Bilal bin Rabah dan Semangat Menggapai Ketaqwaan

Menjadi pribadi yang bertaqwa adalah dambaan setiap Muslim Karena setiap Muslim pasti ingin hidup bahagia di dunia dan akhirat Kebahagiaan yang seimbang itu menjadi cita cita yang selalu dipanjatkan setiap saat Tapi sayang kerap kali profesi dan latar belakang menghalangi semangat seorang Muslim untuk menjadi bertaqwa Mereka yang menjadi supir misalnya tidak bisa bertaqwa sebagaimana para ulama Demikian juga profesi lainnya merasa tidak pantas bertaqwa selevel dengan ulama Padahal menjadi pribadi bertaqwa itu kesempatan setiap anak manusia tanpa memandang asal usul profesi dan latar belakang apapun Sosok Bilal bin Rabah bisa menjadi pelajaran buat kita semua Dia bukanlah sosok bangsawan bukan pula ahli agama yang hebat Ia adalah budak yang dimerdekakan Tidak lebih dari itu Tapi karena ketulusan dan semangatnya Rasulullah mengangkat dia sebagai tukang adzan muadzdzin yang akhirnya menjadi legenda hidup sampai sekarang Dari Bilal inilah akhirnya turun Surat Al Hujurat ayat 13 Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling kenal mengenal Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal Baca Juga Ketika Pembunuh Hamzah Masuk IslamMenurut KH Lukman Hakim Husnan 2019 ayat ini bermula dari sesaat setelah penaklukan Kota Mekah atau biasa disebut peristiwa Fathu Makkah Nabi Saw memerintahkan sahabat Bilal mengumandangkan azan Muadzin Nabi tersebut kemudian melakukannya di punggung Kakbah Demi memergoki seorang berkulit hitam merambati cagar yang menjadi kebanggaan bangsa arab sejumlah pembesar Quraisy sontak menggerutu nyinyir Apa Muhammad tak punya muadzin selain lempung hitam itu kata al Harits bin Hisyam Sukurlah ayahku sudah mati sehingga ia tak sampai melihat kejadian memalukan itu kata Itab bin Usaid yang kelak ditunjuk Nabi sebagai Gubernur Mekah Abu Sufyan orang tua dari sahabat Muawiyah berkata No comment Aku tak mau komentar Dalam kitab tafsirnya Al Jami li Ahkami al Quran Imam Al Qurthubi menjelaskan bahwa para pembesar Quraish bersikap seperti itu karena kebanggaan atas nasab iftikhar bin nasab merasa banyak harta takatsur bil amwal dan sikap meremehkan orang yang tak berpunya izdira bil fuqoro Tetapi lebih jauh orang dapat membaca bahwa mereka mengidap sentimen rasial dan dengan demikian ini adalah cerita tentang manusia manusia rasis Petikan kisah di atas dinukil dari sahabat Ibn Abbas saat beliau menjelaskan asbabun nuzul dari ayat yang menegaskan bahwa Allah sengaja menciptakan manusia dalam pelbagai suku dan bangsa agar saling berakrab akraban QS Al Hujurat 13 Sementara orang orang Quraisy bertahan dengan asumsi lazim di kalangan mereka bahwa kulit hitam adalah kelas budak Sedangkan dalam Tafsir Al Wajiz Syaikh Wahbah az Zuhaili menjelaskan baha tidak ada pengutamaan satu sama lain diantara manusia dalam urusan nasab atau rupa atau fisik dan Allah menjadikan manusia bersuku suku dan berkabilah kabilah Ini semua untuk mengetahui atas sebagian yang lain atas keutamaan kalian dan kalian mengetahui nasabnya untuk menyambungkan nasab di antara kalian serta untuk saling tolong menolong di atas kebaikan dan ketakwaan Di sini dipahami bahwasanya Allah menjadikan kalian suku suku dan berkabilah kabilah agar dapat saling mengenal dan tidak untuk saling meninggalkan atau saling berbangga diri satu sama lain Kemudian Allah menjelaskan bahwasanya manusia yang mulia dan terhormat serta tinggi derajatnya di sisi Allah mereka adalah orang orang yang bertakwa dan diampuni Sungguh Allah mengetahui keadaan kalian dan mengetahui orang orang yang bertakwa di antara kalian dan yang terbaik di antara kalian Semangat menjadi pribadi bertaqwa dalam ayat di atas juga bentuk nyata baha umat Islam harus menggapai kemajuan Ini ditegaskan oleh Prof KH Nadirsyah Hosen 2017 yang menegaskan bahwa potongan ayat di atas juga sangat modern sekali diciptakanNya kita berbeda suku bangsa untuk saling mengenal Apa maksudnya Keragaman itu merupakan sarana untuk kemajuan peradaban Kalau Anda hanya lahir di suku Anda saja tidak pernah mengenal budaya orang lain tidak pernah bergaul dengan berbagai macam anak bangsa dan hanya tahunya orang di sekitar anda saja maka sikap dan tindak tanduk Anda seperti katak di dalam tempurung Kita tidak bisa memilih lahir dari rahim ibu yang beragama apa atau keturunan siapa atau tinggal di mana Bagi Gus Nadir keragaman tidak dimaksudkan untuk saling meneror memaksa atau membunuh Al Qur an mengenalkan konsep yang luar biasa keragaman itu untuk kita saling mengenal satu sama lain Dengan saling mengenal perbedaan kita bisa belajar membangun peradaban Dengan saling tahu perbedaan di antara kita maka kita akan lebih toleran kita mendapat kesempatan belajar satu sama lain Kesalahpahaman sering terjadi karena kita belum saling mengenal keragaman di antara kita

Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …