shalat dhuha

Sudah Berdoa dan Shalat Dhuha, Tapi Rejeki Masih Sempit, Apa yang Salah?

Ada yang mengatakan bahwa shalat dhuha merupakan shalat yang dapat melancarkan rejeki. Dari mana asal pemahaman ini? Pemahaman ini tidak sepenuhnya salah karena ada sandaran hadistnya.

Dari Nu’aim bin Hammar al-Ghatha faniu, Rasulullah bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad, 5: 286; Abu Daud, no. 1289; At Tirmidzi, no. 475; Ad Darimi, no. 1451).

Hadist tersebut seringkali dijadikan sandaran tentang keistimewaan shalat dhuha. Shalat Dhuha dilakukan dari jam 7 pagi sebelum seseorang mulai melakukan kegiatan duniawi hingga sebelum dhuhur.

Meski diidentikkan dengan ibadah pembuka rejeki, namun pada kenyataannya banyak kita jumpai seseorang yang melakukan ibadah shalat dhuha dan berdoa tiada henti, tetapi masih dalam keadaan kekurangan.

Lantas mengapa hal tersebut bisa terjadi, bukankah apapun yang telah dijanjikan Allah maka akan dipenuhi-Nya?

Seorang hamba tentu dilarang untuk berprasangka buruk kepada Allah, terlebih jika tidak mempercayai apapun yang telah dijanjikannya. Karena itulah penting memahami dan mengerti maksud dari apa yang telah dijanjikan olehNya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, mengapa seseorang meski telah berdoa dan menjalankan ibadah shalat dhuha, namun tetap saja rejeki yang didapatkan terbilang biasa aja atau bahkan kurang.

Faktor pertama, karena umat tersebut mengharapkan sesuatu pada selain Allah.

Masih ada keraguan dan ketidakyakinan sehingga menggantungkan harapan kepada selain Allah.  Dalam al-Quran Allah berfirman, “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Al-Insyirah: 8)

Sebagai manusia kita hendaknya menggantungkan semua harapan hanya kepada Allah. Jadi jika menjalankan Shalat Dhuha hanya bertujuan untuk melapangkan rejeki harta atau uang belaka, maka ketahuilah kalian termasuk umat yang tidak memasrahkan urusan kepada Allah.

Kedua, masih mengkonsumsi makanan yang haram untuk dikonsumsi sebagai umat muslim.

Tentu saja, sebagai seorang muslim kita memiliki larangan-larangan akan apa makanan yang boleh kita makan dan tidak boleh kita makan. Memakan makanan yang haram entah dalam bentuk fisiknya maupun cara memperolehnya akan membuat terhambatnya doa harapan rejeki yang kita dapatkan.

Hadits dari Ibnu Abbas bahwa Sa’ad bin Abi Waqash berkata kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, doakanlah aku agar menjadi orang yang dikabulkan doa-doanya oleh Allah”. Apa jawaban Rasulullah SAW, “Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya.

Ketiga, menyinggung perasaan orang tua 

Tentu kita tahu bahwasanya ridha Allah merupakan ridha orang tua. Dengan menyinggung dan menyakiti hati orang tua terlebih ibu akan mampu memutuskan rejeki kita.

Itulah mengapa kita sebagai seorang anak penting untuk menghormati, menjaga, menyayangi, dan merawat orang tua dengan sepenuh hati. Jika kita mendapatkan rejeki lebih, ingatlah kepada orang tua, berikan sebagian rejeki yang kita dapatkan kepada orang tua, dengan membahagiakan orang tua insyaallah, Allah akan membuka pintu rejeki kita lebar-lebar.

Bagikan Artikel ini:

About Rufi Tauritsia

Check Also

sedekah laut

Sedekah Laut dalam Tradisi dan Akidah

Tradisi sedekah laut merupakan praktik yang umum dilakukan oleh para nelayan sebagai bentuk ungkapan rasa …

stuart

Stuart Seldowitz, Islamofobia dan Usia Pernikahan Aisyah

Stuart Seldowitz, seorang mantan penasihat pada masa Pemerintahan Presiden Obama, menimbulkan kontroversi dengan melontarkan ujaran …