Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir

Ada Paham Sebut Agama Musuh Besar Pancasila, Ketum Muhammadiyah: Kuno!

Kupang – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan pidato iftitah sebagai pembukaan sidang tanwir Muhammadiyah di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (5/12/2024) malam. Dalam pidatonya, Haedar menyoroti beberapa isu yang terjadi di Indonesia. Salah satunya paham yang menyebut bahwa agama adalah musuh terbesar Pancasila.

“Seperti menyatakan bahwa agama adalah musuh terbesar Pancasila sebenarnya itu sudah kuno ya,” kata Haedar.

Haedar mengkritik pandangan yang mengklaim sebagai bagian dari neo-modernisme, namun sebenarnya melenceng dari substansi modernisme yang seharusnya mengedepankan rasionalitas dan harmoni.

Sebab menurutnya, gagasan seperti itu tidak lagi relevan di Indonesia di mana agama telah menjadi bagian dari kehidupan sosial, budaya, dan politik. Bahkan menjadi fondasi moral kehidupan bangsa.

“Saya tidak tahu kok itu disebut dengan neo-modernis Jangan-jangan mungkin neo-modernis yang kesasar gitu ya,” katanya.

Ia menekankan bahwa agama adalah kekuatan moral dan spiritual yang selasar dengan Pancasila dan harus dimanfaatkan untuk memperkuat persatuan dan kemajuan bangsa.

“Menjadikan agama sebagai kekuatan dan sumber nilai kemajuan Indonesia dan menjadikan agama menjadi bagian dari kepribadian bangsa Indonesia bahkan nilai yang lekat dengan Pancasila,” tuturnya.

Haedar kemudian menyinggung konsep Wasathiyah Islam atau Islam sebagai jalan tengah sebagai bentuk upaya Muhammadiyah menghadirkan pandangan keagamaan yang lebih moderat dan inklusif agar tidak terjebak dalam perbedaan.

Terdapat tujuh nilai dalam konsep ini yakni Al-I’tidal artinya adil dan tidak memihak, At-Tawazun artinya keseimbangan, yaitu keseimbangan antara agama, bangsa, negara, dan dunia, At-Tasamuh artinya saling menghargai dan menghormati, As-Syura artinya membicarakan masalah secara bersama-sama atau musyawarah, Al-Islah artinya melakukan perbaikan, yaitu memperbaiki kerusakan dalam tatanan kehidupan, Al-Qudwah artinya pelopor atau mengambil inisiatif serta Al-Muwatonah artinya kewarganegaraan, yaitu mengakui negara dan membangunnya.

“Bagaimana tujuh nilai yang terkandung dalam Wasatiyatul Islam itu Itu menjadi platform bersama seluruh kekuatan Islam dan kekuatan agama di Indonesia tanpa masuk pada dimensi yang bersifat ikhtilaf (perpecahan),” tandas Haedar.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

008879900 1755066058 830 556 1

Kiai Ma’ruf Amin: Pesantren Jadi Pusat Gerakan Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat

JAKARTA — Pondok Pesantren bukan sekedar lembaga pendidikan yang fokus pada keagamaan namun juga lembaga …

prof asrorun niam sholeh 1756616995852 169

Munas MUI 2025 Akan Bahas Fatwa Perpajakan untuk Cari Keadilan Sesuai Syariat

Jakarta – Pajak yang dipungut oleh pemerintah dari rakyat diperuntukkan untuk pembangunan berbagai fasilitas dan …