mendidik anak
mendidik anak

Empat Tipe Anak dalam Al Qur’an dan Pentingnya Pembentukan Karakter Anak Sejak Dini

Karakter anak harus dibentuk sejak dini oleh orang tua. Hal ini penting karena orang tua memiliki peran sentral dalam pembentukan karakter anak. Lingkungan keluarga sangat dominan pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian anak. Sifat yang melekat pada masa kanak-kanak adalah sifat meniru. Karenanya, mereka akan mengikuti dan menyerap apa yang dilihat, diajarkan atau dibiasakan oleh orang tuanya yang nantinya akan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang memiliki karakter baik akan sangat berbeda dengan anak-anak yang besar di lingkungan keluarga yang tidak memiliki karakter baik. Oleh karena itu, orang tua dan lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak dan pengaruh tersebut akan berdampak langsung terhadap kehidupan mereka di masa mendatang.

Bagi umat Islam, al Qur’an sebagai kitab suci sekaligus petunjuk dalam menjalani hidup telah memberikan gambaran secara spesifik tentang ragam atau tipe anak setelah dewasa. Hal ini sebagai alarm peringatan supaya orang tua serius membentuk karakter dan kepribadian anak-anak sejak dini supaya menjelma menjadi anak yang shalih dan shalihah.

Ada empat tipe anak yang dijelaskan dalam al Qur’an.

Pertama, anak yang menjelma sebagai musuh.

Allah berfirman: “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Al Taghabun: 14).

Anak yang memiliki karakter sebagai musuh ini sebabnya tidak lain karena kesalahan dalam proses pembentukan karakternya di masa kanak-kanak. Terjadi kesalahan dalam pendidikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan sosial. Akibat kesalahan tersebut anak menjelma sebagai pribadi pembangkang, menjadi musuh bagi orang tuanya.

Kedua, anak sebagai fitnah atau ujian.

Dalam al Qur’an ditegaskan: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar”. (Al Anfal: 28).

Ada dua perspektif tentang anak yang di masa dewasanya menjadi ujian dan fitnah bagi kedua orang tuanya. Pertama, mereka terlalu dimanja pada waktu masih usia dini. Kecintaan berlebihan orang tua sampai menghilangkan akal sehat dan iman. Demi anaknya apapun dilakukan dalam rangka memenuhi keinginan anaknya, sekalipun harus menempuh jalan yang dilarang oleh agama. Kedua, anak yang terlahir dengan cacat fisik. Terhadap anak seperti ini harus sangat hati-hati dalam memperlakukan mereka. Orang tua harus menanamkan sikap menerima, bahwa memang kehendak Allah ia lahir dalam keadaan cacat fisik. Pasti ada hikmah di balik kekurangan tersebut.

Ketiga, anak sebagai perhiasan dan kebanggaan lahiriah semata.

Allah berfirman: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak”. (Al Hadid: 20).

Model anak seperti disebutkan dalam ayat di atas, adalah model anak yang menjadi simbol kebanggaan lahiriah orang tua semata, anak meraih sukses besar dalam persoalan duniawi saja, tapi kering nuansa ukhrawinya. Banyak harta, pangkat tinggi namun lupa agama.

Anak model seperti sangat dimurkai oleh Allah karena ketundukannya pada dunia dan melalaikan tugas utamanya sebagai hamba Allah.

“Mereka hanya mengetahui yang lahiriah (saja) dari kehidupan dunia, sedang dalam urusan akhirat mereka lalai”. (Al Rum: 7).

Keempat, anak yang “Qurratu a’yun” atau penyejuk hati.

Firman Allah: “Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (Al Furqan: 74).

Tipe anak keturunan yang tidak hanya sukses dalam urusan duniawi, lebih dari itu sukses pula dalam urusan akhirat. Anak keturunan yang bertakwa kepada Allah dan berbakti kepada orang tua baik di dunia maupun di akhirat. Anak keturunan dengan karakter seperti menjadi idaman setiap orang tua sebab menjadi investasi terbesar di akhirat nanti.

Rasulullah bersabda: Apabila manusia telah wafat, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang selalu mendoakannya”. (HR. Muslim).

Disinilah pentingnya mendidik dan membentuk karakter anak sejak dini supaya anak tumbuh sebagai pribadi penyejuk hati. Menjadi anak yang didambakan oleh setiap orang tua. Anak yang sukses di dunia dan akhirat.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

kopi sufi

Kopi dan Spiritualitas Para Sufi

Ulama dan Kopi apakah ada kaitan diantara mereka berdua? Kopi mengandung senyawa kimia bernama “Kafein”. …

doa bulan rajab

Meluruskan Tuduhan Palsu Hadits-hadits Keutamaan Bulan Rajab

Tahun Baru Masehi, 1 Januari 2025, bertepatan dengan tanggal 1 bulan Rajab 1446 H. Momen …