tetangga

Memuliakan Tetangga

Bertetangga memang tidak lepas dari masalah. Kadang tetangga berbuat sesuatu yang membuat kita tidak suka. Kadang kita yang berbuat kesalahan. Sadar atau tidak sebenarnya kita tidak selalu benar dalam menjalani hidup. Untuk itu, yang diwajibkan pada kaum muslim adalah memuliakan tetangga.

Memuliakan tetangga adalah berbuat baik pada mereka. Memenuhi hak-hak mereka sebagai tetangga. Hasan al-Bashri malah berpendapat: “memuliakana tetangga bukan hanya tidak mengganggu mereka tetapi bersabar atas gangguan mereka.”

Hasan al-Bashri seakan-akan mengatakan bahwa kebaikan itu bukan hanya berbuat baik pada seseorang. Bersabar atas perilaku seseorang juga berbuat baik. Karena untuk memahami kehidupan, tidak bisa dilihat dari satu sisi. Ada kalanya seseorang melakukan kesalahan baik sengaja atau tidak.

Tetangga ada dua macam: ada tetangga dekat dan ada tetangga jauh. Ada yang memaknai secara harfiah bahwa tetangga dekat adalah tetangga yang rumahnya dekat dengan kita. Tetangga jauh adalah tetangga yang rumahnya tidak dekat dengan kita. Sebab cakupan tetangga adalah empat puluh rumah dari rumah kita. Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Abbas r.a.

Ada juga yang berpendapat bahwa yang pertama adalah muslim. Yang kedua adalah Yahudi. Tetangga muslim mempunyai tiga hak, yakni hak bertetangga, hak berdekatan dan hak berislam. Sedangkan yang jauh, jika muslim, ia mempunyai hak bertetangga dan hak berislam, dan jika ia seorang Yahudi (non-muslim) maka ia hanya mempunyai hak bertetangga.

Diceritakan bahwa dulu bahwa ada seorang tetangga Hasan bin Ali r.a. yang non muslim. Suatu saat dindingnya robek dan banyak najis yang jatuh ke rumahnya Hasan bin Ali r.a. Tetangga non muslim itu tidak menyadarinya. Hingga suatu saat, istri tetangga tersebut mengetahui hal itu dan mengatakan pada suaminya. Suaminya kemudian mengunjungi Hasan bin Ali r.a. untuk meminta maaf.

Hasan bin Ali r.a. berkata: “Kakekku saw. memerintahkanku untuk memuliakan tetangga.” Mendengar hal itu, tetangga non muslim tersebut lantas memeluk agama Islam. Oleh sebab itu, Hasan al-Bashri berpendapat seperti di atas.

Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa menghormati tetangga seperti menghormati ibu. Rasulullah saw. selalu diwasiati tentang tetangga oleh Malaikat Jibril, sampai-sampai Nabi Muhammad saw. menyangka bahwa tetangga akan menjadi ahli waris.

Dalam kitab Lawaami’u anwaari al-Qulub disebutkan bahwa suatu kali ada beberapa bertamu  ke kediaman Rasulullah saw. Ketika Rasulullah berwudu, mereka minum air sisa dari air wudu itu dan mengusap wajah mereka denga air yang telah jatuh ke tanah.

Melihat itu, Rasulullah saw. bertanya: “apa yang mendorong kalian melakukan ini?”

Mereka menjawab: “cinta Allah dan RasulNya. Semoga Allah dan RasulNya mencintai kami”

Rasulullah saw. kemudian besabda:

المرء مع من أحب ان كنتم تحبون الله ورسوله فحافظوا على ثلاثة خصال صدق الحديث وأداء الأمانة وحفظ الجوار فان أذى الجار يمحو الحسنات

“seseorang itu bersama dengan yang Ia cintai. Jika kalian mencintai Allah dan RasulNya, maka jagalah tiga hal ini. Jujur dalam berucap, melaksanakan amanah, menjaga hak-hak tetangga. Karena mengganggu tetangga bisa menghapus kebaikan.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Santri

Semangat Jihad Santri Kini Bertransformasi Jadi Perjuangan Intelektual dan Kultural

Semarang — Peringatan Hari Santri Nasional 2025 yang jatuh pada Selasa (22/10) diperingati secara khidmat …

Gubernur Jatim Khofifah Parawansa hadiri Lirboyo Bersholawat

Hari Santri: Panggilan Suci Teguhkan Peran Santri Sebagai Penjaga Iman, Bangsa, dan Peradaban Dunia

Kediri — Hari Santri bukan sekadar peringatan, melainkan panggilan suci untuk meneguhkan peran santri sebagai …