Yang menjadi dalil perayaan Maulid Nabi adalah hadits dari Abu Qatadah Al Anshari, bahwa Rasulullah pernah ditanya mengenai puasa hari senin, beliau menjawab: “Pada hari itulah aku dilahirkan dan Wahyu diturunkan kepadaku”. (HR. Muslim).
Makna tersurat hadits di atas adalah sebagai bukti Nabi sendiri merayakan hari kelahiran beliau dengan cara berpuasa. Maka, selayaknya bagi umat Islam untuk merayakan hari kelahiran beliau sebagai bentuk rasa syukur kita sebagai umatnya.
Di hari kiamat nanti, satu-satunya Nabi yang bisa memberikan syafaat (pertolongan) hanya Nabi Muhammad. Sudah selayaknya kita sebagai umatnya merayakan hari kelahiran beliau, sekalipun misalnya tidak ada dalil yang menguatkan.
Membaca shalawat dan memberi suguhan makan terhadap orang lain adalah perbuatan mulia. Shalawat, sekalipun disertai riya’ tetap mendapatkan pahala dan juga sebagai bukti kecintaan kepada Rasulullah. Sedangkan sedekah makanan akan dibalas berlipat ganda oleh Allah. Karenanya, andaipun tidak ada dalil tentang perayaan Maulid Nabi tetap saja boleh dilakukan dalam sudut pandang ia sebagai perkumpulan membaca shalawat dan sedekah.
Maulid Pertama Kali dalam Sejarah Islam
Dalam catatan sejarahwan Islam ada tiga teori tentang kapan pertama kali Maulid Nabi diselenggarakan secara seremonial dan meriah.
Pendapat pertama, Maulid Nabi pertama kali digelar dengan mewah dan meriah oleh Sultan Abu Said Muzaffar Kukabri. Beliau Gubernur Ibril, Irak. Dalam catatan Ibnu Katsir, Imam Suyuthi dan Ibnu Zauji, beliau adalah orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi secara meriah dan besar. Peringatan itu berlanjut setiap tahun pada setiap hari kelahiran Baginda Nabi. Muzaffar hidup sekitar tahun 549 hijriah hingga tahun 630 hijriah.
Imam Suyuthi menjelaskan hal tersebut dalam Al Maqadis fi ‘Amali Maulid. Sementara Ibnu Zauji menulisnya dalam Mir’atuz Zaman.
Pendapat kedua, yang pertama kali merayakan Maulid Nabi adalah Sultan Salahuddin Al Ayyubi, penguasa Dinasti Ayyub di bawah kekuasaan Abbasiyah. Beliau mengadakan Maulid untuk meningkatkan semangat juang tentara Islam melawan pasukan salib. Salahuddin Al Ayyubi lahir tahun 567 hijriah dan wafat tahun 622 hijriah.
Pendapat ketiga, perayaan Maulid Nabi pertama kali dirayakan oleh Dinasti Ubaid yang berpaham Syi’ah Ismailiyah di Mesir. Terjadi pada masa pemerintahan Abu Tamim. Saat itu, tradisi Maulid Nabi berlangsung meriah setiap tahun. Dinasti Ubaid berkuasa di Mesir sejak tahun 362 hijriah sampai tahun 567 hijriah.
Dengan demikian, perayaan Maulid Nabi diperingati sejak dahulu. Bahkan, lebih meriah. Sultan Muzaffar menyembelih ribuan onta dan kambing setiap merayakan maulid. Yang diundang adalah rakyat, para penguasa dari daerah lain dan tamu manca negara.
Maka, sungguh mengherankan kalau hari ini kita masih memperdebatkan dalil Maulid Nabi. Padahal, ulama-ulama dan tokoh Islam masa dulu justeru merayakannya dengan sangat meriah. ‘Ala kulli hal, kita telah terjebak pada perdebatan yang sia-sia.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah