Beberapa hari yang lalu, kita membaca di berbagai media sebuah kejadian yang menghebohkan. Seorang perempuan yang bercadar dan tidak memiliki identitas memaksa masuk dan mencoba menerobos ke halaman istana dan membawa pistol yang langsung ditodongkan kepada petugas (Paspampres) di dalam area istana.
Siapa perempuan itu? Apakah terikat jaringan teroris? Apakah ia beraksi secara mandiri atau yang sering disebut lone wolf? atau ia hanya bagian dari kriminal biasa?
Saya tidak ingin membahas siapa perempuan itu apakah dia terhubung dengan jaringan terorisme seperti Jamaah Anshor Daulah atau Mujahidin Indonesia Timur, tetapi saya ingin berbicara tentang kenapa perempuan terlibat dalam kegiatan terorisme dan kenapa seorang teroris nekat melakukan tindakan biadab.
Pertama; biasanya seorang teroris nekat melakukan aksi karena dilatarbelakangi dengan dendam misalnya dalam kasus peledakan Bali tahun 2002 yang dilatarbelakangi kemarahan kelompok terorisme akibat penangkapan terhadap beberapa anggota jaringannya di negara-negara lain. Demikian pula aksi-aksi terorisme yang terjadi di belahan dunia lainnya umumnya disebabkan karena balas dendam terhadap aparat keamanan yang melakukan penangkapan terhadap jaringan mereka.
Baru-baru ini kita membaca di berita bahwa kelompok teror Elshabab bertanggungjawab terhadap aksi bom di Somalia itu yang mengakibatkan 5 orang tewas . Kejadian itu ditegaskan sebagai bentuk dendam kelompok itu terhadap aparat keamanan di negara tersebut.
Kedua, tidak menutup kemungkinan sikap nekat yang dilakukan oleh perempuan ini sebagai balas dendam terhadap jaringannya atau idolanya misalnya beberapa bulan lalu tokoh MIT di Poso juga ditangkap oleh aparat keamanan dan meminta mereka yang masih berkeliaran dalam hutan agar menyerahkan diri. Belum lagi penangkapan-penangkapan beberapa bulan terakhir terutama selama masa pandemi yang jumlahnya lebih dari 300 orang karena terlibat dalam perencanaan aksi terorisme.
Penangkapan-penangkapan ini tentu juga menjadi catatan mereka untuk menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam rangka balas dendam. Jika misalnya perempuan yang bercadar itu memang memiliki hubungan dengan dengan jaringan terorisme yang ada di Indonesia, sudah bisa dipastikan bahwa apa yang bersangkutan lakukan adalah bagian dari balas dendam. Tetapi jika yang bersangkutan tidak memiliki hubungan maka sudah dipastikan bahwa mereka adalah lone wolf atau serigala tunggal.
Ketiga, fenomena lone wolf atau serigala tunggal memang masih masif terutama setelah ISIS kalah di Irak dan Suriah. Mereka yang belum sempat ke Suriah dan Irak, tetapi sudah terpapar paham radikal terorisme pasti akan melakukan aksi. Ini bukan saja di Indonesia tetapi juga terjadi di negara-negara lain. Hampir semua aksi-aksi terorisme beberapa tahun terakhir pelakunya adalah lone wolf. Artinya mereka tidak terkoordinasi dengan kelompok teroris untuk melakukan aksi, tetapi mereka nekat melakukan aksi sendiri karena sudah terpapar dengan paham radikal terorisme
Keempat, dalam beberapa bulan terakhir beberapa aksi terorisme dilakukan oleh perempuan. Di Sumatera Utara pada bulan Maret tahun 2022 seorang perempuan menabrakkan motornya ke kantor polisi. Ketika diinterogasi ternyata mengatakan bahwa ingin masuk surga dan meyakini bahwa Habib Rizieq Syihab adalah Nabi.
Peristiwa serupa mengingatkan kita atas apa yang dilakukan Zakiah Aini pada Maret 2021 yang juga nekat menerobos Mabes Polri dengan membawa senjata tajam hanya ingin menjadikan aparat sebagai target. Kemudian beberapa tahun lalu Dian Novi Yulia juga ditangkap dalam perjalanan menuju istana Presiden dengan membawa bahan peledak. Dan yang terakhir yang terjadi hari ini di Istana seorang perempuan bercadar memasuki halaman istana membawa pistol dan menargetkan aparat atau mungkin juga menarget presiden sebagai target kekerasan.
Kelima, keterlibatan perempuan dalam jaringan radikal terorisme muncul sejak ISIS tampil di Suriah dan Irak sebagai satu-satunya kelompok teroris yang mendeklarasikan negara khilafah. ISIS memandang bahwa salah satu kekurangan kelompok-kelompok keras seperti Al Qaeda adalah menghindari perempuan sebagai salah satu alat untuk melakukan tindakan terorisme.
ISIS justru memandang bahwa perempuan harus dilibatkan dalam operasi terorisme. Terbukti betapa banyaknya perempuan yang bergabung ke ISIS bukan saja dari Asia, tetapi juga dari negara-negara barat dan sudah berapa banyak aksi nekat perempuan para anggota dan pendukung ISIS.
Penyebab Perempuan Masuk dalam Jejaring Teror
Beberapa hal yang mendukung kenapa seorang perempuan digunakan sebagai pengantin dalam aksi terorisme karena banyak faktor. Faktor budaya, masyarakat kita masih sangat menghormati kedudukan perempuan sehingga pemeriksaan dan kecurigaan terhadap kaum perempuan dalam hal kekerasan tidak sebanding lurus dengan kecurigaan kita terhadap laki-laki. Karena itu perempuan dianggap potensial untuk dijadikan alat dalam melakukan aksi terorisme di manapun dan kapanpun.
Keterlibatan perempuan dalam aksi teror tentu mengurangi kecurigaan, tetapi nyatanya mereka adalah pelaku dan bahkan lebih radikal dari suaminya. Demikian pula yang terjadi di Filipina beberapa tahun lalu di mana sepasang suami istri meledakkan dirinya di tempat umum dan aparat keamanan tidak menaruh curiga atas keberadaan perempuan itu di tempat itu.
Kedua, perempuan dianggap memiliki posisi tawar yang rendah dibanding laki-laki. Artinya perempuan lebih mudah terpapar paham-paham radikal karena itu harus menjadi target utama untuk merekrut mereka ke dalam jaringannya.
Ketiga, dari sisi ekonomi, perempuan seringkali menjadi pihak yang dimarginalkan terutama dalam hal keuangan apalagi jika dalam keluarga yang tidak mampu maka perempuanlah yang sangat merasakan penderitaan karena itu mereka sangat rentan dipengaruhi.
Dan yang terakhir perempuan sering dipersepsikan sebagai makhluk yang irasional. Artinya perempuan cenderung mengedepankan perasaan dalam segala hal dibanding menggunakan logika sehingga lebih mudah direktrut dan didoktrin untuk melakukan tindakan aksi terorisme,
Keterlibatan perempuan dalam aksi-aksi terorisme dan banyaknya perempuan terpapar paham paham radikal terorisme bukan saja di Indonesia, tetapi sudah lumrah di negara lain. Kita bisa melihat dari jumlah kaum perempuan yang kini masih berada di kamp-kamp pengungsi di Irak dan Suriah. Tentu ini sangat menyedihkan karena seperti yang kita pahami bahwa perempuan semestinya menjadi tiang dalam agama dan rumah tangga yang akan membina dan membangun masa depan anak-anak bangsa, tetapi justru mereka banyak yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan radikal terorisme.
Agama apapun terutama Islam menempatkan perempuan dalam posisi yang sangat tinggi bahkan salah satu pesan Rasullullah Saw sebelum wafat adalah menjaga perempuan-perempuan karena perempuan memiliki peran yang sangat besar dalam membangun generasi agama dan bangsa di masa yang akan datang. Karena itulah, sangat disayangkan jika perempuan terlibat dalam jaringan terorisme yang sangat bertentangan dengan fitrah mereka sebagai seorang perempuan..