Untuk menjadi individu yang memiliki akhlak yang mulia, umat Islam perlu mengikuti ajaran yang telah Allah SWT turunkan melalui al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an, terdapat panduan tentang bagaimana seseorang seharusnya bersikap terhadap Allah SWT dan sesama manusia. Semua ini terperinci dengan sangat lengkap dalam teks suci tersebut, bahkan Allah juga mengungkapkan sifat-sifat dasar manusia yang menjadi pedoman bagi kehidupan.
Pengetahuan mengenai sifat-sifat dasar manusia yang terdapat dalam al-Qur’an memiliki nilai penting bagi mereka yang ingin mempelajari dan memahami kebenaran, serta bagi ilmu pengetahuan. Ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia itu sendiri. Selain itu, dengan memahami sifat-sifat dasar ini, manusia dapat memperoleh manfaat yang lebih besar.
Salah satu contoh sifat dasar manusia yang ditekankan dalam al-Qur’an adalah kecenderungan manusia untuk berkeluh kesah. Meskipun bagi sebagian orang hal ini mungkin dianggap remeh dalam kehidupan sehari-hari, namun sifat ini memiliki implikasi yang besar dalam konteks spiritual dan sosial.
Jika seseorang terlalu sering mengeluh tentang situasi yang dihadapinya, hal itu dapat mengakibatkan ketidakstabilan emosional. Akibatnya, kinerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan yang diemban bisa menjadi terganggu dan tidak optimal. Selain itu, kebiasaan mengeluh secara berlebihan juga berpotensi mengganggu kenyamanan orang lain di sekitarnya.
Sifat dasar manusia tersebut dijelaskan dalam Surah al-Ma’arij ayat 19-35. Secara tersurat al-Qur’an menggunakan kata haluu’a yang mempunyai arti keluh kesah. Maksud dari keluh kesah tersebut kemudian dijelaskan secara lanjut pada ayat 20 dan 21.
Pada ayat 20 dan 21, kita diajak untuk merenungkan tentang sifat dasar manusia yang cenderung mengeluh ketika menghadapi kesulitan dan menjadi kikir saat keadaan berbalik menguntungkan. Kita diingatkan bahwa sikap seperti itu tidaklah bijaksana. Sebagai pembaca, kita dianjurkan untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Lebih jauh lagi, Al-Qur’an tidak hanya menggambarkan kondisi manusia, tetapi juga menawarkan panduan praktis untuk mengubah sifat-sifat tersebut menjadi lebih positif.
Dalam ayat-ayat 21 hingga 35, kita akan menemukan petunjuk yang membantu kita untuk mengembangkan sikap yang lebih bersyukur dan dermawan, yang pada akhirnya akan membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup kita. Kita diajak untuk merenung dan mengamalkan nilai-nilai ini agar dapat menjalani kehidupan yang lebih harmonis dan penuh makna.
Surah al-Ma’arij ayat 21-35 mengajarkan beberapa prinsip penting untuk membimbing perilaku manusia. Pertama, menjaga sholat dianggap sebagai cara utama untuk mengatasi kecenderungan alami manusia untuk mengeluh dan menjadi tidak sabar. Sholat membantu seseorang untuk tetap tenang dan terkendali dalam menghadapi kesulitan.
Kedua, sifat kedermawanan sangat ditekankan, di mana seseorang dianjurkan untuk berbagi kekayaannya tidak hanya kepada mereka yang meminta, tetapi juga kepada mereka yang membutuhkan tanpa harus meminta terlebih dahulu. Ini mencerminkan semangat altruisme dan kepedulian terhadap sesama.
Ketiga, keyakinan pada hari akhirat dan rasa takut akan hukuman Allah bagi mereka yang melakukan perbuatan keji merupakan pendorong bagi manusia untuk hidup secara etis dan bermoral. Ini mendorong individu untuk bertanggung jawab atas tindakannya dan menghindari perilaku yang merugikan orang lain.
Terakhir, pentingnya menjaga janji dan amanah yang diberikan. Ini mencakup kejujuran, integritas, dan keandalan dalam semua urusan, baik dalam hal kecil maupun besar. Dengan memegang teguh prinsip ini, seseorang dapat membangun kepercayaan dan menghormati dalam hubungan dengan orang lain. Ringkasnya, ayat-ayat ini mengajarkan pentingnya disiplin spiritual, kedermawanan, tanggung jawab moral, dan integritas sebagai fondasi untuk karakter yang kuat dan masyarakat yang harmonis.