islam
islam

Sejarah Ibadah dalam Islam : Shalat sebagai Pilar dan Ibadah Pertama Umat Islam (1)

Sejarah ibadah dalam Islam tidak terjadi dalam waktu yang singkat dan bersamaan. Kewajiban dan pelaksanaan itu mengalami proses hingga penyempurnaan

Jangan pernah dibayangkan rukun Islam yang terdiri dari syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji merupakan 5 kewajiban yang diturunkan secara bersamaan. Keempat ibadah tersebut-selain syahadat-merupakan ibadah penting yang disebut pilar Islam yang diwajibkan secara bertahap. Keempat ibadah bukan satu paket doktrin yang diturunkan bersamaan sebagai kewajiban menjadi orang Islam.

Begitu pula proses islamisasi yang dilakukan Nabi dilakukan bertahap dari metode rahasia/samar hingga terangan-terangan, dan dari metode pemantapan keyakinan hingga kewajiban ibadah. Tahapan proses ini juga mengikuti konteks keberadaan Nabi di Makkah dan Madinah. Karena itulah, ada beberapa ibadah yang diwajibkan ketika berada di Makkah dan selebihnya ibadah yang diwajibkan ketika berada di Madinah.

1. Sejarah Ibadah Shalat

Shalat adalah ibadah pertama yang diwajibkan dalam Islam. Sebelum ada kewajiban shalat limat waktu, Nabi sudah melaksanakan ibadah shalat. Sementara kewajiban ibadah shalat lima waktu dikukuhkan setelah Nabi melaksanakan Isra dan Mi’raj yang langsung mendapatkan perintah langsung dari Allah.

Dalam beberapa Riwayat, Nabi telah melaksanakan shalat, tetapi dalam bentuk sederhana yakni dua rakaat pagi dan petang. Dalam peristiwa Isra Mi’raj, Nabi juga diceritakan melaksanakan shalat ketika memasuki masjidil Aqsa sebelum menghadap kepada Allah. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun ke-10 kenabian (621 M) atau tiga tahun sebelum hijrah Nabi ke Madinah.

Setelah mendapatkan perintah shalat lima waktu, pada periode Makkah, Nabi dan pengikutnya melaksanakan shalat secara sembunyi-sembunyi. Kiblat shalat saat itu masih menghadap ke masjidil Aqsa, Yarussalem. Begitu pula, tidak ada syariat shalat berjamaah karena umat Islam dalam kondisi tertindas dan tertekan. Karena itulah, bisa dipastikan ayat syariat shalat berjamaah dan hadist tentang keutamaan shalat Jamaah muncul pada periode Madinah.

Setelah periode Madinah, ada beberapa penyempurnaan syariat Shalat yang patut diamati. Setidaknya ada 3 hal penting dari proses penyempurnaan tersebut. Pertama, azan sebagai panggilan shalat. Ketika berada di Madinah Nabi berkeinginan untuk mencari cara dan tanda masuknya waktu shalat. Sebelumnya shabat berkumpul menunggu waktu shalat dan akan melaksanakannya ketika sudah masuk waktu shalat.

Azan menjadi pilihan yang diusulkan oleh sahabat seperti Umar bin Khattab dan Abdullah bin Zaid yang dilhami dari mimpi. Nabi pun menetapkan syariat azan sebagai pandan masuknya ibadah shalat. Bilal adalah orang pertama yang diajarkan lafal azan, sekaligus muazzin pertama dalam Islam yang mengkumandangkan dengan merdu dan menyentuh hati.

Kedua, syariat shalat jamaah. Sebagaimana di Makkah, syariat shalat berjamaah belum dititahkan oleh Nabi. Ketika di Madinah dengan adanya wilayah yang aman dan masjid yang dibangun di Madinah, shalat jamaah menjadi salah satu syariat dan syiar Islam. Nabi dalam beberapa hadist juga menjelaskan keutamaan shalat berjamaah dari pada shalat sendirian.

Ketiga, perpindahan kiblat dari masjidil Aqsa menuju Masjidil Haram. perubahan kilbat terjadi pada pertengahn tahun ke-2 hijrah, tepatnya bulan Rajab (Februari 624). Artinya, selama tinggal di Madinah selama 15-16 bulan, Nabi dan para Sahabat masih melaksanakan shalat dengan menghadap Masjidil Aqsa.

Dengan turunkannya wahyu Al-Baqarah (2: 144) umat Islam memiliki kiblat sendiri. Masjid Qiblatain, yang berada di sebuah bukit kecil di sebelah utara Harrah Wabrah, Madinah, menjadi saksi perubahan kiblat tersebut. Diceritakan ketika shalat Zuhur di Masjid Bani Salamah, Nabi mendapatkan wajyu pemindahan arah kiblat. Nabi dan seluruh Jamaah langsung berpindah posisi 180 derajat menghadap masjidil haram dan melanjutkan shalatnya.

Selain itu ketiga proses tahapan penyempurnaan shalat tersebut, ada satu lagi shalat jumat yang ditegaskan melalui wahyu surat Al Jumuah ayat 9. Ada perbedaan pendapat tentang perintah shalat Jumat. Ada yang mengatakan perintah shalat Jumat  sudah didapatkan sejak Nabi berada di Makkah, tetapi belum pernah dilaksanakan karena kondisi yang tidak memungkinkan.

Kedua, ada pendapat berdasarkan turunnya surat Al Jumuah ketika berada di Madinah. Pertama kali Nabi shalat Jumat di pemukiman Bani Salim bin Auf dalam perjalanan ke Madinah. Disitulah Nabi melaksanakan shalat jumat yang akhirnya dikenal sebagai masjid Al-Jumah.

Dari sini bisa dipahami bahwa sesungguhnya ibadah shalat adalah perintah ibadah pertama yang dikenal umat Islam. Belum ada ibadah lain selama di Makkah yang menjadi salah satu kewajiban umat Islam. Shalat menjadi salah satu pilar penting dalam sejarah ibadah umat Islam.

(bersambung)

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

KH Maman Imanulhaq 1

Hari Santri 2025; Santri Garda Terdepan Jaga Kedaulatan Bangsa dan Rawat Nilai-Nilai Keislaman yang Damai

Jakarta – Perjuangan santri tidak boleh dibatasi hanya pada ruang ibadah dan ritual keagamaan. Santri …

ponpes salafiyah syafiyah sukorejo 1 169

Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Raih Penghargaan Pesantren Transformatif 2025

Jakarta — Suasana hangat dan penuh apresiasi mewarnai malam penganugerahan Pesantren Award 2025 yang digelar di …