puasa
puasa

Istiqamah Menjaga Nilai Puasa Pasca Ramadan

Ramadan yang penuh keberkahan dan keutamaan telah berlalu. Bulan yang terkenal dengan bulan penuh kesabaran, ketakwaan, kemuliaan, keperkasaan dan bulan jihad melawan hawa nafsu. Di bulan inilah manusia dilatih dan dididik menjadi manusia yang bisa meraih title takwa.

Dalam fase kehidupan memang terasa cepat waktu berganti. Bulan Ramadan bagaikan pasar yang kemudian tutup. Beruntunglah orang yang mampu memanfaatkan momentum Ramadan ini untuk mencari kebaikan, dan belajar secara istiqomah tentang kebaikan. Dan termasuk merugi mereka yang tidak mampu memanfaatkan momen Ramadan ini dan hanya berkutat kepada hal buruk yang biasa mereka lakukan di bulan-bulan lainnya.

Jadi apa yang tertinggal dalam diri kita setelah Ramadan berlalu? Adakah jejak-jejak kebaikan yang masi tertempel pada diri kita seusai bulan Ramadan, atau malah amalan yang kita kerjakan malah memudar seiring berakhirnya bulan puasa? Ini merupakan sedikit pertanyaan yang sudah seharusnya kita renungkan.

Allah SAW berpesan kepada umatnya di dalam al-Quran, “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi tercerai-berai kembali” (QS. An-Nahl: 92).

Allah senantiasa melihat siapa di antara kita umatnya yang taat dan siapa yang bermaksiat. Allah akan menguji kita agar Allah melihat apakah kita tetap menjadi seorang hamba yang taat atau tidak. Karena itu, jangan sampai kita seperti pemintal benang yang mengurai kembali benangnya setelah dipintal.

Perumpamaan ini menggambarkan kondisi sebagian kita yang begitu cepat kembali kepada perbuatan dosa dan maksiat secepat berlalunya Ramadan. Padahal, selama sebulan penuh, kita melakukan ibadah salat wajib dan sunah dengan taat, dengan rutin membaca alquran dan berdzikir, serta menangis karena perbuatan dosa dan malu kepada Allah. Namun sayangnya, seketika kita mengurai dan menghapus semua kegiatan ibadah kita itu seiring dengan berlalunya Ramadan.

Rasulullah juga memberikan contoh dengan amalan yang dilakukan secara istiqamah, bukan pada musim-musim tertentu. Amalan yang dilakukan secara istiqamah akan lebih baik dan mampu mengungguli amalan yang tidak rutin, karena amalan yang dilakukan secara istiqamah lebih disukai oleh Allah. Rasulullah bersabda, “Tetaplah dalam kebenaran dan bersikaplah yang lurus. Ketahuilah, bahwasanya amalan seseorang tidak dapat memasukkannya ke dalam surga. Dan bahwasanya amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR Bukhar dan Muslim).

Semoga kita setelah melaksanakan Ramadan mempunyai ketekunan dan istiqamah dalam menjalankan kebaikan dan menjauhi keburukan. Ramadan akan terus menjadi nilai dalam diri meskipun tidak sedang berpuasa.

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

nabi musa

Testament : The Story of Moses di Netflix, Bagaimana Nabi Musa Versi Al-Quran?

Film tentang Nabi Musa di Netflix cukup mendapatkan respon positif dari permisa. Film berjudul Testament …

hakikat zakat fitrah

Hakikat Zakat Fitrah : Laku Spiritual dan Solusi Sosial

Selain berpuasa sebagai bentuk ibadah, Ramadan juga menjadi momen bagi umat Islam untuk meningkatkan kedermawanan …