kamp pelatihan yang disinyalir sebagai kamp konsentrasi atau detensi terhadap Muslim Uighur. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok hak asasi manusia (HAM) dunia menudung Pemerintah Beijing telah melanggar hak dasar Muslim Uighur dengan menangkap lebih dari satu juta orang yang dimasukkan dalam kamp konsentrasi. China berdalih langkah itu untuk memberantas ekstrimisme dan terorisme.
Hal itulah yang mendasari seorang seniman manga asal Jepang Tomomi Shimizu (50) membuat komik tentang perlakukan China terhadap Muslim Uighur. Komik itu dibuat berdasarkan kesaksian seorang perempuan Uighur yang ditahan dan disiksa di Cina.
Sejak muncul di Twitter, komik manga itu sudah mendapatkan 2,5 juta views dan 86 ribu retweet serta diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Komik ini juga muncul di jalan-jalan Hong Kong, di mana bentrokan antara pendemo dan polisi semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Komik itu berjudul “Apa yang terjadi pada saya”. Diceritakan wanita itu mengaku kondisi penahanannya membuatnya kesulitan tidur. Ia bahkan diikat di kursi dan disetrum oleh petugas. Malangnya lagi, salah satu anak kembarnya meninggal dunia ketika berada dalam pengurusan otoritas China.
China menjalankan sistem pengawasan dan kebijakan keras untuk menindak banyak orang Uighur dan Muslim minoritas di wilayah Xinjiang, menurut dokumen internal Partai Komunis Cina yang diperoleh oleh International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ). Sebelumnya New York Times juga memperoleh dokumen internal Partai Komunis China yang disebut Xinjiang Papers, yakni arahan partai kepada para pejabat untuk melakukan penahanan secara masif. Kabarnya lebih dari 1 juta Muslim Uighur ditahan di kamp-kamp konsentrasi atau detensi.
Pemerintah Beijing membantah kamp itu sebagai kamp konsentrasi. Mereka mengatakan kampi itu adalah kamp pelatihan atau vokasi sebagai upaya meredam ancaman terorisme dan ekstremisme. Tetapi para kritikus mengatakan Partai Komunis menggunakan separatisme Uighur dan ekstremisme Islam sebagai alasan untuk menindak perbedaan pendapat dan membenarkan kontrol ketat di Xinjiang.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah