Dilansir dari laman republika.co.id Dalam sambutannya, Nasaruddin menyampaikan pandangan filosofis tentang makna dan keteladanan seorang guru. Menurutnya, guru bukan sekadar pengajar ilmu, tetapi juga penyalur cahaya bagi jiwa manusia.
“Guru bukan hanya mengisi pikiran, tetapi menumbuhkan kesadaran dan meluruskan jalan berpikir. Dalam pandangan Islam, guru adalah warasatul anbiya (pewaris para nabi) yang meneruskan cahaya ilmu dan nilai kehidupan,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (13/11/2025).
Nasaruddin juga menekankan pentingnya integrasi antara ilmu dan iman dalam dunia pendidikan. Ia menilai, pendidikan yang hanya menekankan aspek kognitif tanpa spiritualitas akan kehilangan arah moral.
“Madrasah harus menjadi pusat pencerahan baru, tempat lahirnya generasi berilmu, beriman, dan berakhlak. Sekolah dan madrasah sejatinya memiliki tujuan yang sama, tetapi madrasah menambahkan dimensi hikmah dan spiritual,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Nasaruddin turut mengenang sosok ayahnya yang merupakan guru di sekolah rakyat. Dengan penuh haru, ia menuturkan bagaimana sang ayah tetap mengajar meskipun dalam keterbatasan.
“Guru sejati bukan hanya mentransfer pengetahuan, tetapi mentransformasi kesadaran dan keikhlasan. Itulah keteladanan yang harus kita hidupkan,” katanya.
Sementara itu, Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno melaporkan bahwa peringatan Hari Guru Nasional tahun ini mengusung semangat Teachers Day for All atau Hari Guru untuk Semua. Menurutnya, tema tersebut mencerminkan semangat inklusif dan lintas iman sesuai arahan Menteri Agama.
“Hari Guru tahun ini tidak hanya milik guru madrasah, tetapi juga semua guru di Indonesia, lintas iman dan lintas lembaga. Semua guru berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan,” jelas Suyitno.
Ia juga menyampaikan capaian penting tahun ini, yakni peningkatan signifikan dalam program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Tahun 2025, Kementerian Agama memperoleh tambahan kuota untuk 95 ribu guru, meningkat lebih dari 1.000 persen dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Ini bukti nyata perhatian pemerintah dan dukungan Komisi VIII DPR RI terhadap profesionalisme dan kesejahteraan guru. Setelah lulus PPG, para guru berhak mendapatkan tunjangan profesi sebagai bentuk penghargaan atas pengabdian mereka,” ujarnya.
Selain itu, Ditjen Pendidikan Islam juga memperkuat transformasi digital pendidikan Islam melalui dua aplikasi unggulan, yaitu MAGIS dan MAGITA, yang kini menjadi model nasional dalam pengelolaan kompetensi dan kinerja guru.
“Mengajar dengan cinta adalah kunci membangun peradaban. Itulah makna dari tema kita tahun ini, Merawat Semesta dengan Cinta,” ucap Suyitno.
Dalam sambutannya, Wali Kota Cirebon yang diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Sutikno, menyampaikan apresiasi atas terpilihnya Kota Cirebon sebagai tuan rumah pembuka HGN 2025. Ia menilai kehadiran Menteri Agama menjadi kebanggaan bagi masyarakat Kota Wali.
“Kami merasa terhormat karena Bapak Menteri kembali hadir di Kota Cirebon. Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus bersinergi dengan Kementerian Agama dan UIN Syekh Nurjati dalam meningkatkan mutu pendidikan dan spiritualitas masyarakat,” ujarnya.
Ia juga menegaskan pentingnya peran guru dalam membentuk karakter dan menjaga moralitas bangsa di tengah perkembangan teknologi.
“Teknologi bisa membantu proses belajar, tetapi keteladanan guru tidak bisa digantikan oleh mesin atau algoritma,” jelasnya.
Kegiatan HGN 2025 diisi dengan berbagai agenda menarik, di antaranya Senam dan Gowes Lintas Iman bersama Menteri Agama, Talk Show Inspiratif menghadirkan Najelaa Shihab dan tokoh pendidikan nasional, Annual Conference of MORA Teachers, upacara puncak HGN, serta Awarding Night bagi guru-guru inspiratif, inovatif, dan berdedikasi dari daerah 3T.
Seluruh kegiatan ini menjadi simbol penghargaan pemerintah terhadap dedikasi guru di seluruh Indonesia sekaligus memperkuat nilai persaudaraan lintas agama dan budaya
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah