perayaan maulid

7 Amalan Sakral yang Membuktikan Maulid Nabi Bukan Sekadar Ritual Tahunan Biasa: Mengapa Peringatan Ini Layak Diabadikan?

Setiap tahun, selama bulan Rabiul Awal, perdebatan klasik kembali mencuat: “Apakah maulid dibolehkan dalam Islam?” Sebagian berargumen ini bid’ah, sebagian lain membela dengan dalil-dalil yang kuat. Ketika debat tentang maulid bergema, mari kita tengok esensi yang sesungguhnya terjadi dalam setiap peringatan kelahiran Rasulullah SAW

Di tengah hiruk pikuk perdebatan teologis yang tak kunjung usai ini, ada satu pertanyaan mendasar yang jarang dijawab dengan jernih: Apa yang sebenarnya terjadi ketika umat Islam memperingati maulid?

Mari kita berhenti sejenak dari perdebatan, dan merenungkan esensi dari apa yang dilakukan jutaan muslim di seluruh dunia ketika mereka berkumpul untuk mengenang kelahiran sang Rasul. Karena ternyata, dalam kesederhanaan ritual maulid, tersimpan tujuh amalan suci yang bahkan Al-Quran sendiri memerintahkannya.

1. Membaca Al-Quran: Menghidupkan Kalam Ilahi dalam Jiwa

Dalil: “Fa iqra’u ma tayassara min al-Qur’an” – “Maka bacalah apa yang mudah dari Al-Quran” (QS. Al-Muzzammil: 20)

Dalam setiap peringatan maulid, hal pertama yang dilakukan adalah membaca Al-Quran. Bukan sekadar membaca, tetapi menghidupkan kembali kalam Allah dalam jiwa yang mungkin telah lama kering dari siraman spiritual.

Refleksi: Bukankah ini yang selalu kita rindukan? Kesempatan untuk kembali dekat dengan kitab suci kita, dalam suasana yang sakral dan penuh khusyuk? Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, maulid menjadi momen istimewa dimana umat kembali meresapi keindahan ayat-ayat Allah.

Ketika ratusan suara menyatu membaca Al-Quran dalam satu majlis, ada getaran spiritual yang tak bisa diukur dengan logika. Ada kedamaian yang turun, ada ketenangan yang meresap. Inilah yang Allah maksudkan ketika Dia memerintahkan kita membaca Al-Quran.

2. Berdzikir Kepada Allah: Mengingat Sang Pencipta dalam Setiap Nafas

Dalil: “Wadzkuru Allaha kathiran” – “Dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya” (QS. Al-Ahzab: 41)

Dzikir dalam maulid bukan sekadar rutinitas, tetapi upaya kolektif untuk mengembalikan jiwa kepada fitrahnya – mengingat Allah. Dalam lantunan “La ilaha illa Allah” dan “Allahumma shalli ala Muhammad”, ada denyut keimanan yang kembali bergetar.

Refleksi: Dalam kehidupan yang serba cepat ini, kapan terakhir kali kita benar-benar khusyuk berdzikir? Maulid memberikan ruang dan waktu khusus untuk itu. Ketika ribuan lidah bersatu menyebut nama Allah, ada kekuatan spiritual yang terpancar, ada energi positif yang mengalir.

Allah memerintahkan kita berdzikir “kathiran” – sebanyak-banyaknya. Maulid menjadi salah satu momen di mana perintah ini diwujudkan secara massal dan kolektif. Bukankah ini indah?

3. Memuji Rasulullah: Ungkapan Cinta yang Diperintahkan Allah

Dalil: “Wa ‘azzaruhu wa nasharuhu” – “Dan mereka menghormati dan membantu Nabi” (QS. Al-Fath: 9)

Kata “azzaruhu” dalam ayat ini mengandung makna menghormati, memuliakan, dan menyanjung dengan penuh cinta. Inilah yang dilakukan umat dalam maulid – mengungkapkan cinta dan penghormatan kepada Rasulullah SAW.

Refleksi: Cinta tanpa ekspresi adalah cinta yang mati. Ketika kita memuji Rasulullah dalam maulid, kita tidak sedang berbuat bid’ah, tetapi mengekspresikan perintah Allah untuk menghormati (“azzaruhu”) Nabi kita.

Sholawat yang dikumandangkan, kisah-kisah indah perjalanan hidup Rasulullah yang diceritakan, semua itu adalah bentuk konkret dari “ta’zhim” (penghormatan) yang diperintahkan Allah. Dalam setiap pujian kepada Nabi, ada cinta yang tumbuh, ada keteladanan yang tertanam.

4. Berkumpul dalam Kebaikan: Membangun Solidaritas Umat

Dalil: “Wa ta’awanu ‘ala al-birri wa at-taqwa” – “Dan tolong-menolonglah dalam kebaikan dan takwa” (QS. Al-Maidah: 2)

Maulid adalah wujud nyata dari “ta’awun” (tolong-menolong) dalam kebaikan. Umat berkumpul bukan untuk maksiat, tetapi untuk kebaikan kolektif – mengingat Allah, memuji Nabi, dan saling menguatkan iman.

