Tantangan Nusantarisasi Bahasa Arab

Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia memiliki peluang strategis untuk penguatan eksistensi bahasa Arab setelah peranannya sebagai bahasa kultur keagamaan sejak 12 abad yang lalu bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia Jika dilihat dari usianya yang mapan sudah saatnya bahasa Arab di era revolusi industri 4 0 dan globalisasi yang menghilangkan sekat sekat antara bahasa mengambil peran lanjutan sebagai bahasa sosial ekonomi atau jika pun ada instrumen politik yang mendukungnya ditetapkan sebagai bahasa resmi kedua setelah bahasa Indonesia Namun hal ini masih jauh panggang dari api Para Da i dan Aktivis Pendidikan Bahasa Arab yang melakoni peran menusantarakan bahasa Arab bukan mengarabkan Nusantara terhambat oleh siklus masalah pendidikan bahasa Arab itu sendiri Disadari bahwa faktor determinan yang menjadi kendala realisasi mimpi revitalisasi bahasa Arab tersebut sangat kompleks tidak hanya kendala pendidikan melainkan juga kendala politik dan media Siklus masalah tersebut banyak menyangkut image bahasa Arab itu sendiri di samping SDM Guru dan kurikulum lama yang terus diulang ulang tanpa dimodernisasi Bahasa Arab yang sebenarnya mudah dipelajari jadi dipersepsikan sulit dan persepsi itu ibarat kangker telah menjalar di kalangan masyarakat Bahasa Arab sulit adalah mitos yang memicu rasa malas dan putus asa di kalangan pebelajar Selain itu target pembelajaran berbahasa Arab yang semula adalah berbicara bahasa Arab terkesan disamakan dengan target calon ilmuwan yaitu penguasaan keilmuan bahasa Arab Pada akhirnya pembelajaran bahasa Arab dipelajari keluar dari kodratnya sebagai bahasa suara dan beralih ke objek simbol tulisan Ditambah pembelajaran bahasa Arab yang tidak cukup menyenangkan berdampak pada rasa bosan dan putus asa meskipun sebenarnya dalam hati meyakini kemuliaan bahasa Arab sebagai bahasa Al Qur an Baca Juga Islam Mementingkan Sasaran Bukan SaranaWalhasil dunia pendidikan Arab Islam membutuhkan penyegaran paradigma untuk keluar dari krisis minat terhadap bahasa Arab yang melanda umat Islam Krisis ini secara moral menuntut para aktivis pendidikan bahasa Arab untuk melakukan inovasi kurikulum yang sesuai tuntutan sistem standart dan mutu pendidikan tanpa terpengaruh oleh sekulerisasi bahasa Arab Sebagai contoh dalam rumusan baru kurikulum perlu ada jalinan erat antara bahasa Arab dengan Al Qur an sebagai kitab bahasa Arab pertama bahkan terbesar sepanjang sejarah dengan mendasarkannya pada ideologi berpusat pebelajar sebagai falsafah kurikulum Dalam hal ini komunitas Guru Al Qur an terutama dalam sebuah lembaga non formal sangat tepat untuk menjadi standar uji coba kurikulum dimaksud Sebab sebagai komunitas muslim tidak mungkin Al Qur an tidak dilibatkan dalam kurikulum sedangkan di satu pihak sudah banyak lembaga Al Qur an yang berhasil mencetak para pembaca fasih dan bahkan juara dalam perlombaan Musabaqoh Tilawatil Qur an MTQ tingkat internasional Di samping itu tema tema peran historis global bahasa Arab juga perlu dilibatkan untuk memupuk kesadaran guru guru Al Qur an bahwa bahasa Arab adalah pondasi peradaban kemanusiaan Seiring tekanan globalisasi dan kapitalisasi ekonomi beberapa bahasa negara ekonomi kuat seperti Cina Jepang dan Korea atau bahasa lain di negara Barat nampak lebih memikat warga Indonesia untuk dijadikan pilihan dalam mengarungi dunia kerja dan profesi dibanding bahasa Arab yang secara kultur keagamaan lebih dulu akrab dengan mereka di samping bahasa Arab berlaku di banyak negara Mayoritas Pekerja Migran Indonesia PMI di negara negara Arab tergolong memiliki standar kemampuan komunikasi dan kompetensi internasional yang sangat rendah unskilled workers Tentu bagi guru pendidikan bahasa Arab di Indonesia sebuah masalah serius jika bahasa Cina yang kemudian menjadi bahasa sosial ekonomi sedangkan bahasa Arab sebagai representasi identitas keislaman Indonesia justru tersingkirkan Guru sejati tidak akan gamang dengan inovasi untuk menghadapi masalah masalah serius demi mencetak generasi keberhasilan Sebagai bukti representasi sikap politik Indonesia terhadap eksistensi bahasa Asing selain bahasa Inggris baca Barat yang relatif dianggap sebagai arah kiblat pendidikan dan bahasa Arab sebagai arah kiblat keagamaan terdapat bahasa Cina yang dianggap arah kiblat ekonomi telah tampil sebagai bahasa media informasi misalnya di sudut sudut Bandara Internasional Soekarno Hatta Meskipun keduanya sama sama bahasa internasional bahasa Cina nampak didukung massif oleh aktor otoritatif untuk bersejajar dengan bahasa Arab Fenomena ini perlu diambil pelajaran dalam megantisipasi tantangan bahasa Arab ke depan yang tidak hanya berupa hegemoni bahasa Inggris dengan gerakan TOEFL nya melainkan juga hegemoni bahasa Cina dengan politik dan inovasi digital nya Kata kunci antisipasi adalah kembali kepada kaidah persaingan mutu dan sinergitas dengan semua pihak yang terkait stakeholders diperkuat dengan kajian isu isu kritis pendidikan yang sifatnya utama dan tetap penting namun terabaikan Realitanya peran negara negara Arab dalam menjalin kemitraan sosial keagamaan dengan Indonesia sebagai Negara Muslim terbesar dunia belum dapat mendominasi sektor ekonomi strategis Diplomasi Islam dengan negara negara Arab dalam konteks hubungan bilateral maupun multilateral belum dapat dirasakan dampaknya terhadap revitalisasi bahasa Arab di Indonesia dibanding dampak diplomasi ekonomi dalam hubungan Indonesia Cina yang sudah menukik wilayah bahasa Nampaknya perlu ada diplomat diplomat baru yang mampu berbahasa Arab untuk meningkatkan mutu diplomasi Indonesia dengan negara negara Arab Ironi jika bahasa satu negara hanya karena dianggap raksasa ekonomi Asia dapat menandingi posisi bahasa Arab yang telah menjadi bahasa resmi di banyak negara baik di Timur Tengah maupun Afrika Utara Para Da i dan Pendidik dirasa sudah waktunya memenuhi panggilan untuk mendorong revitalisasi bahasa Arab di Indonesia di bidang pendidikan dan politik ekonomi Tanpa semangat komparatif dan kompetitif tantangan nusantarisasi bahasa Arab akan menjadi semakin berat Krisis bahasa Arab adalah krisis identitas sebagai orang Arab dan atau sebegai seorang muslim Para pengusaha muslim jika tidak peduli dengan upaya revitalisasi bahasa Arab tentu posisi bahasa Arab tidak akan pernah maju dan hanya akan bertahan sebagai objek kajian keagamaan jika memang hal itu masih dianggap perlu Beberapa petinggi lembaga bahasa Arab di negara negara Arab juga mengakui bahwa peran pengusaha sangat vital dalam memperkuat peran bahasa Arab terutama di dunia industri ekonomi dan media sosial Proyek pembuatan kamus sejarah bahasa Arab yang di handle oleh beberapa Lembaga Bahasa Arab juga terhenti karena faktor pendanaan Jika memang bahasa Cina layak dianggap pesaing maka umat Islam harus memperkuat dakwah Islam dan bahasa Arab di jalur ekonomi perdagangan Ajaran penjajah Belanda bahwa pribumi adalah bangsawan dan bangsawan adalah tabu berdagang dan paling pantas menjadi ambtenaar alias pegawai negeri tidak relevan untuk misi nusantarisasi bahasa Arab terlebih di tengah arus persaingan identitas dan perang dagang Ribut Nur Huda MA

Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …