i'tikaf di rumah
i'tikaf di rumah

Fikih Gender (3): Adakah Nabi Perempuan?

Dalam prediksi Nabi, sekurang kurangnya akan ada 30 pendusta dan pembohong yang menobatkan dirinya sebagai Nabi Palsu (Dajjalun: Para Dedengkot Dajjal). Namun, pada akhirnya Nabi memastikan, diriNyalah yang menjadi pengakhir Para Nabi. Artinya tidak ada Nabi yang diangkat setelah kenabian Nabi Muhammad. ” (HR.Ibnu Hibban 13401).

“Nabi” tempo dulu adalah gelar prestisius yang banyak diburu demi sebuah kehormatan sosial. Tak heran bila Nabi palsu bermunculan di era Rasulullah. Dan juga para sahabat.

Dalam catatan sejarah, nama seperti Abhalah bin Ka’ab bin Ghauts Al Kadzdzab alias Al Aswadi Al Ansi (Yaman), Thulaihah bin Khuwailid bin Naufal (BAni Asad), yang terpopuler adalah Musailamah bin Tsumamah bin Habib Al Kadzdzab(Yamamah). Tercatat sebagai “Para Nabi Palsu”. Perempuan juga tak kalah agresifnya dengan laki laki. Tercatat nama seperti Sajah binti Al Harits bin Suwaid, Asy Syaikhah Manal Wahid Manna dan Tsurayya Manqus, juga memastikan diri sebagai “Nabi Palsu”.

Dalam paham teologi Ahlus Sunnah, Nabi adalah seorang laki laki bukan seorang Perempuan. Narasi ini menutup kiprah perempuan atau kemampuan perempuan dalam perkembangan sosio-religius umat. Apa benar perempuan tak pantas mendapat gelar “nabi”?

حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ مُرَّةَ الْهَمْدَانِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ كَمَلَ مِنْ الرِّجَالِ كَثِيرٌ وَلَمْ يَكْمُلْ مِنْ النِّسَاءِ إِلَّا مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ

Telah bercerita kepada kami Adam, telah bercerita kepada kami Syu’bah dari ‘Amru bin Murrah berkata, aku mendengar Murrah Al Hamdaniy yang bercerita, katanya dari Abu Musa Al Asy’ariy radliallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Keistimewaan ‘Aisyah radliallahu ‘anha dibandingkan wanita-wanita lain, bagaikan keistimewaan makanan tsarid terhadap makanan yang lain. Orang-orang yang sempurna dari kalangan laki-laki banyak dan tidak ada orang yang sempurna dari kalangan wanita kecuali Maryam binti ‘Imran dan Asiyah, istrinya Fir’aun. HR:Bukhari: 3179

Menurut Ibnu Hajar al-‘Asqalani, hadits ini hendak memberikan pemahaman bahwa Maryam Putri ‘Imran dan Asiyah Istri Fir’aun, kedua wanita ini adalah seorang Nabi. Alasannya, karena tipe manusia yang paling sempurna adalah Nabi, sementara Maryam dan Asiyah disebut oleh Nabi sebagai perempuan sempurna. Fath al-Bari, 10/209

Maryam, adalah Ibunda Nabi Isa al-Masih. Perempuan tegar sekokoh karang samudera, walau digempur fitnah telah berbuat mesum, hamil diluar nikah, wanita murahan, namun ia tetap berdiri tegar di atas batu akidah tauhid kepada Allah. Karena ketegarannyalah, Allah kemudian, memberikan wahyu kepada Maryam. Menurut al-Qurthubi, keberadaan wahyu inilah yang semakin mengukuhkan kenabian Maryam. (Fath al-Bari, 10/209).

Asiyah adalah Ibunda asuh Nabi Musa as. Di tengah tengah doktrin tunggal “tidak ada Tuhan yang lebih tinggi dari Fir’aun”, Asiyahlah, orang pertama yang menentang doktrin itu. Asiyah tetap mampu mempertahankan keimanannya kepada Allah. Dan mendustakan ketuhanan fir’aun, suaminya. Dan asiyahlah yang mampu meredam amarah Fir’aun saat melihat Bayi laki laki Musa, dengan kepiawaiannya berkomunikasi.

Keduanya, adalah perempuan hebat luar biasa, yang memiliki tekad yang kuat. Keduanya juga memiliki kelayakan untuk menerima amanah serta kredibilitas yang tinggi (Shiddiq). Di samping juga memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik, mampu membangun network yang kokoh (Amanah). Punya kemampuan menyampaikan gagasan yang mudah dimengerti orang lain (Tabligh). Mampu menjadi learner. Dengan menerapkan street smart. (Fathanah)

Kehebatan dua wanita ini tidak selesai begitu saja dalam sebuah bacaan hikayat masa lalu. Tetapi kehebatan dua wanita ini, masih bereinkarnasi pada wanita jaman kekinian. Tak terlalu sulit untuk menemukan perempuan dengan kehebatan yang sama bahkan lebih dari Maryam dan Asiyah. Lagi lagi distorsi sejarah yang menganiaya kehebatan perempuan hingga tak pernah mengorbit. Saatnya perempuan bangkit !!! memperbaiki ketimpangan yang sengaja di-ada-kan.

Bagikan Artikel ini:

About Abdul Walid

Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo

Check Also

hewan yang haram

Fikih Hewan (1): Ciri Hewan yang Haram Dimakan

Soal halal-haram begitu sentral dan krusial dalam pandangan kaum muslimin. Halal-haram merupakan batas antara yang …

tradisi manaqib

Tradisi Membaca Manaqib, Adakah Anjurannya ?

Salah satu amaliyah Nahdhiyyah yang gencar dibid’ahkan, bahkan disyirikkan adalah manaqiban. Tak sekedar memiliki aspek …