Refleksi: Di era individualistik ini, betapa berharganya momen dimana umat bisa berkumpul dalam kebaikan. Tidak ada agenda politik, tidak ada kepentingan duniawi, hanya satu tujuan: mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dalam perkumpulan maulid, terjalin ikatan ukhuwah yang kuat. Orang kaya dan miskin duduk berdampingan, yang muda dan tua saling menghormati, yang alim dan awam saling melengkapi. Inilah Islam yang sesungguhnya.

5. Saling Mengingatkan dalam Kebaikan: Dakwah dengan Kelembutan

Dalil: “Wa dzakkir fa inna adz-dzikra tanfa’u al-mu’minin” – “Dan berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Adz-Dzariyat: 55)

Dalam maulid, selalu ada ceramah, nasihat, dan pengingatan tentang akhlak Rasulullah, tentang jalan hidup yang benar. Ini adalah “tadzkirah” (pengingatan) yang diperintahkan Allah.

Refleksi: Kapan lagi kita mendapat kesempatan mendengar ceramah yang menyentuh hati tanpa paksaan? Dalam suasana maulid yang penuh cinta, nasihat-nasihat agama tersampaikan dengan lembut dan mudah diterima.

Beda dengan ceramah di masjid yang mungkin terkesan formal, dalam maulid ada kehangatan yang membuat hati terbuka. Peringatan tentang keutamaan akhlak Nabi, tentang pentingnya mengikuti sunnahnya, semuanya tersampaikan dalam balutan cinta dan kerinduan.

6. Bersedekah dan Berbagi: Mewujudkan Solidaritas Sosial

Dalil: “Wa yuth’imuna at-ta’ama ‘ala hubbihi” – “Dan mereka memberikan makanan karena cinta kepada Allah” (QS. Al-Insan: 8)

Tidak ada maulid tanpa sedekah, tanpa berbagi makanan, tanpa kepedulian sosial. Ini adalah manifestasi nyata dari perintah Allah untuk memberi makan orang lain karena cinta kepada-Nya.

Refleksi: Subhanallah, betapa indahnya ketika maulid menjadi momen berbagi. Yang mampu menyumbang untuk acara, yang tidak mampu tetap mendapat bagian makanan dan berkah. Tidak ada diskriminasi, semua disambut dengan hangat.

Dalam konteks sosial yang semakin individualistik, maulid menjadi ruang dimana solidaritas sosial kembali dihidupkan. Orang berlomba-lomba untuk bersedekah, untuk berkontribusi, untuk berbagi kebahagiaan kepada sesama.

7. Saling Mendoakan: Membangun Jaringan Spiritual Umat

Dalil: “Wa qala rabbukum ud’uni astajib lakum” – “Dan Tuhan kalian berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-kabulkan” (QS. Ghafir: 60)

Setiap maulid selalu diakhiri dengan doa bersama, doa untuk kebaikan umat, untuk negeri, untuk seluruh umat manusia. Ini adalah implementasi langsung dari perintah Allah untuk berdoa.

Refleksi: Ada kekuatan luar biasa dalam doa yang dipanjatkan secara berjamaah. Ketika ratusan tangan terangkat dalam satu doa, ada kepercayaan bahwa Allah akan mengabulkan. Ada harapan yang menguat, ada optimisme yang tumbuh.

Dalam doa maulid, tidak hanya mendoakan diri sendiri, tetapi juga mendoakan sesama, mendoakan negeri, bahkan mendoakan seluruh umat manusia. Inilah universalitas Islam yang sesungguhnya.

Maulid sebagai Paket Lengkap Memperkaya Ibadah

Setelah merenungkan ketujuh esensi maulid di atas, masih pantaskah kita mempertanyakan keabsahannya? Ketika dalam satu majlis terkumpul tujuh amalan yang semuanya diperintahkan Al-Quran, maka perdebatan tentang kebolehan dan ketidakbolehannya menjadi tidak relevan.

Ibarat kata yang bombastis, maulid adalah kompilasi indah dari perintah-perintah Allah dalam Al-Quran. Bagi mereka yang pernah merasakan kedamaian dalam majlis maulid, yang pernah merasa hatinya tergetar ketika mendengar kisah Rasulullah, yang pernah merasakan hangat ukhuwah dalam perkumpulan tersebut,  mereka tahu bahwa ada berkah yang nyata dalam peringatan ini.

Maulid mengajarkan kita bahwa cinta kepada Rasulullah bukan hanya urusan hati, tetapi perlu diwujudkan dalam tindakan konkret. Bukan hanya dengan mengucapkan sholawat, tetapi dengan menghidupkan nilai-nilai yang dibawanya.

Mari kita jadikan maulid sebagai momentum untuk memperbanyak amal saleh dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

 

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Bincang Jurnal

Perkuat Literasi dan Iman Untuk Bendung Penyebaran Radikalisme di Media Baru

Purwokerto — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan …

KH Maruf Amin dan Menteri Wakaf Suriah

Ma’ruf Amin Bertemua Menteri Wakaf Suriah Bahas Kolaborasi Keilmuan dan Kedamaian Dunia Islam

Jakarta — Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, menerima kunjungan kehormatan …