refleksi kemerdekaan
refleksi kemerdekaan

Refleksi Kemerdekaan 77 Tahun : Mulailah Merdeka dari Diri Sendiri

Tanggal 17 Agustus merupakan waktu istimewa untuk Negara Indonesia. Di tanggal itulah, kemerdekaan Indonesia yang telah sekian lama dijajah oleh bangsa asing terjadi. Tidak terhitung jumlah pahlawan yang gugur, para pejuang mengalami luka tatkala harus berperang, kehilangan harta, saudara, dan segala yang dimiliki untuk merebut kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

Inilah yang menjadi alasannya, masyarakat Indonesia melakukan kegiatan dan perlombaan untuk menyambut kemenangan dengan meriah. Perayaan tersebut bukanlah hura-hura belaka, namun bangsa Indonesia memperingati dan menyatakan kegembiraan serta bersyukur atas keberhasilannya melawan penjajah dan menyatakan diri sebagai bangsa merdeka.

Dilihat dalam prespektif Islam, esensi kemerdekaan juga ada pada diri Rasulullah ketika beliau diutus oleh Allah untuk membebaskan manusia dari ketertindasan ideologi dan ketersesatan. Rasulullah merupakan sosok pejuang kemerdekaan sejati. beliau mampu memerdekakan masyarakat dari disorientasi hidup,  penindasan ekonomi, dan keadilan sosial.

Namun sayangnya, di tengah perayaan kemerdekaan Indonesia, kita juga tengah menyadari bahwa meski terlepas dari jajahan Negara asing, namun kini Indonesia tengah menghadapi penjajahan oleh dirinya sendiri. Penjajah yang berbentuk kebodohan, kemiskinan dan disorientasi kehidupan berbangsa.

Kita sering terbelenggu dengan perasaan paling benar, merasa yang lain salah dan menganggap perbedaan sebagai musuh. Kita menjadi kerdil karena merasa paling hebat dari yang lain. Penjajahan itu dimulai dari pikiran kita ketika merasa paling atas segalanya.

Memerdekakan diri sendiri memang tidaklah mudah. Perasaan rendah diri, merasa tidak dipercaya oleh orang lain, menganggap bahwa dirinya selalu memiliki musuh, dan lain-lain sebenarnya semua itu adalah penjajah yang seharusnya dilawan dan dihilangkan.

Karena itulah pentingnya kita untuk mampu menghargai perbedaan, karena dengan menghargai perbedaan akan mampu meningkatkan ketakwaan. Dalam al-Quran Allah berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujurat: 13).

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan adam dan hawa serta keturunannya yang banyak serta memisahkan mereka serta menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling kenal-mengenal sehingga mereka bisa saling tolong-menolong serta memenuhi hak kerabat.

Apapun perbedaan semua manusia adalah sama. Yang membedakan derajat mereka adalah tingkatan ketaatan kepada Allah, bukan mereka yang memiliki kaum yang banyak dan bukan yang paling mulia nasabnya. Dengan mengetahui dan menghargai perbedaan tersebut maka akan pula meningkat ketakwaan kita terhadap Allah.

Selain menghargai perbedaan, penting juga untuk tidak mempertentangkan agama dengan Negara.

Abu Hamid al-Ghazali dalam Ihyâ’ ‘Ulûmid Dîn mengatakan, “Kekuasaan (negara) dan agama merupakan dua saudara kembar. Agama adalah landasan, sedangkan kekuasaan adalah pemelihara. Sesuatu tanpa landasan akan roboh. Sedangkan sesuatu tanpa pemelihara akan lenyap.”

Pancasila sebagai landasan Negara tidak perlu lagi dipertentangkan dengan agama yang dianut. Karena Pancasila sudah menjadi kesepakatan bersama, Pancasila tidak boleh diganti dengan ideologi lain. Mempertentangkan agama dan Pancasila sebenarnya bisa diartikan tidak mencintai dan menghargai perjuangan dan kepuusan para pejuang.

Momen kemerdekaan ini adalah berusaha mengintropeksi diri untuk terus merdeka, maju dan mampu melawan penjajahan diri. Pada peringatan hari kemerdekaan kali ini, cobalah untuk sejenak merenungkan apa yang telah kita lakukan dan kerjakan di saat Negara telah merdeka. Apa yang sudah kita perbuat untuk memerdekakan diri kita.

Allah sudah mengingatkan kita dalam firmannya yang berbunyi, “Dan katakanlah (wahai Muhammad): Bekerjalah kamu, maka sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang gaib dan yang nyata, kemudian Dia menerangkan kepada kamu tentang apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah Ayat 105).

Sejatinya Allah telah banyak melihat apa yang tengah kita lakukan dan kerjakan di dunia ini. Jadi janganlah kita merasa diri kurang dan tidak sempurna. Merasa apa yang dialami adalah buah dari ketidakadilan kehidupan, karena sejatinya apa yang telah kita lakukan merupakan cobaan dari Allah.

Sudah seharusnya di momen kemerdekaan Indonesia ini, kita jadikan sebagai semangat perjuangan kemerdekaan atas penjajahan diri sendiri yang harus dihilangkan. Dengan menjadi manusia yang berbudi, berakhlak dan mencintai negaranya sesungguhnya kita sudah memerdekan diri kita. Kita mampu bangkit melawan diri kita untuk semakin maju dan merdeka.

Dirgahayu RI ke 77 Tahun : Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat

 

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

nabi musa

Testament : The Story of Moses di Netflix, Bagaimana Nabi Musa Versi Al-Quran?

Film tentang Nabi Musa di Netflix cukup mendapatkan respon positif dari permisa. Film berjudul Testament …

hakikat zakat fitrah

Hakikat Zakat Fitrah : Laku Spiritual dan Solusi Sosial

Selain berpuasa sebagai bentuk ibadah, Ramadan juga menjadi momen bagi umat Islam untuk meningkatkan kedermawanan …