keragaman
keragaman

Dalil Toleransi Beragama dalam Al Qur’an : Kemajemukan adalah Kehendak Ilahi

Hari ini masyarakat terkadang begitu alergi dengan perbedaan. Politisasi identitas semakin menguat dan mudah menggolongkan diri secara tertutup. Sambil lalu mereka juga sangat alergi dengan istilah toleransi yang seakan menganggapnya agenda asing yang melemahkan iman.

Bicara toleransi, berarti bicara mengenai pengetahuan agama, karena sejatinya toleransi itu diajarkan. Toleransi tidak lahir karena suatu kepentingan, bukan tumbuh secara tidak sengaja, ia ajaran Islam dan tentu ada dalilnya dalam al Qur’an.

Toleransi adalah sikap keterbukaan dan menghormati perbedaan antar manusia. Dalam beberapa ayat al Qur’an, Islam sangat menghormati perbedaan manusia dengan segala aspeknya. Perbedaan adalah kenyataan dari kehendak Tuhan yang tidak bisa dibantah. Sebagai konsekwensinya, maka Islam mengajarkan toleransi.

Dalil Keniscayaan Pluralitas

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Qs : Al-Hujurat 13).

Kemajemukan adalah kehendak ilahi atau sunnatullah. Tuhan memang sengaja menciptakan perbedaan antar manusia. Perbedaan ini bagian dari setting Tuhan agar manusia saling mengenal bukan saling memerangi.

Selain perbedaan primordial di atas, Tuhan pun juga berkehendak dalam keragaman teologis. Dalam sebuah firmanNya : “Dan, jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua yang di muka bumi seluruhnya. Maka, apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?” (QS. Yunus (10): 99).

Ayat di atas menjadi dalil toleransi. Bahwa, perbedaan agama sejatinya lahir atas kehendak Tuhan. Kita harus menerima kenyataan tersebut. Maka, menghormati dan menghargai segala perbedaan, termasuk perbedaan agama adalah kewajiban umat Islam sebagai bukti ketaatan kepada Tuha.

Tuhan, melalui ayat di atas bermaksud membuka kesadaran kita. Bahwa segala perbedaan, termasuk perbedaan agama, merupakan fitrah kemanusiaan. Mengingkari perbedaan berarti mengingkari fitrah Tuhan.

Dalil Tidak Boleh Ada Paksaan

Titah Tuhan, “…Barang siapa ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa ingin (kafir), biarlah ia kafir…” (QS. al Kahfi (18): 29).

Toleransi menghendaki tidak boleh ada upaya kasar untuk penyatuan agama. Kalaupun diperintahkan untuk menyampaikan kebenaran tidak boleh dilakukan dengan cara-cara tidak beradab, tetapi dengan cara santun dan penuh keadaban serta menghormati nilai-nilai kemanusiaan.

Toleransi tidak berarti mengakui semua agama benar, sebab kalau mengakui semua benar maka tidak diperlukan lagi adanya toleransi dalam agama. Toleransi tetap mengakui agama kita yang benar. Hanya saja kita tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.

Karena itulah, Allah melarang pemaksaan dalam keyakinan karena sesungguhnya kebenaran itu sudah mudah dicerna dan dibedakan. Artinya: “Tidak ada paksaan untuk menganut agama. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada gantungan tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”( AL-Baqarah : 256).

Meyakini kebenaran agama yang dipeluknya adalah sah-sah saja. Karena keimanan adalah meyakini kebenaran agama yang dipeluk tanpa keraguan. Sikap ini rasional dan selaras dengan prinsip toleransi. Yang tidak rasional dan menyimpang dari ajaran agama adalah meyakini agama tertentu, tapi membenci dan memusuhi pemeluk agama lain. Apalagi sampai menghalalkan darah dan harta penganut agama lain.

Namun, sekalipun salah dan melanggar norma agama, tidak sedikit mereka yang mengaku beragama melakukan permusuhan terhadap pemeluk agama lain bahkan sampai melakukan pembunuhan. Umat Islam juga ada yang melakukan kebodohan seperti itu.

Di Indonesia semestinya kasus-kasus intoleransi tidak terjadi. Pancasila sebagai ideologi negara telah meletakkan dasar-dasar toleransi menjadi tuntunan kehidupan. Sebagai penduduk mayoritas, umat Islam sejatinya mempraktekkan toleransi dengan baik karena merupakan ajaran agama yang diterjemahkan oleh Pancasila.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

sikap orang tua terhadap anak

Ketika Orang Tua Durhaka Kepada Anaknya

Selama ini yang lazim kita dengar adalah anak durhaka kepada orang tua. Sementara hampir tidak …

Toa masjid

Toa dan Sejarah Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadan

Ramadan kali ini pun tak luput dari perdebatan soal pengeras suara (TOA). Polemik bermula dari …