banjir di mana mana
banjir di mana mana

Banjir Di mana-mana, ini Hikmah Musibah yang Perlu Dipahami

Beberapa hari ini bangsa kita diuji oleh Allah berupa musibah banjir di mana-mana sehingga banyak korban dan masyarakat mengungsi ke tempat yang aman. Sebetulnya apa sih tujuan musibah ini diturunkan?

Allah menciptakan makhluknya tidaklah sia-sia, namun menyimpan hikmah dan tujuan yang harus digali, dicerna oleh manusia agar mampu memahami rahasia keagungan-Nya sehingga menambah kedekatan dengan-Nya. Salah satu hikmah musibah dijelaskan dalam Surat al-Hadid ayat 22-23 yang berbunyi:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23) الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (24)

Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Menurut ar-Razi dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa hakikat musibah telah ditentukan oleh Allah baik yang ada dibumi, misalnya banjir, kemarau panjang, gagalnya hasil pertanian. Musibah yang dirasakan manusia ada dua kategori. Pertama, seperti sakit, fakir, kematian keluarga. Kedua, sebagai ujian kebaikan maupun keburukan.

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa ada dua hakikat musibah yang perlu diketahui, yaitu:

Pertama, supaya manusia tak putus asa atas apa yang telah dia dapatkan. Imam al-Baidhawi menjelaskan bahwa tujuan dari musibah bertujuan agar manusia tak sedih atas hilangnya kenikmatan dunia yang ia miliki dari genggamannya.

Kedua, agar manusia tak bangga atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Imam Baghawi dalam tafsirnya yang berjudul Ma’alim at-Tanzil mengutip pendapatnya Ikrimah yang menyatakan bahwa: setiap orang pasti merasakan kesenangan juga merasakan kesusahan, kesedihan, maka dari itu jadikanlah kesenangan itu untuk bersyukur atas nikmat-Nya, dan jadikan kesedihan sebagai penguat dalam menghadapi kesabaran.

Dari penjelasan diatas, manusia harus positif thingking kepada Allah, terutama musibah yang diberikan-Nya tidak lain agar manusia menyadari ketidakmampuannya atas apa yang ia perbuat, ia miliki supaya disyukuri, serta tak bangga atas apa yang ia miliki, karena semuanya hanya titipan, tak lama lagi akan kembali ke sisi-Nya.

Tiga Hakikat Ujian Kehidupan

Setiap manusia yang ingin diangkat derajatnya  oleh Allah maka harus siap menghadapi ujian kehidupan seperti  ujian sakit, ekonomi makin rumit, serta usaha semakin sulit bahkan hutang yang bertambah melilit.

Bila digali secara seksama, Allah memberikan ujian ini bertujuan agar manusia bertambah dewasa dan semakin belajar menyikapi perubahan dari waktu ke waktu sehingga menjadi pribadi yang selalu siap dan waspada serta tak mudah terlena dengan kepentingan sesaat.

kitab Hilyat Al-Aulia mengutip perkataan Abu Bakar bin Thahir,

في المحن ثلاثة أشياء: تطهير وتكفير وتذكير، فالتطهير من الكبائر والتكفير من الصغائر والتذكير لأهل الصفا

Dalam sebuah ujian ada tiga hikmah penting. Pertama, untuk mensucikan diri dari dosa-dosa besar (Tathir). Kedua, menghapus dosa-dosa kecil yang telah dilakukan (takfir). Ketiga, sebagai penhingat bagi orang yang ingin mensucikan hati (tadzkir).

Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa Allah menguji seseorang agar amal perbuatannya menjadi lebih baik dan berguna bukan untuk menyiksa ataupun memberikan adzab kepada hambanya. Seseorang akan sadar tentang  nikmatnya sehat manakala sedang merasakan sakit. Seseorang akan merasa lebih nikmat saat ia pernah merasakan  kekurangan materi.

Untuk menghadapi segala ujian ini, seseorang harus berpositif thinking kepada Allah dan Menghadapi segalanya dengan sikap sabar tanpa terlalu membebani orang lain dengan keluhan-keluhan yang akan menjatuhkan harga dirinya sendiri. Salah satu penyebab seseorang tak dihargai, tak dihormati disebabkan terlalu berharap kepada bantuan orang lain, maka dari itu jauhkan diri dari sifat tamak kepada manusia.

Bagikan Artikel ini:

About Moh Afif Sholeh

Alumnus Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Guru Bahasa Arab di SMA Islam Cikal Harapan BSD

Check Also

Lemah Lembut dalam Pergaulan

Anjuran Bersikap Lemah Lembut dalam Pergaulan

Islam menekankan pentingnya bersikap yang baik dan bijaksana dalam berhubungan dengan sesama

ulama nusantara

Siapa yang Pantas Menyandang Gelar Ulama

Ulama merupakan jama’ dari kata alim yang berarti orang yang mengetahui ilmu dan mampu mengamalkannya.