Ankara – Rencana Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali menjadikan Hagia Sophia sebagai masjid ditentang Amerika Serikat (AS). Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo meminta Turki tidak melanjutkan rencana itu dan tetap membiarkan Hagia Sophia menjadi museum.
Hagia Sophia merupakan bekas katedral Bizantium yang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO dan salah satu monumen paling banyak dikunjungi turis di Turki. Hagia Sophia menjadi pusat bagi Kristen Bizantium dan Muslim di era kekaisaran Ottoman.
Hagia Sophia selesai dibangun pada tahun 537 dengan teknik pembangunan futuristik pada era Konstantinopel dan menjadi katedral utama di Christendom serta terbesar di dunia. Bangunan itu telah ada 900 tahun sebelum diubah menjadi masjid oleh kekaisaran Ottoman pada 1453.
Bangunan itu diubah menjadi museum pada 1934 di era pendiri republik Turki modern Kemal Ataturk. Namun gugatan di pengadilan dapat mengubah status museum itu menjadi masjid.
Erdogan mengusulkan menjadikan Hagia Sophia atau disebut Ayasofya dalam bahasa Turki, sebagai masjid lagi. Kasus itu akan segera diputuskan pengadilan.
Pompeo menilai rencana Turki itu bisa mengikis warisan sejarah. Untuk itu, ia meminta pemerintah Turki yang mempertahankan gedung itu sebagai museum.
“Kami mendesak Pemerintah Turki terus menjaga Hagia Sophia sebagai museum, sebagai contoh komitmennya menghormati berbagai tradisi keyakinan dan keragaman sejarah yang berkontribusi pada Republik Turki, dan menjamin itu tetap dapat diakses siapa saja,” papar Pompeo.
Deputi Ketua Partai AK yang dipimpin Erdogan, Numan Kurtulmus menyatakan bahwa masalah itu merupakan isu kedaulatan nasional.
“Seluruh otoritas pembuatan keputusan tentang status Hagia Sophia milik Turki. Kami tidak perlu nasehat siapa pun atau rekomendasi siapa pun pada masalah kami sendiri,” kata Numan.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah