Membaca biografi tokoh bermanfaat sebagai inspirasi dan motivasi diri, minimal ada semangat yang menjalar di dalam diri kita untuk meniru dan mencapai prestasi seperti tokoh dimaksud. Sejarah Islam mencatat beberapa tokoh muslim terkemuka terdiri dari ulama, intelektual dan para pakar di bidang non ilmu agama. Tokoh-tokoh tersebut memberikan kontribusi besar bagi peradaban Islam.
Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah Ibnu Bajjah. Nama lengkapnya Abu Bakr Muhammad Ibn Yahya bin Al Sayigh Al Tujubi Al Andalusi Al Samqusti. Sebutan masyhur Ibnu Bajjah karena orang tua beliau yang berprofesi sebagai pedagang emas. Bajjah bermakna pedagang emas, maka Ibnu Bajjah berarti “anak emas”. Ia lahir dari keluarga Al Tujib.
Satu yang istimewa dari Ibnu Bajjah, ia tercatat sebagai filsuf muslim pertama dalam sejarah kefilsafatan Andalusia, karena itu pula ia menjadi filsuf terkemuka dikalangan para filsuf masa itu. Orang Eropa menyebutnya Avenpace yang berarti perak.
Di Andalusia, Ibnu Bajjah merupakan sosok terkemuka yang disegani dan menjadi tokoh paling berpengaruh. Sekalipun begitu, tidak banyak orang yang tahu tentang dirinya secara detail, kecuali hanya sebagian saja dan itu pun hanya orang-orang terdekatnya. Sehingga, tidak banyak yang mencatat tentang riwayat hidup Ibnu Bajjah secara lengkap.
Demikian pula tentang kehidupan masa mudanya serta perjalanannya dalam mencari ilmu pengetahuan. Dari beberapa catatan sejarahwan diketahui, Ibnu Bajjah pernah tinggal di beberapa kota di Andalusia, yaitu Granada Sevilla dan Fez. Sangat mungkin, di kota-kota Ibnu Bajjah menetap sementara karena kepentingan studinya.
Salah satu yang menulis biografi Ibnu Bajjah adalah Ibnu Al Imam, murid Ibnu Bajjah sendiri. Ia, juga salah seorang yang banyak mensyarahi atau menjelaskan serta menguraikan karya-karya filsafat Ibnu Bajjah. Satu catatan penting dari Al Imam tentang Ibnu Bajjah, bahwa karya-karya filsafat gurunya merupakan maha karya yang sangat fenomenal.
Ibnu Bajjah lahir pada abad ke-11 M/abad 5 H di Zaragoza, salah satu kota di Andalusia (Spanyol). Ibnu Bajjah semasih muda tidak dikenal sebagai ahli filsafat, namun lebih dikenal sebagai ilmuan dan penyair. Ibnu Bajjah meninggal di kota Fezlah (Maroko) tahun 1138 M/533 H. Ia meninggal dalam usia yang masih sangat muda. Namun demikian, ia memberikan warisan berharga bagi khazanah keilmuan Islam, khususnya dalam bidang ilmu filsafat.
Ibnu Bajjah, sebagaimana catatan sejarahwan, merupakan sosok multitalenta dalam bidang pengetahuan. Ia tidak hanya menguasai ilmu filsafat, namun juga menguasai beberapa disiplin ilmu yang lain, khususnya pengetahuan agama Islam. Ibnu Khayyan bahkan sempat melemparkan tuduhan tidak baik terhadap Ibnu Bajjah melalui “Qawaid al Iqyan”.
Ibnu Bajjah tidak hanya konsen dalam penguasaan berbagai keilmuan, dirinya juga ikut aktif dalam dunia politik. Salah satu karir tertinggi dalam politik adalah ketika Abu Bakar Ibn Ibrahim al Sahrawi, Gubernur Zaragoza, mengangkat Ibnu Bajjah sebagai Wazir.
Selain itu, Ibnu Bajjah juga menguasai ilmu kedokteran (tabib). Disaat ia tinggal di Sevilla dirinya berprofesi sebagai tabib. Hebatnya, saat Ibnu Bajjah tinggal di Granada dirinya berhasil menguasai dua belas macam bidang ilmu pengetahuan secara cepat. Disana pula, ia tercatat sebagai sarjana ilmu Bahasa dan Sastra Arab. Salah satu muridnya adalah Ibnu Rusyd.
Begitulah catatan singkat Ibnu Bajjah, filsuf, intelektual dan ulama. Penyumbang kemajuan peradaban Islam. Darinya lahir beberapa tokoh muslim terkemuka seperti Ibnu Rusyd.
Sebagai catatan akhir, bahwa kemajuan peradaban Islam tidak ditentukan oleh sebuah sistem negara seperti demokrasi maupun sistem pemerintahan khilafah, namun dari penguasaan muslim terhadap ilmu pengetahuan. Dengan demikian, mempersoalkan sistem negara hanyalah kesia-siaan belaka. Kemunduran umat Islam lebih dominan dipengaruhi sebab lemahnya kemampuan intelektual.
Ilmu pengetahuan menjadi pondasi kuat peradaban Islam. Sebagaimana dikatakan sendiri oleh Nabi, “Dunia hanya bisa digenggam dengan menguasai ilmu pengetahuan, demikian juga kebahagiaan akhirat hanya bisa dicapai dengan media ilmu pengetahuan, dan apabila menginginkan kesuksesan dunia akhirat syaratnya tidak ada lain adalah menguasai ilmu pengetahuan”. (HR. Thabrani).
“Man arada ad dunya, fa’alihi bil ilmi, wa man arada al akhirat fa’alihi bil ilmi, wa man arada huma fa’alihi bil ilmi”.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah