Roma – Bulan Ramadan adalah bulan suci yang penuh berkah dan ampunan. Umat Muslim pun bersuka cita untuk menjalankan amalan-alaman ibadah untuk mendapatkan berkah dan ampunan yang maha kuasa.
Meski Ramadan 1442 Hijriah ini umat Muslim kembali harus menjalani di tengah pandemi Covid-19, namun hal itu tidak mengurangi nilai-nilai ibadah di bulan suci ini. Suasana religius penuh kedamaian pun dirasakan di bulan Ramadan ini. Bahkan suasana itu tidak hanya dirasakan umat Muslim, tetapi juga non-Muslim.
Hal itu pula yang dirasakan oleh seorang uskup Katolik di Asti, Italia, Marco Prastaro. Ia mengirim pesan kepada komunitas Muslim untuk menandai dimulainya bulan suci.
“Persahabatan yang tulus dan kedekatan spiritual, dan harapan bahwa melalui praktik puasa, doa, dan sedekah yang tulus, setiap mukmin dapat menerima berkah yang melimpah dari Yang Tertinggi, terutama di masa-masa sulit pandemi,” kata Prastaro seperti dilansir Arab News, Minggu (18/4/2021).
Seperti diketahui 2,5 juta umat Muslim di Negeri Pizza, Italia, harus menjalani ibadah puasa di tengah berbagai pembatasan. Pasalnya, di Italia saat ini masih menerapkan jam malam, larangan berkumpul dalam jumlah besar, dan pembatasan lainnya.
Persatuan Komunitas Islam di Italia (Ucooi) telah menginstruksikan masjid dan tempat ibadah di negara itu untuk memastikan bahwa semua aturan terkait virus Corona, sepenuhnya harus dihormati.
“Kami mengimbau untuk menghindari keramaian di pintu masuk dan keluar tempat ibadah, menyediakan masker dan gel desinfektan kepada umat, serta tidak membawa anak-anak. Kami juga meminta semua orang untuk membawa sajadah mereka sendiri,” kata Presiden Ucooi, Yassine Lafram.
“Kami akan sangat merindukan dimensi sosial Ramadan, karena tidak akan ada kunjungan ke keluarga dan khotbah serta pelajaran hanya akan berlangsung secara online. Kami telah beradaptasi dengan situasi saat ini,” sambungnya.
Hamid Zariate, seorang dokter dan imam di kota Biella, mengatakan, dia telah mengeluarkan imbauan kepada jamaahnya untuk menghindari keramaian.
“Pesan Islam akan tetap bisa menyebar di antara kita melalui internet. Ini adalah peluang besar yang juga memungkinkan kami menjangkau banyak anak muda,” katanya.
Namun, beberapa Muslim mengatakan, Ramadan tahun ini akan dirayakan lebih baik daripada tahun 2020, ketika semua tempat ibadah ditutup karena penguncian nasional.
“Setidaknya tahun ini kami bisa pergi ke masjid untuk salat, tentunya dengan segala kewaspadaan yang mungkin agar tidak mengambil resiko. Itu langkah maju yang cukup besar dibandingkan dengan tahun lalu, ketika kami tidak dapat meninggalkan rumah kami,” kata Sana El-Gosairi.
“Kami akan sangat berhati-hati. Kami tidak dapat mengambil resiko apa pun sekarang, karena kami dapat melihat cahaya di ujung terowongan dengan vaksin,” sambungnya.
El-Gosairi menuturkan, dia akan menghabiskan Ramadan tanpa orang tuanya, yang terjebak di Maroko karena larangan perjalanan yang diperpanjang negara itu hingga 21 Mei.
Sementara itu, Islamic Center di Brescia menuturkan, meski pembatasan ketat masih membayangi Ramadan kali ini, tetapi situasinya masih jauh lebih baik dibanding tahun lalu dan itu patut disyukuri. “Kami tidak akan memiliki kenormalan yang lengkap, tetapi kami akan menjalaninya dengan spiritualitas yang lebih sadar,” ucapnya.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah