Setiap muslim adalah saudara. Sebagai seorang saudara, maka harus saling menjaga dan tidak saling merendahkan. Sebab, semua manusia itu sama, yang membedakan hanyalah taqwa. Allah pastinya mengerti kadar ketaqwaan setiap muslim. Maka dari itu, tidak diperkenankan untuk memaki dan memerangi sesama muslim.
Sebagaimana dalam Hadits:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سِبَابُ المٌسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْر
Dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata, Rasulullah bersabda: “Mencela seorang muslim merupakan kefasikan dan memeranginya merupakan kekufuran” (H.R. Bukhari, no. 48).
Secara garis besar, hadits di atas terdiri dari dua hal yang dilarang oleh agama. Pertama, perbuatan mencela yang merupakan kefasikan. Kedua, memerangi ialah sebagai bentuk kekufuran. Ibarat sebuah pisau, yang apabila salah dalam penggunaannya, maka akan melukai banyak orang.
Saat ini, tak jarang kita temui orang yang masih saja mencela orang lain. Ada beberapa faktor dari celaan tidak dapat dihindari. Di antaranya adalah tidak suka dan juga disebabkan oleh aib yang diketahui. Sehingga, jika perbuatan mencela masih saja dilakukan, dalam Hadits dikatakan bahwa orang tersebut telah berbuat fasik.
Dari sini dapat dipahami bahwa tidak diperbolehkan untuk membicarakan hal-hal yang dapat menjerumuskan kepada sesuatu yang negatif. Maka, pentingnya untuk menghindari ucapan yang mendatangkan hujatan, cacian dan makian. Karena apa saja yang kita perbuat, termasuk yang diucapkan, semua akan dicatat oleh malaikat. Ungkapan buruk, tentu akan dicatat sebagai amalan buruk yang kelak di akhirat akan dibalas.
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988).
Padahal, Islam mengajarkan untuk menjaga lisan. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Rasul bersabda bahwa keselamatan manusia terantung pada kemampuannya menjaga lisan. Maka, alangkah indahnya ketika kita menghiasi hari-hari dengan perkataan positif dan berperilaku dengan penuh kebaikan. Imam Syafi’i pun mengatakan bahwa pentingnya orang yang sebelum berkata dipikirkan terlebih dahulu.
Dalam riwayat lain:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menjaga lisan menjadi penting, sebab bagi siapa yang tidak mampu menjaganya, betapa dosa yang besar akan didapatkan karena telah melukai banyak orang. Apalagi di era modern saat ini. Bahwa meskipun tidak diucapkan secara langsung kita harus tetap waspada terhadap apa yang kita tulis di media sosial. Jangan sampai apa yang tertulis akan menyakiti orang lain.
Untuk itu, sebagai seorang muslim, menjadi penting untuk menjaga lisan agar selamat di dunia dan akhirat. Sebab, ada banyak keutamaan dan keberkahan yang didapat ketika bisa menjaga lisan. Di antaranya ialah terhindar dari sikap keras hati, mendapatkan pahala berlimpah dan kebaikan lainnya. Marilah menjaga lisan agar kita selalu menjaga persaudaraan dan tidak menyakiti sesama.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah