makna hamba saleh
mambaca al quran

Siapakah Hamba Saleh dalam Al-Qur’an? Berikut Jawabannya!

Hamba saleh dalam pandangan mayoritas masyarakat Indonesia ialah orang baik yang rajin beribadah dalam kesehariannya, yang dapat disebut sebagai kesalehan indvidual dikarenakan bersifat vertikal antara manusia dengan tuhannya. Sebagaimana dijelaskan dalam kamus bahasa Indonesa bahwa istilah orang salehbermakna orang yang melaksanakan ketaatan dan mempunyaikesungguhan dalam beribadah; suci dan beriman. Selain itu Pengajaran masyarakat lebih menekankan bahwa kesalehan individual sebagai konsepsi hamba saleh,sehingga dikatakan orang saleh itu apabila mampu menjalankan ritus ibadah salat, puasa, zakat dan haji.

Jika ditelusuri dalam Al-Qur’an hamba saleh diungkkan dengan tiga bentuk yakni ibadiya Salihun, ibadika salihun dan ibadina salihun, terdapat perbedaan derivasi dan mukhatab (lawan bicara) yang dituju. Dari tiga ayat tersebut dua ditujukan kepada nabi dan satu kepada seluruh hamba saleh. Selain itu terdapat pada ayat lainpenggunaan lafal hamba saleh terpisah, dengan pengungkapan orang saleh yang merujuk kepada pemaknaan ibadah pada surat al-Isra’: 25, al-Ma’idah: 93 dan yang merujuk kepada kesalehan sosial, seperti pada surat al-Qasas tentang menjadi juru damai, al-Munafiqun: 10 orang yang mensadakahkan hartanya.

Menarik ditelusuri lebih dalam untuk mengungkapkan peranan hamba saleh dalam Al-Qur’an, bagaimana Al-Qur’an menjelaskan hamba saleh antara kesalehan individu dan kesalehan sosial, sebagai wujud peranan hamba saleh. Adapun pendekatan yang digunakan penulis ialah semantik relasi makna. Pendekatan ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara hamba dan saleh dalam Al-Qur’an, serta keterkaitan peran hamba saleh dalam Al-Qur’an. Tujuan dari tulisan ini ialah mampu menjawab problem pemahaman yang berbeda antara saleh secara individu atau saleh secara sosial, sehingga memberikan definisi ulang mengenai hamba saleh dan bagaimana wujud peranan hamba saleh dalam konteks hari ini.

Makna Hamba Saleh

Kata saleh secara bahasa mempunyai beberapa makna seperti baik, menolak kerusakan, kumpulan berbagai kebaikan, seseorang yang baik pada dirinya dari kelompok yang baik, perbuatan yang baik, pekerjaanya dan prilaku terhadap kerusakan dari kebalikan rusak setelah sesuatu memperbaiki, memperbaiki kelompok mereka di antara perdamaian Makna kata saleh memperlihatkan suatu dari lawan kerusakan yakni melakukan perbuatan baik yang dapat ditinjau dari aspek agama dan kemanusiaan.

Penyebutan saleh secara individu merujuk kepada nabi dan Rasul serta orang-orang beriman. Secara kelompok merujuk kepada orang-orang beriman dan didalamnya terdapat nabi dan Rasul yang mempunyai karakteristik dalam melakukan kebaikan seperti Saling menasehati kebaikan dalam QS. Al-‘Asr: 3, QS. ‘Ali ‘Imran: 114, Sabar dalam QS. Al-‘Asr: 33, QS. Al-Qasas: 80, Selalu melakukan tobat dalam QS. Al-Qasas: 67, QS. Maryam: 60, Selalu beribadah kepada Allah Swt, dalam QS. Al-Nur: 55, Mencegah keburukan dalam QS. ‘Ali ‘Imran: 114, Bersegera dalam melakukan kebaikan dalam QS. ‘Ali ‘Imran: 114.

Al-Qur’an mengungkapkan perbuatan baik dengan berbagai bentuk yakni khair, saleh ma’ruf, birr namun penekanan saleh ditujukan kepada keprofesinalitasan dalam melakukan kebaikan sesuai standar mutu yang telah ditentukan, berbeada makna Khair yakni suatu kebaikan yang dilakukan karena benar-benar baik secara zatnya, kata ma’ruf yang bermakna suatu kebaikan yang dilakukakn berdasarkan keumuman masyarakat yang dikenal disuatu tempat dalam keadaan relatif, ihsan ialah suatu kebaikan yang merupakan manifestasi dari pengawasan Allah sehingga melaksanakan kewajiban maupun yang tidak ada kewajibannya.

Adapun pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang saleh dapat dibagi menjadi tiga kategori yakni pertama, Ibadah kepada Allah dalam berbegai bentuk, seperti kesabaran dalam memperoleh kenikmatan ataupun mendapatkan ujian pada surat al-‘Araf: 170, Sikap ketaatan yang ditunjukan atas perintah dan larangan-Nya, seperti menegakkan salat, mengimani kebenaran pada surat al-Nisa’: 69, al-‘Araf: 170. kedua pekerjaan politik untuk mengadakan perbaikan pada surat al-Nur: 55, ketiga pekerjaan secara sosial dengan melakukan kebaikan seperti mensedekahkan harta pada surat al-Munafiqun: 10, mengurus anak yatim pada surat al-Baqarah: 220, melakukan perdamaian pada surat al-Qasas: 19. Akibat apa yang dilakukan oleh orang-orang saleh ialah diwariskan bumi untuk dikelola pada surat al-Anbiya: 105, al-Nur: 55, surga pada surat al-Kahfi: 2, al-Rum: 15, kedudukan mulia, ampunan, rizki, serta memperbaiki kehididupan pada surat Taha: 75, al-Hajj: 50, Fatir: 7, Muhammad: 2.

Peranan Hamba Saleh dalam Al-Qur’an

Hamba saleh yang diungkapkan Al-Qur’an dapat dikategorisasiakan pelaku dan konteks ayat tersebutpada surat al-Tahrim ayat 10 merujuk kepada nabi Nuh dan nabi Luth, surat al-Naml ayat 19 kepada nabi Sulaiman dan yang terakhir surat al-Anbiya’ ayat 15 merujuk kepada nabi Muhammad Saw dan umatnya.

Pada tiga ayat tersebut adanya pengungkapan kata ibad merupakan simbol manusia yang aktif beribadah secara vertikal, sedangkan damir dari tiga ayat tersebut merujuk kepada Allah Swt dengan lafal na, ka, ya. Adapun kata Salih pada dua ayat merupakan jama’ dan satu ayat mutsanna. Lafal tersebut menggambarkan bahwa hamba saleh yang berhasil terhadap misi atau tujuan yang diemban karena berkelompok, berbeda halnya ketika hamba salehnya itu satu. Hal tersebut nampak pada al-Tahrim ayat 10:

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ

Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah, dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)”.

Misi yang diemban oleh nabi Nuh dan nabi Luth dalam dakwah kepada kaumnya, tidak berhasil, bahkan keluarganya menentang dalam berdakwah. Dalam ayat lain, para nabi zaman Yahudi, mereka dibunuh oleh kaumnya. Berbeda dengan ungkapan Salihun yang menunjukkan keberhasilan nabi Daud, dan pada surat al-Anbiya Allah Swt., mewariskan bumi ditujukan dengan lafal jama’ yakni ibadiya Salihun. Sehingga dikatakan bahwa hamba saleh, ketika telah teraktualisasikan dalam dirinya sifat-sifat seorang hamba yang beribadah kepada Allah, tidak hanya sebatas iman, akan muncul sifat dalam dirinya Salih karena ada tanggung jawab yang dimilikinya, baik personal atau kelompok, karakteristik amal saleh yang dilakukannya ialah melakukan kebaikan secara professional.

Peranan hamba saleh ialah tahapan pertama sebagai hamba yang terus menerus meninggikan kalimatullah dalam dirinya dengan ibadah, dari tahapan inilah implementasi keimanan yang ada dalam dirinya terpancarkan untuk memulai perbuatan baik dari lingkup paling kecil yakni keluarga, masyarakat dengan karakteristik kemampuan yang berbeda dalam berbagai sektor sebagai kebaikan kolektif secara profesional dengan kemampuan dan keahlian sesuai standar untuk menjadi komunitas baldatun tayyibatun wara’fun ghafur dalam berbagai bidang sosial, ekonomi, bahkan politik.

Dari pemaparan ini dapat dipetik kesimpulan bahwa dikatakan Hamba Saleh ialah ketika didalam dirinya telah teraktualisasi Iman dalam melakasanakan ibadah, lalu di implementasikan dalam perbuatan sosial. Sehingga pandangan masyarakat mengenai orang saleh hanya dari aspek ritual tidak tepat. Dua aspek harus melengkapi yakni saleh secara individual dan saleh secara sosial. Saleh secara sosial ialah melakukan perbuatan sosial secara professional dengan memegang nilai-nilai Islam, sebagai implikasi dari ibadah yang dilakukan. Ibadah ritual sebagai kesalehan individual tidak dianggap sebagai hamba saleh sebelum mengaplikasikan dalam kesehariannya.

Bagikan Artikel ini:

About Ahmad Syah Alfarabi

Check Also

syawal

Lima Peristiwa Penting dan Pelajaran Pada Bulan Syawal

Syawal adalah bulan kesepuluh dalam kalender Hijriyah yang terletak di antara bulan Ramadhan dan Dzulqa’dah. …

al quran hadits

Takhrij dan Analisis Matan Hadis Terbelenggunya Setan pada Bulan Ramadan

Hadis yang merupakan sumber kedua bagi kehidupan beragama kaum Muslimin, menjadi hal yang banyak disoroti …