masjid umar
masjid umar

Belajar dari Masjid Umar dan Masjid Hagia Sophia : Kenangan Penaklukan dan Kemenangan Harmoni

Setidaknya ada dua masjid penting yang dikenang sebagai bagian dari penaklukan yang pernah dilakukan dalam sejarah Islam. Ada Masjid Umar di Yarussalem yang mengenang penaklukan yang dilakukan Khalifah Umar. Dan Masjid Hagia Sophia di Turki yang juga bagian dari penaklukan Kerajaan Turki Ustmani.

Keduanya mempunyai lahir dari semangat penaklukan dan ekspansi Islam. Namun, keduanya juga memiliki latar sejarah dan semangat moralitas yang berbeda. Itulah bagian dari ijtihad masing-masing dalam memaknai moralitas Islam dalam politik.  

Baru-baru ini, kebijakan Presiden Turki Recep Erdogan tentang perubahan Museum Hagia Sophia sebagai masjid menuai protes internasional. Namun, bagi Erdogan kewenangan itu mutlak urusan internal Turki yang tidak bisa dicampuri oleh negara lain. Meskipun beberapa negara menolaknya terutama Yunani dan AS persoalan perubahan itu adalah bagian kedaulatan negara.

Selain kedaulatan Turki tentu Erdogan juga mempunyai landasan kuat sebagai pijakan dasar sebelumnya di mana Sultan Mehmed II merubahnya menjadi masjid pada tahun 1453. Walaupun sejatinya bangunan ini sebelumny adalah gereja utama Kristen Ortodoks sebelum penaklukan Khalifah Ustmani, namun landasan penaklukan inilah yang ingin dibangkitkan dan banggakan oleh Erdogan.

Setidak hal itu terungkap dalam sebuah wawancara eksklusif dengan majalah Kriter Turki, Erdogan menegaskan : “Ini (Hagia Sophia) adalah struktur menjadi tempat shalat pertama Mehmet sang penakluk ketika dia menaklukan Istanbul dan kemudian mengubahnya menjadi masjid sebagai simbol penaklukan itu” Senin (13/7). Erdogan ingin membangkitkan kembali kesadaran publik tentang momentum itu.

Tentu sah-sah saja bagi Erdogan yang ingin membangun kesadaran publik tentang ketangguhan Turki. Itulah bagian dari ijtihad politik seorang Erdogan yang nasionalis. Apakah itu juga sebagai bagian dari kesadaran dan moralitas Islam tentang penaklukan? Untuk hal ini baiknya kita tidak mengenerasilisir dan penting melihat sisi lain dari penaklukan dalam Islam terutama perubahan dan pembangunan masjid di daerah penaklukan.

Di sisi sejarah yang lain kita kenal adanya Masjid Umar. Masjid ini merupakan salah satu masjid yang ada di Kota Lama Yarussalem yang berada di sebelah selatan Gereja Makam Kudus di wilayah Kristen Yarussalem. Masjid ini dibangun pada masa kekuasaan Dinasti Ayyubiyah pada abad ke 12 untuk mengenang penaklukan Yarussalem pada masa Khalifah Umar bin Khattab.

Kenapa harus dinamakan masjid Umar? Ternyata masjid ini mempunyai nilai historis yang cukup tinggi tidak hanya persoalan penaklukan tetapi nilai dan moralitas Islam. Penaklukan bukan ingin merubah segalanya tetapi memelihara yang ada untuk mencapai harmoni. Tidak ada pertumpahan darah dalam penaklukan Yarussalem dan bahkan gereja pun tetap seperti semula tidak tergantikan masjid.

Sejarah masjid Umar dterilhami oleh sikap Khalifah Umar Sang Penakluk Yarussalem dengan perdamaian. Ketika serah terima kota Yerusalem dari penguasa Romawi ke tangan umat muslim, Khalifah Umar ibn Khattab bersama para panglima perangnya berkunjung ke dataran bukit Zion, saat bersamaan tiba waktunya shalat zuhur di lokasi.

Uskup Agung Sophronius mepersilahkan Khalifah Umar ibn Khattab beserta pengiringnya agar menunaikan shalat zuhur di dalam gereja yang oleh umat Kristiani diyakini sebagai tempat ibadah suci. Khalifah Umar ibn Khattab menyambutnya dengan baik tawaran itu, tetapi ia mengatakan : “Sungguh senang menerima tawaran Tuan. Tetapi, kalau saya shalat di dalam gereja, saya khawatir bahwa suatu hari, kelak, orang Islam akan merampas gereja yang akan dijadikan masjid. Karena itu, izinkanlah saya shalat di sisi gereja Tuan saja”.

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Khalifah Umar ibn Khattab kemudian menunaikan shalat zuhur di sisi gereja yang terpandang itu, sambil berulangkali pamit, meminta izin kepada Uskup Agung Sophronius. Khalifah Umar ibn Khattab lalu menggariskan telapak tangan di bekas tempat shalatnya itu agar dibangun sebuah masjid, yang dikemudian hari dikenal sebagai Masjid Umar, berdampingan dengan gereja suci umat Kristen yang dibangun pada masa Kaisar Heraklius (610-641) dari Romawi.

Kisah Umar juga menceritakan penaklukan. Ada semangat ekspansi Islam tetapi dibangun di atas harmoni. Umar tidak ingin merusak dan memberangus yang ada terutama simbol-simbol agama non-muslim, apalagi mau merubah gereja menjadi masjid. Penaklukan Umar adalah penaklukan yang berdasarkan moralitas Islam, bukan sekedar ambisi politik Islam.

Baik Khalifah Umar dan Sultan Mehmed II adalah tokoh penakluk dan penyebarluasan kawasan Islam. Namun, keduanya mempunyai ijtihad berbeda dalam persoalan penaklukan. Penaklukan berarti menguasai wilayah

Sultan Mehmed II merubah bangunan gereja Hagia Sophia menjadi masjid. Tentu saja Sang Sultan berijtihad untuk membangun kemegahan simbol Islam dalam penaklukan tersebut. Akan ada semangat kebanggaan tentang penaklukan yang akan selalu dikenang. Salah satunya Erdogan yang mengembalikan semangat penaklukan dan kebangaan itu.

Namun, tentu berbeda dengan ijtihad khalifah Umar yang tidak mengganggu bangunan yang ada. Khalifah Umar pun membangun kemegahan moralitas Islam tentang toleransi dan penghormatan yang juga kenang sepanjang sejarah. Itulah kenapa masjid Umar didirikan.

Bagikan Artikel ini:

About Farhan

Check Also

tionghoa dan islamisasi nusantara-by AI

Jejak yang Terlupakan: Etnis Tionghoa dalam Islamisasi Nusantara

Seberapa sering kita mendengar nama-nama besar dalam sejarah Islam di Nusantara? Seberapa banyak kita mengingat …

kubah masjid berlafaskan allah 200826174728 473

Segala Sesuatu Milik Allah : Jangan Campuradukkan Pemikiran Teologis dengan Etika Sosial

Segala sesuatu yang di alam semesta adalah milik Allah. Dialah Pencipta dan Raja segala raja …