ar-rahim

Mempersoalkan Ar-Rahim Allah

Acap kali kita temui orang-orang yang mempertanyakan tentang kekuasaan Allah dan sifat belas kasihnya. Pasalnya, mereka kurang yakin dengan sifat tersebut lantaran mereka temui orang-orang kesusahan, ditimpa musibah sehingga hidupnya seolah kalang kabut, dan kebingungan hamba yang lainnya. Lalu di manakah kekuasaan Allah? di manakah sifat belas kasihnya? mengapa ia biarkan hambanya larut dalam penderitaan? begitulah pertanyaan-pertanyaan skeptis yang sering terlontar.

Dalam sebuah hadis, Nabi Saw. mengajarkan bahwa: “Jika Allah mencintai seorang (suatu kaum) maka Dia akan mengujinya”

Hadis tersebut menjawab dengan sangat jelas bahwa Allah tidak mungkin menyiksa seorang hamba dengan kesusahan. Jika pun kesusahan dan kesulitan, bisa saja itu hanya dalam perspektif manusia saja. sedang dalam skenario Allah itu adalah jalan terbaik bagi hambanya. Semisal ada seorang hamba yang menderita penyakit stroke, manusia beranggapan bahwa Allah tidak mengasihaninya dan tidak memberinya kesempatan untuk beraktifitas atau beribadah.

Namun Allah Bikulli Syai’in ‘Alim. Allah mengetahui segala sesuatu. Bisa saja, hamba yang menderita penyakit stroke tersebut ketika diberi kesehatan, ia akan lalai melaksanakan ibadah dan cenderung akan sibuk dengan hal-hal duniawi—bahkan bermaksiat kepada Allah. Kecintaan Allah pada hambanya tidak bisa dilihat sekilas hanya berdasar apa yang kita lihat di depan mata. Kita harus bisa tafakur akan hikmah yang ada di dalamnya.

Cobaan atau ujian adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya sebagai refleksi untuk dapat mengintrospeksi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Allah menguji seorang hamba dengan kehilangan sesuatu yang amat dicintainya. Bukan karena Allah tidak sayang kepadanya dan membiarkannya terpuruk dalam kehilangan. Allah hanya ingin menyadarkan bahwa betapa pun mencintai sesuatu atau seseorang, janganlah melupakan Allah sang Khaliq pencipta Alam.

Ketika seorang hamba dapat menghadapi cobaan tersebut dengan penuh tabah dan kesabaran, Maka Allah akan menyayangi dan mencukupinya. Sebagaimana difirmankan dalam QS. Al-Thalaq ayat 2-3.

 وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ ٢ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرً

“Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.”

Ayat tersebut sangatlah jelas bahwa Allah sangat belas kasih kepada hambanya. Segala macam cobaan yang diberikan kepada hamba-Nya adalah salah satu bentuk dari kasih sayangnya. Dalam setiap cobaan, Allah pasti berikan jalan keluar.

Bagikan Artikel ini:

About Ubaidillah AS

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Universitas Annuqayah

Check Also

shalat witir

Kenapa Na’budu Dulu, Bukan Nasta’inu?

Maha Suci Allah dengan firmannya. Dalam al-Fatihah ayat kelima yang berbunyi “Iyyaka na’budu wa iyyaka …