tafsir
tafsir

Tafsir QS. Al-Qashash [28] 77 : Mengenal 4 Hal Tentang Kehidupan Hedonisme dalam Al-Qur’an yang Harus Diketahui Bagi Pemuda Milenial

Makna Ayat

Di balik surat Al-Qashash ayat 77, terdapat makna yang terkandung didalamnya. dijelaskan bahwa pada surat ini Allah menasihati umat Muslim yang memiliki harta yang telah diridhai Allah untuk patuh dan taat pada perintah-Nya. Tujuannya agar dapat membekali pahala yang banyak untuk di dunia dan di akhirat, akan tetapi Allah tidak melarang hamba-Nya untuk menikmati harta benda mereka dalam bentuk apapun, selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Walau memiliki kewajiban kepada Allah, manusia juga berkewajiban pada diri sendiri, keluarga, dan orang-orang terdekat.

Surat ini juga menekankan bahwa setiap orang dianjurkan untuk berbuat baik, seperti bagaimana Allah sangat baik kepada umat-Nya. Oleh karena itu, janganlah berbuat maksiat di bumi karena Allah tidak suka dengan orang yang berbuat kerusakan.

وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧

Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Asbab an-Nuzul

Surat Al Qasas merupakan surat ke-28 dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 88 ayat. Mengutip buku Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 5 oleh Sayyid Qutb, surat Al-Qashash termasuk ke dalam surat Makkiyah diturunkan ketika kaum Muslimin yang bersama Rasulullah berada dalam kondisi yang sangat lemah akibat kekejaman kaum musyrik Mekkah. Dan menurut riwayat yang laindikatakan juga, Allah menurunkan surat Al-Qashash sebagai gambaran i’tibar antara apa yang dialami oleh kaum Muslimin ketika itu tidak jauh berbeda dengan riwayat hidup Nabi Musa yang kala itu mendapatkan perlakuan yang kejam dari Fir’aun.

Kemudian mengutip sebuah buku Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an karangan Imam As-Suyuthi, ada seseorang dari kalangan Bani Israil bernama Qarun. Ia sangat salih tapi secara materi sangat miskin. Qarun kemudian menemui Nabi Musa untuk minta didoakan agar menjadi orang kaya. Setelah didoakan Nabi Musa, nasib Qarun berubah karena kekayaannya berlimpah. Ia lantas tak hanya kaya secara spiritual, tetapi juga materi. Sayangnya, setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, kesalihan Qarun berkurang. Ia meninggalkan ibadah dan berhenti peduli terhadap orang lain. Harta telah menodai iman Qarun dan membuatnya menjadi orang yang durhaka. Pada akhirnya Qarun terjerumus dalam kebinasaan.

Penjelasan Tafsir Surat Al-Qashash: 77

Dijelaskan dalam kitab tafsir As-Sa’di yang dikarang oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dari ayat 77 surat Al-Qashash sebagai berikut:

 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat.” Maksudnya memperoleh sesuatu yang ada di sisi Allah dan bersedekahlah; dan jangan sekali-kali kamu merasa cukup dengan hanya sekedar memperoleh kepuasan nafsu dan meraih berbagai kelezatan.

“dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari duniawi.” Maksudnya, Kami tidak memerintahmu agar menyedekahkan seluruh harta kekayaanmu sehingga engkau menjadi terlantar, akan tetapi berinfaklah untuk akhiratmu dan bersenang-senanglah dengan harta duniamu dengan tidak merusak agamamu dan tidak pula membahayakan akhiratmu, “dan berbuat baiklah,” kepada hamba-hamba Allah, “sebagaimana Allah telah berbuat baik” kepadamu dengan menganugerahimu harta kekayaan ini.

 “dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi,” dengan bersikap sombong dan berbuat berbagai maksiat terhadap Allah serta tenggelam di dalam kenikmatan dengan melupakan Pemberi nikmat itu. “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” Bahkan Allah akan menyiksa mereka atas perbuatan itu dengan siksaan yang paling berat.

Hedonisme Dan Pengaruhnya Bagi Generasi Muda

Pada zaman yang serba instan demi mencari kesenangan saat ini, penting bagi kaum muda milenial untuk memahami perspektif hedonisme seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Meskipun hedonisme mempromosikan keyakinan bahwa kesenangan adalah satu-satunya jalan menuju kebahagiaan, Islam memandang hal tersebut bertentangan dengan ajaran moderasi dan menghindari tindakan tercela. Hedonisme merujuk pada pandangan hidup yang menekankan pencarian kesenangan dan kebahagiaan sebagai tujuan utama dalam kehidupan, tanpa mempertimbangkan nilai-nilai moral atau konsekuensi jangka panjang.

Dalam konteks agama Islam, konsep hedonisme tidak diakui sebagai ajaran yang benar, karena Islam menekankan keseimbangan antara pencarian kebahagiaan duniawi dan akhirat, serta mengajarkan pentingnya menjalani kehidupan sesuai dengan norma-norma moral dan nilai-nilai agama.

Berikut adalah empat hal penting yang harus diketahui oleh generasi muda milenial tentang hedonisme yang tertera dalam Al-Qur’an surah Al-Qashash ayat 77.

Pertama, Al-Qur’an menekankan pentingnya keseimbangan dan moderasi dalam semua aspek kehidupan. Meskipun mencari kesenangan pada dasarnya tidak salah, namun menuruti keinginan yang berlebihan dan tidak terkendali dapat menyebabkan konsekuensi negatif. Islam mendorong setiap orang untuk menikmati berkah dunia ini, tetapi dalam batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah. Hal ini berarti berhati-hati dalam bertindak dan memastikan bahwa pengejaran kesenangan kita tidak menyesatkan kita dari kewajiban moral kita.

Kedua, Al-Qur’an mengajarkan bahwa kebahagiaan dan kepuasan sejati berasal dari hubungan dengan Allah. Hedonisme dapat memberikan kepuasan sementara, tetapi gagal memenuhi kebutuhan spiritual yang lebih dalam dari seseorang. Islam mengajarkan bahwa kepuasan sejati hanya dapat ditemukan melalui hubungan yang tulus dengan Allah dan dengan mengikuti tuntunan-Nya. Pemahaman ini mendorong generasi muda milenial untuk memprioritaskan keimanan dan spiritualitas mereka di atas kesenangan duniawi yang bersifat sementara.

Ketiga, Al-Qur’an memperingatkan agar tidak mengejar harta benda dan keinginan duniawi sebagai sarana untuk menemukan kebahagiaan. Al-Qur’an mengingatkan kita bahwa pengejaran ini bersifat sementara dan tidak akan pernah memberikan kepuasan yang abadi. Sebaliknya, Islam menekankan pentingnya memupuk kebajikan batin seperti rasa syukur, kesabaran, dan kepuasan. Dengan berfokus pada kualitas-kualitas ini, generasi muda milenial dapat menemukan kebahagiaan dan kepuasan sejati yang melampaui kesenangan duniawi.

Terakhir, Al-Qur’an mendorong generasi muda milenial untuk berhati-hati dalam memilih dan bertindak. Hal ini mengingatkan mereka bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, baik di dunia maupun di akhirat. Terlibat dalam perilaku hedonis tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap diri sendiri dan orang lain dapat menyebabkan kehidupan yang penuh dengan penyesalan dan kehilangan kesempatan untuk berkembang. Islam mendorong individu untuk membuat pilihan yang selaras dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip mereka, mempromosikan rasa tujuan dan kepuasan.

Sebagai kesimpulan, meskipun hedonisme mungkin tampak menarik dalam budaya saat ini, penting bagi kaum muda milenial untuk memahami keterbatasan dan potensi efek negatifnya. Islam mengajarkan pendekatan yang seimbang terhadap kesenangan, menekankan pentingnya moderasi, spiritualitas, kepuasan, dan pilihan yang bijaksana. Dengan memasukkan ajaran-ajaran ini ke dalam kehidupan mereka, generasi muda milenial dapat menavigasi dunia yang terobsesi dengan kepuasan instan dan menemukan kebahagiaan sejati yang melampaui kesenangan sesaat. Wallahu a’lam

Bagikan Artikel ini:

About Zamzami Nurhadi

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Telaah Kajian Al-Qur'an dan Tafsir, Tafsir tematik berkaitan dengan ayat-ayat Kauniyah, Tafsir ayat-ayat lingkungan, kisah-kisah tauladan Rasulullah dan para sahabat serta orang-orang shaleh terdahulu, wawasan seputar sejarah islam, hikmah dan adab, tradisi, kultur dan budaya islam.

Check Also

raja ali haji

Kisah Sang Pencerah (1) : Mengenal Raja Ali Haji, “Sang Payung Teduh”, Sasterawan Berjiwa Ulama Dari Tanah Melayu

Masa Awal Kehidupan Raja Ali Haji merupakan salah satu tokoh terkenal dari Tanah Melayu. Beliau …