Gowa — Dalam suasana yang penuh keakraban dan semangat kebersamaan, Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan Dialog Lintas Agama dan Budaya, Senin (23/6/2025). Acara ini digelar di Resto Akaddo Waroengta, Kabupaten Gowa, sebagai wujud nyata komitmen membangun kerukunan di tengah keberagaman yang kian kompleks.
Kegiatan tersebut menghadirkan sekitar 70 peserta dari beragam elemen masyarakat, termasuk tokoh agama, perwakilan ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Wahdah Islamiyah, serta unsur pemuda lintas iman dan insan media. Hadir pula lembaga seperti MUI, FKUB, dan ICATT yang selama ini turut berkontribusi dalam menjaga harmoni sosial di Sulawesi Selatan.
Kepala Kanwil Kemenag Sulsel, Dr H Ali Yafid, dalam sambutannya menekankan bahwa kerukunan umat beragama adalah kekayaan bangsa yang tak ternilai. Ia mengajak semua pihak untuk menjadikan forum lintas iman semacam ini sebagai sarana memperkuat komunikasi dan mempererat tali persaudaraan.
“Saya percaya, pertemuan seperti ini penuh keberkahan. Indonesia dikenal dunia sebagai bangsa yang rukun, dan itu adalah sesuatu yang harus kita rawat bersama,” tutur Ali Yafid.
Ali Yafid juga menegaskan bahwa konsep mayoritas dan minoritas tidak memiliki tempat dalam ajaran agama. Semua agama, menurutnya, mengajarkan nilai-nilai kebaikan yang seharusnya menjadi landasan dalam memperlakukan sesama.
“Kalau ada gesekan, itu bukan karena agama. Tapi ulah oknum. Kita harus berhenti mencela dan mengolok satu sama lain. Tidak ada satu pun agama yang mengajarkan permusuhan,” tegasnya.
Pengalamannya di Ambon, saat konflik sosial meletus, menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya membangun komunikasi lintas agama dari tingkat akar rumput.
Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi program Asta Aksi, sebuah inisiatif strategis Kemenag untuk memperkuat pemahaman keagamaan yang damai dan humanis. Dua fokus utama program ini adalah: Memberikan edukasi kepada umat agar memahami agamanya secara damai dan berorientasi kemanusiaan; Memperkuat peran penyuluh agama dalam menciptakan masyarakat religius yang toleran dan inklusif.
“Tugas kita bukan menjauhkan umat dari agamanya, tapi justru mendekatkan. Semua agama mengajarkan kebaikan, dan moderasi adalah jalan tengah yang perlu dirawat bersama,” ujar Ali Yafid.
Sulawesi Selatan selama ini dikenal sebagai daerah dengan tradisi kerukunan yang kuat. Ali Yafid menyebut, hal itu harus dijaga dengan kesadaran kolektif seluruh elemen masyarakat.
“Di Sulsel, kerukunan itu bukan sesuatu yang baru. Tapi kita harus tetap mengawalnya agar tidak luntur di masa depan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia Kegiatan H Malingkai Ilyas menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari misi besar Kanwil Kemenag Sulsel untuk memfasilitasi ruang-ruang dialog yang konstruktif dan inklusif di tengah masyarakat multikultural.
“Dialog lintas agama dan budaya sangat penting dalam membangun saling pengertian. Sulsel adalah miniatur pluralisme Indonesia, maka menjaga harmoni di sini berarti menjaga Indonesia,” ungkap Malingkai.
Diskusi ini juga menghadirkan beragam narasumber dari lintas latar belakang, di antaranya:
Drs H Ahmad Muhajir AF, MH – Ketua FKUB Kabupaten Gowa, Pdt Adrie Octavianus Massie, S.Th – Ketua PGIW Sulselbara, Suryadi Mas’ud – Ketua Yayasan Rumah Moderasi Makassar,
Dr Hj Mardyawati Yunus, MA – Sekretaris Muslimat NU Sulsel, Prof Dr H A Marjuni, M.Pd.I – Sekretaris LP2M UIN Alauddin Makassar
Para narasumber berbagi pandangan tentang penguatan sinergi antariman, strategi mencegah radikalisme, dan pentingnya keterlibatan pemuda serta perempuan dalam menyemai narasi damai di tengah perbedaan.
Dari hasil dialog, sejumlah rekomendasi strategis muncul sebagai pijakan ke depan:
– Perlunya jejaring komunikasi yang lebih erat antar pemuka agama dan budaya;
– Penguatan program moderasi beragama melalui pendekatan edukatif dan partisipatif;
= Peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup berdampingan secara damai dalam keberagaman;
– Perlunya ruang dialog yang terus menerus, terbuka, dan inklusif bagi semua golongan.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah