Macron harus minta maaf
Macron harus minta maaf

Bila Macron Tak Minta Maaf, Pengamat: Sekolah dan Rumah Sakit Bisa jadi Target Serangan

Jakarta – Sekolah dan rumah sakit di Eropa barat berpotensi menjadi target serangan teroris tunggal kecuali Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta maaf atas pidatonya yang menyinggung Islam dan membela penerbitan kartun Nabi Muhammad.

Itu merupakan pandangan sejumlah pengamat yang berbicara kepada This Week in Asia menyusul tiga serangan teror mematikan bulan lalu di Prancis dan Austria.

“Pada titik ini tak ada negara yang kebal terhadap terorisme. Bisa saja terjadi besok di Jerman, Spanyol, Denmark, Inggris, Belgia,” kata Direktur Pelaksana GlobalStrat, Olivier Guitta, sebuah perusahaan keamanan internasional, dikutip dari South China Morning Post, Selasa (10/11/2020).

Guitta juga memperingatkan sekolah dan rumah sakit bisa menjadi target serangan potensial dalam beberapa bulan ke depan. Dia mengatakan negara-negara di seluruh Eropa perlu meningkatkan kewaspadaan- seperti dilakukan Inggris pekan lalu menyusul serangan di Nice dan Wina, karena kelompok-kelompok militan telah menyerukan serangan lebih lanjut.

Inggris telah menaikkan tingkat ancaman terornya ke level ‘parah’ setelah serangan itu, yang berarti sebuah insiden dianggap sangat mungkin terjadi.

Eropa Barat dikejutkan oleh serangkaian serangan mematikan yang dimulai pada 16 Oktober, ketika guru sekolah menengah Prancis Samuel Paty dipenggal kepalanya oleh seorang pemuda muslim. Paty dibunuh setelah menunjukkan kepada siswanya kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan pada tahun 2015 oleh majalah satir Charlie Hebdo saat membahas materi kebebasan berekspresi.

Pada 29 Oktober tiga orang tewas dalam serangan di Nice, Prancis dan pada 2 November seorang pria bersenjata berat menembak mati empat orang di Wina, Austria. ISIS mengklaim serangkaian serangkaian itu.

“Video penyerang dan kepala korban (Samuel Paty) telah dibagikan secara online bersama dengan (buku teologi) yang tidak diproduksi oleh ISIS atau Al Qaidah, tetapi sesuai dengan narasi teologis mereka yang menggarisbawahi bahwa setiap orang kafir yang menghina Nabi harus dibunuh dan bahwa negara-negara Eropa terlibat dalam perang melawan Islam,” jelas Prucha.

Di antara buku-buku yang dibagikan secara daring adalah salah satu karya Ibnu Taimiyah, seorang ulama muslim abad ke-13 yang menulis bahwa siapapun yang menghina Nabi “harus dibunuh, tidak peduli apakah dia seorang muslim atau kafir, dan tidak memiliki hak untuk bertobat”.

Prucha mengatakan para jihadis telah menggunakan tulisan Ibnu Taimiyyah untuk membenarkan serangan tertentu dan mempromosikan gagasan bahwa balas dendam memulihkan martabat Nabi.

“Mereka memerintahkan individu-individu di seluruh dunia untuk menunjukkan iman mereka dengan menanggapi secara kasar mereka yang menghina Nabi,” jelasnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

persatuan

Khutbah Jumat : Bulan Syawal Momentum Memperkokoh Ukhuwah dan Persatuan Bangsa

Khutbah I   اَلْحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى …

pertemuan maruf amin dengan gibran rakabuming raka dok setwapresbpmi 4 169

Resmi Ditetapkan Jadi Wapres, Gibran Langsung Sowan Minta Wejangan Ke Wapres KH Ma’ruf Amin

Jakarta – Gibran Rakabuming Raka resmi ditetapkan menjadi Wakil Presiden terpilih pada pemilu tahun 2024, …