sejumlah santri dipandu guru agama belajar alquran melalui komputer  190807204812 563
sejumlah santri dipandu guru agama belajar alquran melalui komputer 190807204812 563

Kemenag Sulsel; Guru PAI Harus Tingkatkan Literasi Dan Ajarkan Moderasi Beragama

MAKASSAR – Guru adalah pelita ditengah masyarakat yang harus terus menebarkan cahaya ilmunya, guru menjadi tempat orangtua menyerahkan anak-anaknya untuk dididik mejadi manusia yang berkarakter dan nantinya dapat bermanfaat bagi sesamanya.

Ditengah kepungan modernisasi yang tidak dapat ditolak atau dihindari, peran guru agama merupakan satu-satunya yang tidak dapat digantikan oleh mesin secanggih apapun, karena selain mengajarkan ilmu agama guru juga menanamkan nilai-nilai akhlaq yang baik. Namun bukan hanya kepungan modernitas yang menjadi tantangan. Serbuan ilfitrasi ajaran menyesatkan dari guru yang berpaham dangkal menyebarkan narasi kebencian juga menjadi tantangan yang harus dilawan.

Mencermati perkembangan tersebut, maka moderasi beragam harus menjadi keahlian guru, terutama guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Selatan Khaeroni meminta kepada seluruh guru Pendidikan Agama Islam (PAI) agar meningkatkan inklusi dan literasi di tengah kemajuan teknologi informasi (TI) saat ini.

“Di era 4.0, mesin-mesin canggih sudah menggantikan peran manusia. Tantangan guru PAI di sekolah juga semakin kompleks dan tak mungkin digantikan dengan mesin,” ujar Kepala Kanwil Kemenag Sulsel Khaeroni dalam rapat koordinasi dan silaturahim bidang Pendidikan Agama Islam (PAI), seperti dikutip dari laman republika. Selasa (29/9).

Ia mengatakan, tenaga pendidik agama Islam tidak akan digantikan oleh mesin, tetapi setiap guru harus bisa meningkatkan literasi. Menurut dia, karakter siswa menjadi kunci, sehingga guru Pendidikan Agama Islam (PAI) saat ini harus diperkuat dengan berbagai literasi sebagai modal utama khususnya yang berbasis pada khazanah kitab klasik dalam Islam.

Khaeroni memandang penguatan literasi bagi guru PAI harus melek literasi yang memperkuat sikap dan pandangan hidup beragama secara inklusif bukan eksklusif. “Jadi memang harus dimunculkan literasi berbasis moderasi beragama. Guru PAI harus melek literasi karena tantangan zaman semakin tinggi,” katanya.

Dalam Rakor PAIS, Kakanwil juga memberikan arahan guru PAI harus mampu menghadirkan literasi kepada siswa agar mampu mengaplikasikan kehidupan sehari-hari bahwa mereka mampu menghargai dan melek arti sebuah perbedaan. “Jangan sampai ada siswa yang membenci sesamanya hanya karena beda agama, beda paham atau beda organisasi,” katanya.

Apalagi, saat ini masyarakat disuguhkan dengan berbagai peristiwa yang sering bikin heboh, misalnya terjadinya malpraktik penyiaran keagamaan yang dibawakan oleh oknum yang pemahaman keagamaannya masih kurang.

Hal-hal demikian, kata dia, kadang menimbulkan kesalahan yang fatal dan bahkan yang seperti itu justru banyak yang menyukai. “Contoh, di kanal media sosial, ada penceramah yang tingkat pemahamannya masih kurang dan menuai kontroversi. Justru yang demikian itu banyak pengikutnya, ini yang tidak boleh terjadi,” ucapnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Pelatihan Guru di Serang 1

Era Digitalisasi, Perlu Strategi Baru Bentengi Generasi Muda dari Intoleransi dan Radikalisme

Serang – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei harus bisa …

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar copy

Bulan Syawal Kesempatan Umat Islam Jadi Ahli Zikir

Jakarta – Bulan Syawal adalah kesempatan umat Islam menjadi hamba-hamba Allah yang ahli zikir. Syawal sendiri memiliki …