Sawala atau yang biasa disebut dengan debat merupakan suatu kegiatan adu argumantasi antara dua belah pihak atau lebih baik secara perorangan maupun kelompok dalam mendiskusikan dalam masalah. Perbedaan selalu muncul sehingga perlu dipertemukan melalui debat untuk menguji argumentasi dalam mencari solusi.
Dalam konteks ini, debat tentu harus dipahami sebagai instrument untuk mencari kebenaran dan solusi. Debat bukan hanya pamer emosi dan menampakkan diri untuk menjatuhkan pihak lain. Kerangka yang dibangun dalam berdebat adalah mencari solusi, bukan mengumbar emosi.
Dalam Islam, debat juga disebutkan bagian dari cara menggali pengetahuan. Bahkan manusia sendiri memang mempunyai naluri untuk berdebat. Debat atau dikenal dengan mujadalah dari kata jadal misalnya tercermin dalam firman Allah:
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ لِلنَّاسِ مِن كُلِّ مَثَلٍ ۚ وَكَانَ الْإِنسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا
Artinya: “dan Sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” (Al-Kahfi:54).
Debat juga dapat menjadi salah satu metode dakwah dalam Islam. Namun, seorang mukmin harus memahami jika perdebatan merupakan jalan terakhir yang bisa ditempuh dalam berdakwah. Perdebatan bukan dilakukan untuk mengawali dakwah, tetapi langkah akhir untuk meyakinkan kebenaran.
Di dalam QS. An Nahl[16] : 25 Allah berfirman, “Serulah(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” .
Apabila melihat ayat di atas ada tingkatan dalam menyeru kebenaran kepada manusia. Dan posisi debat berada sebagai metode akhir. Artinya, meski debat diperbolehkan dalam Islam, namun Allah dan Rasul juga telah menentukan beberapa aturan-aturan untuk membatasi adanya pertikaian dalam sebuah perdebatan. Debat harus dilakukan dengan cara baik.
Setidaknya ada beberapa etika dalam berdebat . Pertama, memperhatikan topik dalam perdebatan. Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’du ayat 13, “Dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia lah Tuhan Yang Maha Keras siksa-Nya.”
Dalam konteks ini sebenarnya perdebatan tidak berlaku untuk suatu kebenaran yang sudah pasti. Orang tidak mungkin berdebat tentang kebenaran yang sudah ada dalam al-Qur’an dengan cukup jelas. Perdebatan hanya bisa dilakukan dalam hal yang masih menimbulkan perbedaan.
Karena itulah, tinggalkan perdebatan sia-sia yang hanya membahas sesuatu yang pasti dan akan merusak kepastian yang ada. Perdebatan semacam itu justru hanya akan melahirkan keraguan dan debat untuk mencari kebenaran justru menjadi hilang.
Kedua, berdebatlah dengan cara yang baik
Berdebat haruslah dilandasi pada al-Qur’an dan Hadits, sebagaimana fungsi al-Qur’an bagi umat manusia yaitu sebagai petunjuk. Ketika berdebat hendaknya manusia mampu untuk mengendalikan amarahnya. Karena dengan mengendalikan amarahnya, manusia akan mampu menggunakan akal yang rasional, bukan prasangka buruk semata.
Sebagaimana yang terdapat dalam hadits berikut, “Sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Ketiga, Dilarang menggunakan perkataan buruk dan keji
Berdebat merupakan penyampaian ide, jadi didalamnya kita tidak oleh menggunakan kata-kata kasar yang tidak mencerminkan akhlak terpuji dalam Islam. Rasulullah bersabda, “Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji.” (HR. Tirmidzi)
Debat melupakan kegiatan yang diperbolehkan, namun lebih baiknya jika perdebatan dihindari, karena kebanyakan dari sebuah perdebatan hanya akan menimbulkan amarah. Rasulullah bersabda, “Aku berikan jaminan rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dipihak yang benar. Dan aku menjaminkan sebuah rumah ditengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah dibagian teratas surge bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR. Abu Dawud).
Karena itulah, dalam berdebat sejatinya umat Islam harus mengedepankan etika yang baik. Bukan suatu kemenangan jika berdebat dengan emosi dengan niat mengalahkan lawan. Berdebat adalah mencari solusi dan kebenaran, bukan ingin menunjukkan eksistensi diri dengan emosi.