Seorang yang besar tidak lahir dari proses hidup yang kecil dan instan. Pemimpin besar tidak muncul dari hidup yang serba ada dan manja. Karakter yang dimiliki seorang panutan adalah ditempa melalui proses panjang yang penuh pelajaran berharga.
Begitu pula Rasulullah, Nabi agung Muhammad. Dalam sejarahnya, ketika masa kecil. Rasulullah pernah berprofesi berprofesi sebagai penggembala kambing. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah bersabda, “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi pun melainkan dirinya pasti pernah menggembala kambing.”
Maka para sahabat bertanya, “Apakah engkau juga wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya, Aku pernah menggembala kambing milik seorang penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath.”
Sejarah Nabi dan para Rasul juga diawali dengan latihan kepemimpinan untuk menggembala kambing. Artinya, sejak Nabi Adam a.s sampai Nabi Muhammad SAW, setiap Nabi memiliki profesi menggembala kambing). Nabi Musa bertemu dengan jodohnya ketika membantu putri Nabi Ya’kub a.s menggembalakan kambing. Begitu konon cerita Nabi-Nabi yang lain.
Menggembala kambing seolah menjadi pelajaran dan pengalaman kepemimpinan untuk mengarahkan yang dibimbingnya. Para penggembala seakan terlatih dari kecil tentang bagaimana mengurusi umatnya. Ibnu Hajar mengulas hikmah dari profesi iniagar mereka terbiasa mengatur kambing yang nanti dengan sendirinya akan terbiasa menangani problematika manusia.” (Fathu Al Bari 1/144)
Tidak hanya persoalan mengatur, menggembala kambing memupuk seseorang untuk memelihara dengan baik dengan cara memberikan dan mencarikan makanan yang baik dengan adil tanpa memandang kambing tertentu yang diistimewakan. Di situlah kita bisa melihat sifat kasih sayang dan keadilan yang ditempa dari profesi ini.
Rasulullah tidak hidup dalam masa yang penuh glamour dan manja. Beliau melihat kefakiran yang ada pada paman beliau Abu Thalib. Beliau ingin membantu meringankan beban pamannya, di samping ini menunjukkan bahwa beliau adalah sosok yang kokoh, tegar dan tidak bergantung pada orang lain.
Para Nabi dan Rasul Allah menggembalakan kambing sejak mereka masih kecil, mendidik kepemimpinan dan tidak tergantung pada orang lain. Jika seseorang terbiasa menyandarkan diri kepada orang lain, manusia tersebut akan menjadi lemah dan mudah menyerah. Sedang menjadi pemimpin harus menjadi tumpuan sekaligus teladan bagi umatnya.
Ini tentu menjadi pelajaran penting bagi para pemimpin dan calon pemimpin. Mereka yang merasa pantas memimpin walaupun tanpa tempaan kepemimpinan yang hebat. Mereka terkadang hanya mengandalkan silsilah dan keturunan, bukan karakter dan kemampuan.
Pemimpin itu lahir dari karakter yang kuat yang ditempa dari pengalaman hidup yang penuh dengan ketabahan, kesabaran dan kecerdasan untuk memimpin dan memberikan kesejahteraan kepada yang lain. Bukan pemimpin instan yang hanya menengok kesuksesan pendahulunya.
Satu perkataan yang sangat tepat yang pernah dilontarkan oleh sayyidina ali : Pemuda bukan lah yang berkata “Ini bapakku”, Tapi pemuda akan berkata “Ini aku”. Jadilah pemimpin yang berkarakter dengan kemampuan diri bukan dinasti.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah