Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid SE MM
Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid SE MM

Peran Ulama Signifikan Cegah Paham Radikal Terorisme yang Atasnamakan Agama

Jakarta –Untuk mengoptimalisasikan Islam wasathiyah, para ulama memiliki peran yang sangat signifikan dan penting dalam mencegah munculnya radikalisme, ekstremisme, dan terorisme di Indonesia. Terutama paham radikalisme terorisme yang mengatasnamakan agama.

“Pelibatan ulama sangat penting dan signifikan. Apalagi di tahun 2022 ini BNPT mencanangkan strategi Pentahelix, dengan merangkul lima elemen bangsa, yakni Kementerian/Lembaga, komunitas-komunitas, akademisi atau civitas Akademika, kami juga melibatkan dunia usaha, baik itu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) maupun swasta dan juga media. Nah para ulama ini masuk dalam komunitas melalui MUI ini,” ujar Brigjen Pol R. Ahmad Nurwakhid di Jakarta, Rabu (26/1/2022).

Pernyataan itu diungkapkan Ahmad Nurwakhid saat menjadi narasumber pada acara Halaqah Kebangsaan dengan mengambil tema Optimalisasi Islam Washatiyah dalam Mencegah Ekstrimisme dan Terorisme. Acara yang digalar oleh Badan Penanggulangan Ekstrimisme dan Terorisme, Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) ini digelar di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta.

Lebih lanjut, Ahmad Nurwakhid  mengungkapkan, tokoh agama dan ulama juga berpotensi untuk menjadi pintu masuk sekaligus pintu keluar radikalisme. Menjadi pintu masuk radikalisme kalau para tokoh agama mengajarkan kepada umatnya  konten-konten intoleran, radikalisme, hate speech dan lain sebagainya.

Tapi ulama bisa menjadi pintu keluar radikalisme dan terorisme atau menjadi obat atau vaksin bagi virus radikalisme, kalau mereka selalu menggelorakan, mendakwahkan dan mendesiminasikan Islam yang wasathiyah, Islam yang moderat, akhaqul karimah, rahmatan lil alamin, cintai tanah air dan bangsanya, toleransi dalam menjaga persatuan dan perdamaian.

Namun alumni Akpol tahun 1989 ini membantah kalau selama ini para ulama moderat kurang optimal dalam menerapkan Islam wasathiyah. “Saya rasa sudah cukup baik, cuma perlu di optimalisasikan, perlu didesiminasikan terus. Dan acara halaqah ini juga untuk penyamaan persepsi terhadap fenomena isu radikalisme dan terorisme itu,” katanya.

Nurwakhid menjelaskan, dalam riset yang dilakukan Lembaga survei nasional seperti Setara Institute 2020 lalu telah menunjukkan sebanyak 67,7 % konten-konten keagamaan di dunia maya itu didominasi oleh konten-konten intoleransi dan radikal. Untuk itulah para ulama ini perlu mengimbangi konten-kenten keagamaan yang wasathiyah dan moderat.

Hal itu perlu terus dibangkitkan, diresonansi, dan dimotivasi untuk para ulama itu agar lebih masif lagi untuk mendakwahkan konten-konten yang toleran, wasathiyah dan moderat. Upaya ini untuk mengimbangi atau menghadapi konten-konten keagamaan yang intoleran.

Menurutnya, yang menjadi kendala para ulama dalam menyebarkan konten positif di dunia maya dikarenakan para ulama moderat dan qa’naah ini mengaggap masalah radikalisme dan terorisme ini sudah menjadi ranah negara atau pemerintah. Padahal negara atau pemerintah sendiri belum ada regulasi yang melarang semua ideologi radikal, takfiri, intoleran yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Menurutnya, sejauh ini banyak ulama yang cenderung diam dan hanya aktif dakwah secara konvensional, tidak melalui di dunia maya. Tapi begitu ada virus Covid-19 dan adanya protokol kesehatan ketat, maka mau tidak mau para tokoh agama mulai aktif di dunia maya, menggunakan teknologi digitalisasi, seperti youtube, zoom dan sebagainya.

“Akhirnya di tahun di 2020 Index potensi radikalisme ini turun dari angka 38 % turun menjadi 12,2%, Tentunya ini salah satunya juga karena optimalisasi para ulama lagi. Nah ini kita bangkitkan terus supaya nanti di 2022 itu juga mengalami tren penurunan,” katanya.

Nurwakhid pun sangat menagpresiasi acara Halaqoh Kebangsaan yang digelar oleh BPET MUI ini dalam rangka penanggulangan radikalisme, ektrimisme maupun terorisme di Indonesia.

“Ini adalah kegiatan yang sangat bagus, bagaimana para kumpulan ulama yang tergabung didalam MUI itu benar-benar sangat peduli di dalam isu radikalisme dan terorisme ini. Dan hal ini tentunya sangat berguna dan bermanfaat terutama untuk mendorong negara dan masyarakat dalam mewaspadai bahaya radikalisme dan terorisme,” tuturnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Haji mabrur

Dewan Ulama Saudi Nyatakan Haji Tanpa Izin Dosa, Kemenag: Hanya Visa Haji yang Dibolehkan

Jakarta – Dewan Ulama Senior Arab Saudi menyatakan ibadah haji tanpa izin tidak diperbolehkan dan …

Relijius copy

Indonesia Menempati Negara Paling Relijius Sejagad

Jakarta – Indonesia adalah negera mayoritas beragama Islam. Sepertiga dari kurang lebih 270 juta penduduk …