Belum lama ini, Presiden Joko Widodo melantik Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Agus Subiyanto sebagai Panglima TNI. Sontak, perhatian publik tertuju pada sosok pria kelahiran 5 Agustus 1967 tersebut.
Di tengah sorotan publik terhadap karirnya di dunia profesional yang terus menanjak, ternyata Jenderal Agus yang menggantikan Panglima TNI sebelumnya, Laksamana Yudo Margono yang akan memasuki masa purna tugas, memiliki sikap relijius.
Sikap relijius Jenderal Agus tentunya menarik dan sangat inspiratif. Terlebih di tengah tren pejabat publik yang banyak terjerat korupsi dan masalah lainnya. Untuk itu, tulisan ini akan mengulas 5 (lima) sikap relijius Jenderal Agus Subiyanto.
Pertama, puasa Senin & Kamis
Dikutip dari berbagai sumber, sosok yang dulu pernah gagal masuk Sekolah Calon Bintara (Secaba) itu, ternyata di lahirkan dalam keluarga yang taat beragama. Bahkan kebiasaan puasa Senin Kamis sudah terbentuk sejak kecil.
Puasa Senin Kamis memiliki banyak keistimewaan, terlebih, Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam riwayat dari Siti Aisyah disebutkan bahwa beliau selalu menjaga puasa pada Senin dan Kamis.
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Semua dosa hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu akan diampuni, kecuali bagi orang yang antara dia dan saudaranya terdapat kebencian dan perpecahan.” (HR Muslim, No. 4652).
Kedua, membaca Surat Yasin setiap ba’da Maghrib dan Subuh.
Di tengah kesibukannya yang sangat luar biasa, Jenderal Agus masih bisa dan menyempatkan diri untuk istiqomah menunaikan dan melaksanakan ibadah wajib, bahkan juga sunnah seperti membaca Yasin setiap selesai shalat Maghrib dan Subuh.
Kadang-kadang, penulis merasa malu jika menyimak ketekunan dan keistiqomahan seorang yang terjun di dunia profesional dan menduduki posisi strategis namun masih bisa menjalankan amal-amalan sunnah. Bagaimana tidak. Diri kita yang masih menjadi orang biasa dan masih memiliki banyak waktu untuk melakukan ritual keagaamaan lebih banyak, tetapi justru kita malas melakukannya.
Padahal, membaca Yasin setelah Maghrib dan Subuh itu memiliki dalil dan keutamaan yang luar biasa. Misalnya, dalam riwayat At-Thabrani disebutkan tentang fadhilah membaca surat Yasin.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barang siapa yang membiasakan membaca yasin setiap malam, maka tanpa terduga dia menemui ajalnya, maka matinya dalam keadaan syahid.” (HR.At- Thabrani, dari pernyataan Anas bin malik).
Ketiga, Tahajud & Dhuha
Di dalam QS. Al-Isra’ ayat 79, Allah berfirman bahwa barang siapa yang melakukan shalat malam (tahajud), maka akan dimuliakan dan ditinggikan derajatnya. Sejatinya masih banyak ayat dan hadist yang menyebutkan tentang fadhilah shalat tahajud. Bahkan sudah banyak juga buku yang mengkaji keajaiban shalat tahajud dan lainnya.
Jenderal Agus, selain melakukan puasa Senin dan Kamis, membaca surat Yasin, juga rajin qiyam al-lail. Bahkan, ia juga rajin menunaikan shalat dhuha.
Keempat, menjaga silaturrahmi
Rasanya tanpa perlu mengutip petikan ayat dan hadis, hampir semua orang sudah memahami dan mengimani bahwa silaturrahmi memiliki manfaat yang agung. Selain memperpanjang umur dan memperluas persaudaraan, silaturrhami juga dapat mendatangkan keberkahan hidup.
Jenderal Agus Subiyanto termasuk orang yang selalu menjaga silaturrahmi, kepada siapapun. Bahkan, sebagaimana dikutip dari detikjabar, teman waktu kecilnya, masih tetap disapa dan menjalin silaturrahmi.
“Kalau pulkam ke Pangandaran selalu menyempatkan silaturahmi ke rumah saya, walaupun saya bukan siapa-siapanya, hanya sahabat,” katanya sebagaimana dikutip dalam artikel detikjabar, “Cerita Masa Kecil KSAD Agus Subiyanto dari Mang Kutil.”
Kelima, menjadikan masjid sebagai rumah kedua
Menjadikan masjid sebagai rumah kedua bagi Jenderal Agus Subiyanto ternyata bukan lahir belakangan ini. Artinya, sejak kecil, ia sudah dekat dengan masjid. Samsudin–teman kecilnya–sebagaimana dikutip dari detikjabar, menuturkan bahwa sejak belia, Jenderal Agus Subiyanto suka adzan di masjid.
Bahkan, teman kecilnya tersebut bercerita bahwa jika Agus keduluan adzan di masjid sama temanya, maka ia suka ngambek (marah). “Kalau tiba waktu shalat terus kapiheulaan (keduluan) adzan sama yang lain pasti marah,” jelasnya.
Dalam wawancara dengan media nasional beberapa waktu lalu, Jenderal Agus menceritakan bahwa ia kalau subuh selalu mengupayakan berjamaah di masjid. Kemudian dilanjutkan tadarus, olah raga dan sarapan.
Apa yang dilakukan oleh Jenderal Agus Subiyanto sebagaimana diuraikan di atas adalah bagian dari sikap relijius beliau yang sesungguhnya masih banyak sikap lainnya. Namun demikian, lima sikap di atas kiranya sudah memberikan gambaran kepada kita semua bahwa keuletan, disiplin tingkat tinggi dan visi kehidupan serta religiusitas adalah modal utama dalam menapaki kehidupan yang berkah dan bermanfaat.
Hal ini sekaligus menepis anggapan sebagian orang bahwa orang yang memiliki jabatan dan posisi strategis di negeri ini masih banyak yang bersih, religius dan ikhlas dalam setiap menunaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah