Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir
Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir

HUT ke-79 RI Ajang Refleksi Diri dan Penghayatan Makna Merdeka serta Nilai Dasar Bangsa Indonesia

Jakarta – Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia (RI) harus dijadikan ajang refleksi diri dan penghayatan makna merdeka serta nilai-nilai dasar Bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

Hal itu dikatakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir video pidato kebangsaan di Jakarta, Jumat (16/8/2024). Ia mengajak segenap warga bangsa untuk sama-sama merefleksi diri dalam momentum peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia.

Haedar lewat mengatakan, merayakan kemerdekaan tentu mengandung rasa gembira sebagai ekspresi kesyukuran atas karunia Tuhan yang sangat berharga. Namun kegembiraan mesti disertai penghayatan akan makna merdeka dan nilai-nilai dasar yang menjadi nyawa Indonesia.

“Apakah Pancasila saat ini benar-benar dijadikan ruh, jiwa, atau nyawa dalam penyelenggaraan dan kebijakan membangun Negara Republik Indonesia? Apakah seluruh warga dan pemimpin Indonesia senantiasa berpikir, bersikap, dan bertindak di atas landasan nilai utama Pancasila. Pancasila tidak menjadi jargon dan kata-kata belaka,” ujar Haedar.

Haedar mengatakan, Pancasila niscaya menjadi praktik hidup berbangsa dan bernegara yang luhur dan utama. Maka nilai-nilai luhur tersebut harus diwujudkan dan praktikkan dalam kehidupan politik, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan kebijakan-kebijakan publik secara nyata.

“Kekuasaan dalam pemerintahan negara di eksekutif, legislatif, yudikatif, dan lembaga-lembaga bentukan pemerintahan lainnya haruslah berdiri tegak di atas nilai dasar Pancasila dan konstitusi Indonesia. Agama dan kebudayaan menjadi nilai luhur yang membentuk dasar moral dan etika berindonesia,” kata Haedar.

Ia menekankan bangsa Indonesia merayakan HUT ke-79 Kemerdekaan, maka hayati dan praktikkan nilai-nilai dasar yang menjadi nyawa Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Bangunlah jiwa Indonesia agar lahir Indonesia Raya yang bernyawa. Yakni Indonesia yang benar-benar merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur sebagai tujuan dan cita-cita nasional yang digoreskan para pendiri negara,” kata Haedar.

Haedar juga menegaskan bahwa kemerosotan moral, etika, dan segala tindakan buruk dalam berbangsa-bernegara merupakan bentuk perusakan jiwa Indonesia.

“Kunci Indonesia agar tetap bernyawa dan tidak salah arah dalam memperjuangkannya berada di pundak para pemimpin bangsa,” katanya.

Haedar berpesan agar para pemimpin Indonesia berjiwa, berpikiran, bersikap, dan bertindak sejalan Pancasila, agama, kebudayaan, dan sejarah Indonesia nan sarat makna.

Menjadi para pemimpin negarawan yang mengedepankan kepentingan Indonesia di atas kepentingan diri, kroni, dinasti, dan golongan sendiri.

“Para pemimpin Indonesia harus sudah selesai dengan dirinya, dengan mengutamakan sikap memberi dan bukan meminta apalagi mencuri dari Indonesia,” kata Haedar.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

008879900 1755066058 830 556 1

Kiai Ma’ruf Amin: Pesantren Jadi Pusat Gerakan Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat

JAKARTA — Pondok Pesantren bukan sekedar lembaga pendidikan yang fokus pada keagamaan namun juga lembaga …

prof asrorun niam sholeh 1756616995852 169

Munas MUI 2025 Akan Bahas Fatwa Perpajakan untuk Cari Keadilan Sesuai Syariat

Jakarta – Pajak yang dipungut oleh pemerintah dari rakyat diperuntukkan untuk pembangunan berbagai fasilitas dan …