filantropi islam

Fikih Muamalah: Filantropi Islam sebagai Sarana Peningkatan Kebahagiaan Umat Islam

Berbagai upaya dilakukan supaya manusia bisa mendapatkan kebahagian, walaupun pada kenyataannya kebahagiaan selalu mengalami kondisi penurunan dan perubahan. Kebahagiaan bisa berubah kapanpun dalam kondisi apapun. Minimal satu target yaitu peningkatan ekonomi umat terbantu dengan adanya filantropi Islam untuk mengentaskan para dhuafa dari kebutuhan ekonomi mendasar.

Bahagia memang menjadi kebutuhan setiap orang, jika tidak ada upaya untuk mengurai segala persoalan yang dihadapi umat, maka kemiskinan dan penderitaan yang jauh dari bahagia akan selalu ada. Suasana bahagia yang memang bersifat subyektif bisa dipengaruhi oleh banyak hal. Pengaruh eksternal bisa datang dari segala situasi ekonomi dan politik misalnya. Pengaruh internal juga datang dari cara pandang serta manajemen diri dalam menyikapi setiap persoalan.

Penting menjadikan diri lebih dewasa dari sekarang. Karena setiap kehidupan akan dihadapkan pada persoalan yang datang pergi sebagai bentuk ujian kehidupan. Bahagia atau tidak memang sebuah pilihan dalam hidup. Manusia telah diberikan potensi baik dan buruk, sedangkan setiap orang diberi kebebasan untuk menentukan suasana hatinya. Setiap pilihan terdapat resiko yang akan dialami manusia.

Allah melalui al-Quran dan Nabi Muhammad mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa hidup dalam keadaan bahagia. Kebahagiaan yang muncul dalam diri menjadi sebuah rahmat dari Allah yang tidak terhingga supaya manusia selalu bersyukur. Pada akhirnya syukur dan bahagia menjadi sisi mata uang yang tidak pernah bisa dipisahkan. Melalui filantropi Islam justru banyak orang akan mampu menemukan kebahagiaan baru dan meningkatkan kebahagiaan yang sudah ada dalam diri selama ini. Semangat memberi yang menjadi naluri dan potensi yang ada akan mampu mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan hakiki.

Pengertian Filantropi Islam

Kata “filantropi” merupakan istilah baru dalam Islam, namun demikian belakangan ini sejumlah istilah Arab digunakan sebagai padanannya. Filantropi kadang-kadang disamakan dengan al-‘ata’ al-ijtima’i yang artinya pemberian sosial, al-takaful al-insani yang artinya solidaritas kemanusiaan, ‘ata’ khayri yang artinya pemberian untuk kebaikan, atau sadaqah yang artinya sedekah. Istilah sadaqah sudah dikenal dalam Islam, tetapi istilah filantropi Islam merupakan pengadopsian kata pada masa sekarang.

Kata filantropi berasal dari kata Yunani, yaitu dari kata philo yang artinya cinta dan anthrophos yang artinya manusia. Filantropi itu sendiri lebih dekat maknanya dengan charity, kata yang berasal dari Bahasa Latin (caritas) yang artinya cinta tak bersyarat (unconditioned love). Namun, sebenarnya terdapat perbedaan antara kedua istilah tersebut, charity cenderung mengacu pada pemberian jangka pendek, sedangkan filantropi lebih bersifat jangka Panjang.

Islam tampil bukan dalam ruang sejarah hampa, melainkan berhadapan dengan berbagai tradisi sebelumnya, demikian pula dengan tradisi filantropi dari agama sebelumya berpendapat bahwa tradisi filantropi dalam Islam merupakan warisan dari agama Yahudi dan Kristen, sedangkan A. Perikhanian, mengemukakan bahwa filantropi Islam banyak dipengaruhi oleh model filantropi Zoroastrian, keduanya memiliki kesamaan terutama dalam penekanan terhadap masalah wakaf.

Semangat filantropi dalam Islam dapat ditemukan dalam sejumlah ayat al-Quran dan hadits nabi yang menganjurkan umatnya agar berderma, dalam QS. Al-Baqarah ayat 215, dan diperkuat oleh salah satu hadits Nabi Saw. yang menyebutkan: “Perbuatan baik itu menjadi penghalang bagi jalannya keburukan, sedekah sembunyi-sembunyi dapat memadamkan amarah Tuhan, silaturahim dapat memperpanjang umur, dan setiap kebaikan adalah sadaqah. Pemilik kebaikan di dunia adalah pemilik kebaikan di akhirat, dan pemilik keburukan di dunia adalah pemilik keburukan di akhirat, dan yang pertama masuk surga adalah pemilik kebaikan”. Kedua dalil ini menunjukkan bahwa prinsip umum filantripi Islam adalah “setiap kebaikan merupakan sedekah”. Semangat filantropi dalam Islam dapat dibuktikan dalam wujud pelaksanaan zakat, infak, sedekah, hadiah dan sebagainya.

Filantropi Dan Peningkatan Kebahagiaan Umat Islam

Lahirnya berbagai organisasi Islam menjadi sebuah wadah untuk berkembangnya filantropi dalam umat muslim. Didasarkan pada iman dan semangat saling membantu satu dengan lainnya menjadikan lembaga filantropi Islam seperti Baznas dan Laznas semakin menguat. Banyak saudara yang membutuhkan bantuan, sementara di lain pihak banyak saudara yang ingin bederma tetapi tidak tahu harus diberikan kepada siapa yang berhak.

Lembaga filantropi Islam menjadi intermediasi untuk mempertemukan keduanya, dermawan dan dhuafa. Semangat yang ada harus tetap dijaga bahkan harus dikembangkan untuk mencapai sebuah cita-cita mulia bangsa yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keyakinan dalam mengamalkan iman dan ketaatan beragama dalam kehidupan sehari-hari adalah bagian dari penyebab datangnya kebahagiaan dalam diri. Bagi orang non-muslim juga meyakini bahwa ketaatan dalam beragama bisa membuat hidup semakin bahagia.

Sebagai orang beriman tentu meyakini bahwa apa yang terdapat dalam al-Quran dan Hadits merupakan kebenaran yang bisa mendatangkan kebahagiaan jika diamalkan dengan baik. Dalam Islam filantropi merupakan bagian dari ajaran yang jelas dan harus dijalankan bagi setiap muslim yang sudah memenuhi syarat. Sedekah, zakat, wakaf, dan berbagi materi dalam bentuk lainnya merupakan nilai agung yang menjadi bagian dari perilaku kehidupan seorang mukmin.

Upaya memberdayakan ekonomi umat melalui filantropi adalah bagian dari langkah awal memunculkan kebahagiaan dalam diri umat. Dalam rangka meningkatkan layanan filantropi yang tepat dan berdaya oleh lembaga filantropi pada umat Islam maka dibutuhkan langkah strategis yang tepat sehingga mampu menjadikan umat Islam kuat dan bahagia. Melalui peningkatan riset bagi filantropi Indonesia, pemetaan masalah, dan mengetahui kebutuhan utama umat maka diharapkan muslim Indonesia bisa mengalami peningkatan kebahagiaan. Peran lembaga filantropi Islam dan hadirnya pemerintah dalam mengelola filantropi Islam menjadi sangat penting.

Fenomena zakat, wakaf, sedekah, memberi, dan kegiatan sosial positif lainnya yang biasa dilakukan oleh muslim Indonesia menjadi bukti bahwa perilaku tersebut telah menjadi bagian dari budaya harian. Perilaku filantropi yang bersifat personal menjadi fenomena universal yang bisa ditemukan hampir dalam setiap sejarah peradaban muslim Indonesia. Hadirnya filantropi Islam dengan berdasarkan pada nilai keimanan dan moral kemanusiaan dipastikan akan mampu membawa setiap orang mencapai kebahagiaannya.

Kebahagiaan yang telah berhasil dicapai oleh seseorang bukan berarti tanpa sebab atau tidak bisa diciptakan. Dari bentuk capaian kebahagiaan yang beragam itu maka bisa disepakati bahwa bahagia bisa muncul dalam diri saat kebutuhan mendasar orang terpenuhi, yaitu persoalan ekonomi. Sebagian orang mendapatkan kebahagiaannya dengan cara banyak memberi. Prinsip semakin banyak memberi semakin banyak menerima menjadi sebuah gaya hidup baru. Konsep tentang pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak, dan sedekah merupakan upaya untuk mengorganisir saluran yang ada supaya lebih maksimal.

Membangun Sistem Islami Berbasis Filantropi Islam dan Kebahagiaan

Indonesia sebagai salahsatu negara dengan umat muslim terbesar, memiliki sebuah kewajiban untuk menciptakan suasana Islami dalam bertata negara maupun kehidupan sosial. Nilai-nilai dan moral yang berlandaskan pada keislaman harus tercermin dalam setiap perilaku warga negara.

Rakyat yang bahagia, santun, tulus, ikhlas, sejahtera, dan menjunjung tinggi nilai Islam merupakan cita-cita bersama. Filantropi Islam sebagai bentuk dakwah keteladanan yang nilainya sudah ada sejak diturunkannya Islam seperti zakat, wakaf, dan sedekah merupakan bagian penting dalam meningkatkan kualitas moral maupun kebahagiaan setiap orang.

Perilaku filantropi umat Islam terjadi karena semangat untuk berbagi kasih sayang, berbagi kebahagiaan, menjalankan perintah agama, dan cinta kepada sesama sehingga dalam menjalankannya tanpa pamrih, ikhlas. Maksimalisasi lembaga filantropi Islam akan mampu meningkatkan kesejahteraan pribadi serta mengurangi ketimpangan sosial yang selama ini terjadi di masyarakat. Meningkatnya ekonomi umat akan menjadi potensi yang besar dalam meningkatkan kebahagiaan setiap orang. Pemenuhan kebutuhan dasar seperti makan, tempat tinggal, dan kebutuhan pokok lainnya merupakan program utama setiap negara dalam membahagiaan setiap warganya.

Budaya filantropi yang terjadi dalam muslim di Indonesia dapat menjadi potensi untuk mengentaskan kemiskinan. Pemerintah harus hadir dalam mendorong maupun mengontrol pelaksanaan lembaga filantropi Islam supaya lebih maksimal dalam pengelolaannya sehingga tepat sasaran. Desain dan support yang maksimal dari pemerintah akan mampu menjadi modal nonmaterial yang besar bagi lembaga filantropi Islam seperti Lazismu dan Lazisnu untuk terus mengembangkan diri sebagai fasilitator antara dermawan dan dhuafa. Sejauh apapun jalan panjang kemiskinan yang terjadi di Indonesia, yakin jika dilakukan secara bersama mencari dan mengerjakan solusinya bersamaan dipastikan akan segera tercapai sebuah masyarakat yang adil sejahtera dan bahagia.

Mengurai setiap kebutuhan manusia memang sangat variatif, tetapi minimal pemerintahan yang islami mampu menghadirkan sebuah sistem dan perilaku yang adil demi cita-cita luhur sebuah bangsa. Bisa dilihat bersama bagaimana teori kebutuhan Maslow yang menjelaskan bahwa kebutuhan dasar manusia seperti makan dan tempat tinggal adalah modal terbesar manusia untuk mencapai eksistensi yang lebih tinggi.

Prestasi, ide terbaik, dan moralitas yang berkualitas akan bisa tercapai disaat setiap kebutuhan dari level paling dasar hingga diatasnya bisa terpenuhi dengan baik. Bukan lagi menjadi acungan jempol saja. Gerakan sadar bersama untuk melakukan filantropi Islam yang mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam melalui lembaga filantropi Islam akan mampu menghadirkan pemerintahan islami dengan rakyat yang sejahtera bahagia. Apapun yang akan menjadi penghalang dalam mencapai sebuah tujuan, jika diurai dan dilakukan bersama maka semua akan menjadi kenyataan. Saling bergandengan tangan, mendukung dan saling melengkapi satu dengan lainnya mulai dari pemerintah, lembaga filantropi Islam, dan setiap muslim adalah modal besar untuk mewujudkan mimpi besar bangsa Indonesia.

Bagikan Artikel ini:

About Ahmad Syah Alfarabi

Check Also

bulan rajab

Mari Mengambil Keutamaan Bulan Rajab di Momen Tahun Baru

Malam 1 Rajab 2025 jatuh pada tahun baru Masehi 2025.  Tahun baru, seringkali menjadi momen …

Khatib Salat Jumat

Sejarah Khutbah Jumat Membaca Surah An-Nahl Ayat 90, Serta Memetik Kandungan Makna Dalam QS An-Nahl Ayat 90

Surah An-Nahl ayat 90 menjadi salah satu ayat yang penuh makna dan pelajaran, baik dari …