LGBT simbol

Ulama Amerika Utara Tegaskan LGBT Tak Sesuai Etika dan Gender Islam

Washington DC – Masalah lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) terus menyita perhatian publik. Bahkan di banyak negara, keberadaan kaum LGBT, telah diakui. Namun bagi dunia Islam, LBGT tetap tidak sesuai dengan norma-norma agama.

Untuk itulah, lebih dari 130 cendekiawan Muslim terkemuka dari Amerika Utara telah mengeluarkan pernyataan yang membela hak komunitas Muslim untuk mempertahankan posisi normatif Islam terhadap LGBT tanpa dituduh fanatik atau menyebar kebencian.

Dilansir di 5 Pillars, Minggu (28/5/2023), para ulama yang meliputi Imam Siraj Wahaj, Imam Suhaib Webb, Syekh Shadee Elmasry, Syekh Yasir Qadhi, Imam Omar Suleiman dan Dewan Imam Kanada, mengatakan bahwa etika seksual dan gender Islam bertentangan dengan pandangan masyarakat umum, sehingga menimbulkan ketegangan bagi umat Islam antara keyakinan agama mereka dan harapan masyarakat.

Tapi mereka mengatakan posisi normatif Islam tentang LGBT, yang bersumber dari Al-Qur’an, sudah tetap dan tidak bisa diubah.

“Sebagai minoritas agama yang sering mengalami kefanatikan dan pengucilan, kami menolak anggapan bahwa perselisihan moral sama dengan intoleransi atau hasutan untuk melakukan kekerasan. Kami menegaskan hak kami untuk mengekspresikan keyakinan kami sekaligus mengakui kewajiban konstitusional kami untuk hidup damai dengan mereka yang keyakinannya berbeda dengan kami,” bunyi pernyataan para ulama itu dikutip dari Republika.co.id.

Para ulama juga menolak segala upaya untuk menafsirkan kembali atau merevisi doktrin agama agar inklusif terhadap ideologi LGBT. Komunitas Muslim tidak kebal terhadap tekanan semacam itu. Memang ada yang mencoba menginterpretasikan ulang teks-teks Islam demi mendukung penegasan LGBT.

“Kami dengan tegas menolak upaya seperti itu karena secara teologis tidak dapat dipertahankan karena aspek etika seksual ini sesuai dengan kategori prinsip yang tidak dapat diubah dan oleh karena itu tidak dapat direvisi,” tegas pernyataan itu

Tetapi mereka menyimpulkan bahwa mereka berkomitmen untuk hidup berdampingan secara damai dengan mereka yang berbeda pendapat di Amerika Utara. Hidup berdampingan secara damai tidak memerlukan kesepakatan, penerimaan, penegasan, promosi, atau perayaan.

“Kami menolak pilihan yang salah antara menyerah pada tekanan sosial untuk mengadopsi pandangan yang bertentangan dengan keyakinan kami atau menghadapi tuduhan fanatisme yang tidak berdasar. Ultimatum koersif seperti itu merusak prospek untuk hidup berdampingan secara harmonis.”

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Pelatihan Guru di Serang 1

Era Digitalisasi, Perlu Strategi Baru Bentengi Generasi Muda dari Intoleransi dan Radikalisme

Serang – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei harus bisa …

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar copy

Bulan Syawal Kesempatan Umat Islam Jadi Ahli Zikir

Jakarta – Bulan Syawal adalah kesempatan umat Islam menjadi hamba-hamba Allah yang ahli zikir. Syawal sendiri memiliki …