066987900 1621846182 830 556

Ustadz Adi Hidayat: Kader Muhammadiyah tidak Dekat Radikalisme Dan Mengganggu Keyakinan Orang Lain

SOLO – Ustadz Adi Hidayat hadir pada Tablik Akbar sekaligus pra acara Muktamar ke- 48 Muhammadiyah dan Aisyiyah ke- 48 bukan hanya sebagai pembicara namun beliau adalah kader Muhammadiyah yang ditegaskanya berulang kali dalam acara tersebut. Tabligh akbar berlangsung di Edutorium Universitas Muhammadiyah Solo (UMS), Sabtu (8/10/2022). Ribuan jamaah menyaksikan dengan seksama apa yang disampaikan pengisi acara, Ustadz Adi Hidayat.

Dilansir dari laman republika.co.id Ustadz Adi sebelum memulai ceramahnya menegaskan dirinya adalah seorang kader Muhammadiyah. Ia juga menjelaskan alasan mengapa mesti bangga menjadi kader Muhammadiyah.

“Kita punya tiga alasan utama. Pertama, berbagi. Saya ingin menegaskan kembali kader Muhammadiyah itu ketika terhubung dengan persyarikatan Muhammadiyah sejatinya adalah di antara umat Nabi yang mendudukkan jalan hidupnya ikut petunjuk nabi secara riil melalui cicit Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam,” kata Ustadz Adi.

Ia juga menyampaikan bagaimana prinsip Muhammadiyah tidak mengganggu keyakinan orang lain, hormati keyakinan orang lain, dan toleransi dengan agama yang dianut orang lain. Jadi jangan pernah mengganggu. Jangan pernah merusak tapi juga jangan campur adukkan keyakinan.

“Saya mengingatkan tidak boleh sedikitpun ada paham dalam Muhammadiyah yang mengatakan misal semua agama sama menuju pada Tuhan yang sama, cuma caranya beda-beda. Itu tidak boleh,” katanya.

Ustadz Adi mengatakan kehidupan bangsa ini mengalami krisis etika dan moral. “Dengan momen muktamar harus mengembalikan jati diri kita untuk menginspirasi kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri yang kita cintai. Kirim pesan kepada Muhammadiyah bahwa tidak ada kader yang korupsi, terpolarisasi, dekat dengan radikalisme,” terangnya.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa umat Muhammadiyah tidak hanya menghadirkan muktamar sebagai keramaian saja. Namun, juga manfaat bagi negeri ini.

“Jadi jangan sampai membahas sesuatu di muktamar kecuali itu bermanfaat. Jangan sampai terpilih pemimpin Muhammadiyah kecuali orang yang memiliki nilai kemaslahatan. Jangan sampai dibahas kebijakan kecuali ada manfaat dan kemaslahatan bagi warga juga perserikatan,” ujarnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

daging dan sosis babi

Babi Dinilai Bergizi, Tapi Tetap Haram: Mengapa Islam Melarang yang Tampak Baik?

Baru-baru ini, sebuah penelitian internasional yang dikutip oleh Food.detik.com, mengungkap daftar 100 makanan paling bergizi …

Prof Yudian Wahyudi

Gerakan Kebajikan Pancasila, Amal Jariyah untuk Persatuan Bangsa

Ambon — Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi menegaskan bahwa gerakan Relawan …