waktu
waktu

Tidak Hanya Cepat Berlalu, Inilah Tabiat Waktu yang Jarang Diketahui!

Waktu memiliki ciri istimewa sesuai tabiatnya. Tidak hanya cepat berlalu, waktu memiliki tabiat dan ciri lainnya. Ciri itu, harus kita ketahui agar kita dapat memanfaatkannya sesuai dengan tabiat tersebut. Lebih dari itu, supaya kita tidak termasuk orang yang merugi karena tidak mampu mengoptimalkan waktu. Dan inilah salah satu renungan akhir tahun!

Lalu apa saja tabiat waktu itu? Dalam hal ini, ulama kenamaan Yusuf Qardhawi dalam buku “Al-Waqtu fi Hatil Muslim Alquran Wasulthon Humuun Islamiyah Mu’ashiroh” menjelaskan tiga tabiat waktu sebagai berikut:

Pertama, cepat berlalu.

Barangkali banyak orang, bahkan bisa jadi diri kita sendiri, yang merasakan betapa cepatnya waktu berlalu sehingga saat ini kita sudah berada di penghujung tahun 2022 dan akan segera menyambut tahun baru 2023 masehi.

Perasaan demikian itu wajar karena salah satu tabiat waktu adalah cepat berlalu. Ia berjalan bagaikan awan dan berlari bagaikan angin. Apalagi jika dikaitkan dengan umur, serasa waktu itu pendek sekali.

Terkait hal itu, ada sebuah cerita penuh hikmah, yang datang dari manusia yang memiliki umur terpanjang di dunia, yakni Nabi Nuh a.s. Ketika Nabi Nuh didatangi malaikat maut untuk mencabut ruhnya, terjadi sebuah dialog antara malaikat maut dengan Nabi Nuh.

Saat itu, umur Nabi Nuh sudah menginjak seribu tahun lebih. Maka bertanyalah malaikat maut kepada Nabi Nuh: “Wahai Nabi yang memiliki umur terpanjang, bagaimana engkau melewati kehidupan di dunia ini?”

Mendapat pertanyaan itu, Nabi Nuh pun menjawab: “Dunia bagaikan rumah yang memiliki dua pintu. Pintu depan untuk masuk dan pintu belakang untuk keluar. Saya masuk dari pintu depan dan keluar dari pintu belakang.”

Terlepas shahih tidaknya kisah tersebut, ideal moral yang dapat dipetik adalah, dapat mengungkapkan hakikat kehidupan, yakni cepat berlalu bagaikan masuk dari pintu depan rumah, tak lama (pasti) kita akan keluar dari pintu belakang (meninggal dunia).

Kedua, mustahil kembali.

Jika sudah berlalu, maka tabiat waktu selanjutnya adalah mustahil kembali. Setiap detik, menit, jam, bahkan hari, tidak bisa diulangi. Karena itu, jangan sia-siakan waktu, gunakan untuk aktivitas yang bermanfaat. Tentu agar tidak menyesal.

Dalam Alquran disebutkan bahwa ada golongan yang menyesal, merengek-rengek menangis ingin dikembalikan kedunia (ditangguhkan kematiannya untuk sementara waktu) setelah ia menjalani kehidupan di akhirat.

Penyesalan itu terekam dalam QS. al-Munafiqun ayat 10:

وَاَنۡفِقُوۡا مِنۡ مَّا رَزَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِىَ اَحَدَكُمُ الۡمَوۡتُ فَيَقُوۡلَ رَبِّ لَوۡلَاۤ اَخَّرۡتَنِىۡۤ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيۡبٍۙ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنۡ مِّنَ الصّٰلِحِيۡ

“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang shalih.”

Meskipun bersimpuh dan menangis sesungukan untuk mengharap Allah menunda kematian mereka sedikit waktu lagi, namun Allah tetap tidak mengabulkan. Jika demikian yang terjadi, masihkah kita yang hidup di dunia ini berani menyia-nyiakan waktu untuk aktivitas yang hina dina?

Ketiga, harta termahal.

Karena cepat berlalu dan jika sudah berlalu, maka mustahil diulang kembali, sehingga menjadikan waktu sebagai harta termahal bagi manusia di dunia ini. Tetapi, waktu yang mahal ini akan menjadi sia-sia jika dihabiskan untuk aktivitas yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Oleh karena itu, kewajiban muslim terhadap waktu diantaranya adalah memelihara waktu seperti ia memelihara hartanya, bahkan harus lebih dari itu. Tabiat waktu ketiga ini seharusnya menyadarkan kepada kita akan ‘kerakusan’ waktu dari pada rakus kepada dinar dan dirham.

Yusuf Qardhawi mengutip ungkapan Hasan al-Bashri menuturkan bahwa: “Aku telah dapati beberapa kaum yang rakus akan waktu mereka daripada kerakusan kamu terhadap dinar dan dirham. Seluruh waktu mereka digunakan dan dihabiskan untuk mengerjakan amal shaleh terus-menerus.”

Sekali lagi, uraian di atas harus benar-benar dipahami sekaligus direnungi agar bisa menjadi muhasabah di akhir tahun dan bisa menyongsong awal tahun dengan energi positif, terus meningkatkan amal shaleh dan tidak menyia-nyiakan waktu, sehingga tidak ada sedikit pun waktu yang tak bermanfaat. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Bagikan Artikel ini:

About Fauziyatus Syarifah

Mahasiswi magister program PAI UIN Walisongo Semarang

Check Also

hemat

Kenapa Pengeluaran Tiap Ramadan Malah Boros? Simak Tips Ini Agar Tidak Boncos!

Sebagian besar umat Islam tentu merasakan bahkan juga mengalami kalau setiap bulan Ramadan, pengeluaran suka …

ramadan

Sambut Ramadan dengan Bekal 4 Ilmu Ini Supaya Ibadah Kamu Sah dan Tidak Sia-sia!

Islam adalah agama wahyu. Alquran sebagai wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad, adalah pedoman bagi …