Mualaf UEA
Mualaf UEA

Dapat Hidayah Saat Bekerja di UEA, Ratusan Ekspatriat Jadi Mualaf

Abu Dhabi – Uni Emirat Arab (UEA) adalah salah satu negara di Teluk Persia yang berkembang sangat cepat. UEA tidak hanya menjadi mercusuar di Teluk, tetapi juga telah menjadi ikon dunia. Alhasil UEA kini diserbu jutaan ekspatriat yang bekerja di berbagai bidang, terutama di Abu Dhabi dan Dubai.

Para ekspatriat itu sebagian besar merupakan non-Muslim. Namun setelah mengalami ‘sentuhan’ Islam di UEA, ratusan ekspatriat itu pun akhirnya mendapat hidayah dan menjadi mualaf. Bahkan tahun ini jumlahnya meningkat pesat dibandingkan tahun lalu.

Dilansir di UAE News, Jumat (15/5/2020), setidaknya 852 ekspatriat menjadi Muslim antara Januari dan April 2020. Jumlah itu naik dari 838 selama periode yang sama tahun lalu.

 Salah satu ekspatriat yang menjadi mualaf adalah Ivan Knightsbride. Ekspatriat dari Rusia ini, merupakan ekspatriat yang pindah ke Dubai dari Rusia setahun yang lalu. Keberadaannya di UEA membantunya ia banyak belajar tentang Islam. Dia pindah agama pada 20 Maret 2020. Sejak kedatanganya di UEA, Knightsbridge telah mengamati bagaimana umat Islam mempraktikkan keyakinan mereka.

“Saya belajar tentang agama melalui teman-teman dan dengan berbicara kepada orang lain,” katanya dikutip dari laman Republika.co.id.

Beda dengan ekspatriat India yang menjalankan Islam setelah menikah. Dia adalah Fathima Zuhara. Zuhara, yang nama Hindu-nya Anushka. Ia mengatakan kepada bahwa ibunya tidak mengetahui kecenderungan agamanya. Setelah menikah dengan suaminya yang seorang Muslim, pernikahannya tidak disetujui orang tua.

 Zuhara kemudian pindah ke Dubai tiga bulan lalu. Dia telah secara resmi memeluk Islam dan sekarang menjalankan amalan Islam dengan penuh semangat. Mualaf Muslimah yang merupakan seorang guru di sebuah sekolah di Dubai ini mengatakan bahwa orang tuanya sekarang telah menerima pernikahannya dan membangun kembali hubungan mereka.

 Sementara, Sean Bessit, tumbuh di sebuah rumah tangga Kristen di Skotlandia, bertempur di pasukan Inggris pada usia 16 tahun dan bertemu Muslim untuk pertama kalinya di Jerman pada akhir 1980-an.

Bessit, yang sekarang berusia 51 tahun, tinggal di Ajman, masuk Islam pada bulan Maret 2020. Kini ia sedang mengamati Ramadhan pertamanya sebagai seorang Muslim baru. Dia mulai belajar tentang agama beberapa tahun yang lalu ketika dia melakukan beberapa kunjungan pertamanya ke UEA.

“Perusahaan tempat saya bekerja di Berlin mengirim saya ke UEA pada tahun 2016. Saya tidak pernah banyak berhubungan dengan Muslim dan saya hanya memiliki foto-foto militer dalam pikiran saya, seperti perang di Irak dan Afghanistan yang sedang berlangsung,” kata pria yang bekerja di perusahaan IT ini.

Kemudian ketika dia dipindahkan dan mulai tinggal di UAE, lanjutnya, dia menyadari sebagian besar temannya adalah Muslim dan terjalin hubungan yang menjadi sangat baik antara satu sama lain.

 “Mereka mengajari saya lebih banyak tentang Islam dan mengubah pendapat saya. Ketika saya memeriksanya dengan lebih detail, saya menyadari bahwa itulah, ternyata Islam adalah yang saya cari,” kata Bessit.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

daging dan sosis babi

Babi Dinilai Bergizi, Tapi Tetap Haram: Mengapa Islam Melarang yang Tampak Baik?

Baru-baru ini, sebuah penelitian internasional yang dikutip oleh Food.detik.com, mengungkap daftar 100 makanan paling bergizi …

Prof Yudian Wahyudi

Gerakan Kebajikan Pancasila, Amal Jariyah untuk Persatuan Bangsa

Ambon — Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi menegaskan bahwa gerakan Relawan …