Rembang – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan kunjungan silaturahmi ke Pondok Pesantren Lembaga Pembinaan, Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al-Qur’an (LP3iA) Narukan, Rembang, Jawa Tengah, yang diasuh ulama tafsir terkemuka, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha).
Kedatangan rombongan BNPT disambut jajaran pengasuh pesantren sebagai bentuk penguatan kemitraan antara negara dan ulama dalam merawat nilai-nilai kebangsaan. Pertemuan ini menegaskan pentingnya peran pesantren sebagai penjaga tradisi keilmuan Islam sekaligus pilar perdamaian di tengah masyarakat.
Kepala BNPT, Eddy Hartono, S.I.K., M.H., menyampaikan apresiasinya atas penerimaan pihak pesantren. Ia menegaskan bahwa lembaga pendidikan Islam, terutama pesantren, telah lama menjadi benteng moral bangsa dan pusat penanaman nilai moderasi beragama.
“Pesantren memiliki kontribusi besar dalam menanamkan kecintaan kepada tanah air serta membangun suasana keberagamaan yang damai. Kami sangat menghargai peran tersebut,” ujarnya saat kunjungan pada Kamis (20/11).
Ia menambahkan, sinergi negara dengan para ulama menjadi bagian penting dalam menjaga keamanan dan memperkuat imunitas sosial bangsa di tengah derasnya perubahan global.
Mewakili keluarga besar pesantren, KH. Zaimul Umam Nursalim (Gus Umam) menegaskan komitmen pesantren untuk terus mengajarkan Islam yang ramah, penuh akhlak, dan menumbuhkan generasi santri yang menjadi penjaga harmoni sosial.
“Silaturahmi ini sangat berarti bagi kami. Pesantren adalah rumah pendidikan akhlak dan perdamaian, dan kami siap berjalan bersama menjaga keutuhan bangsa,” tuturnya.
Gus Umam menekankan, pesantren sejak lama mengajarkan pentingnya persatuan dalam bingkai NKRI, menjadikan nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945 sebagai napas dalam pendidikan santri.
Sementara itu, Gus Baha menyampaikan nasihat mengenai pentingnya etika sosial dalam tata kelola negara. Menurutnya, pembangunan tidak hanya diukur dari kemajuan fisik semata, tetapi juga dari kemampuan negara menjaga kepercayaan publik dan memperkuat hubungan sosial.
“Etika sosial harus menjadi fondasi pembangunan. Infrastruktur dan ekonomi penting, tetapi adab, hubungan sosial, dan rasa saling percaya itulah yang membuat kemajuan menjadi utuh,” pesannya.
Ia juga mengingatkan bahwa perjalanan panjang Indonesia sebagai bangsa yang mampu menyatukan berbagai suku dan kerajaan merupakan bukti kemajuan peradaban yang tidak hanya bertumpu pada aspek teknis. Pemikiran ini sejalan dengan pandangan Ibnu Khaldun, bahwa adab dan etika sosial adalah unsur penting dalam membangun masyarakat yang kuat.
Kunjungan tersebut diakhiri dengan peninjauan lingkungan pesantren serta dialog hangat dengan para santri.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah