suami milik ibu2

Istri Milik Suami, Suami Milik Ibu?

Dalam biduk rumah tangga, setiap pasangan suami istri pasti mengharapkan dan mencintai kehidupan yang damai dalam rumah tangga. Kedamaian dan keharmonisan itu ditunjang oleh berbagai hal, terutama bagaimana cara suami dan isteri saling mengasihi dan mengerti dan juga tentang bakti mereka kepada kedua orang tua mereka.

Bagaimanapun orang tua adalah orang yang menjadi sebab kedua mempelai hadir di dunia ini dan dipertemukan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam ikatan pernikahan. Namun akhir-akhir ini santer terdengar, tentang seorang suami yang harus lebih mengutamakan ibunya dibanding istrinya, lantas benarkah ungkapan tersebut?

Dalam kitab Uqudul Lujain, terdapat hadist yang mejelaskan bahwa, “Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Siapakah yang paling berhak atas wanita (isteri)? Rasulullah menjawab, “Suaminya” Lalu aku bertanya lagi, “Siapa yang paling berhak atas laki laki (berarti konteks di sini suaminya)? Rasulullah menjawab, “Ibunya”.

Terdapat prinsip dalam agama Islam yang menyatakan bahwa “suami adalah milik ibunya.” Meskipun konsep ini mungkin terdengar kontroversial pada pandangan awal, ia sebenarnya menekankan pentingnya menjaga hubungan yang bijak antara seorang suami dengan ibunya. Konsep ini juga mencerminkan bagaimana Islam memandang pentingnya keseimbangan dalam hubungan keluarga, terutama dalam konteks pernikahan.

Pada pandangan pertama, mungkin terlihat bahwa seorang suami yang “milik” ibunya berarti bahwa suami harus tunduk sepenuhnya pada ibunya dan melupakan kewajibannya terhadap istri. Namun, pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep ini mengungkapkan bahwa suami memiliki kewajiban untuk memberikan perhatian dan hormat kepada ibunya tanpa melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Dalam konteks ini, mari kita menjelajahi konsep “suami milik ibunya” dalam Islam dan bagaimana ajaran ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam hubungan keluarga.

Memahami Konsep “Suami Milik Ibu” dalam Islam

Konsep “suami milik ibunya” dapat diartikan sebagai suatu prinsip yang menekankan pentingnya hubungan antara seorang suami dan ibunya. Dalam Islam, seorang suami memiliki tanggung jawab terhadap istri dan keluarganya, namun dia juga memiliki kewajiban moral untuk menjaga hubungan yang baik dengan ibunya. Prinsip ini menegaskan bahwa seorang suami tidak boleh mengabaikan ibunya dalam usahanya memenuhi kebutuhan istri dan keluarganya.

Hal ini juga mencerminkan kebijaksanaan dalam menjaga keseimbangan antara kewajiban kepada ibu dan istri. Dalam banyak budaya, terutama di masyarakat yang lebih tradisional, suami mungkin menghadapi tekanan atau konflik antara ibu dan istri. Konsep “suami milik ibunya” mengingatkan suami untuk memberikan perhatian dan hormat kepada ibunya tanpa melupakan kewajibannya terhadap istri. Ini adalah langkah penting dalam menjaga harmoni dalam keluarga.

Dalam pandangan Islam, Rasulullah SAW adalah tauladan utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Terdapat sebuah hadis yang menguatkan konsep “suami milik ibunya” dan menunjukkan betapa pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan ibu. “Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat tentang siapa yang pantas mendapat perlindungan terbesar setelah Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah dengan tegas menjawab, “Ibumu.” (HR Bukhari Muslim)

Dengan jawaban ini, Rasulullah menekankan bahwa ibu memiliki tempat yang sangat istimewa dalam Islam. Ini mencerminkan pentingnya memberikan perlakuan yang baik dan hormat kepada ibu, bahkan setelah seseorang menikah dan memiliki kewajiban terhadap istri dan keluarga.

Keseimbangan dalam Hubungan Keluarga

Konsep “suami milik ibunya” juga menggarisbawahi pentingnya menjaga keseimbangan dalam hubungan keluarga. Ini mencakup menjaga hubungan yang baik dengan ibu tanpa mengesampingkan kewajiban terhadap istri. Dalam Islam, suami memiliki kewajiban untuk memberikan nafkah, perlindungan, dan perhatian kepada istri. Namun, ini tidak boleh dijadikan alasan untuk mengabaikan ibu.

Dalam konteks keseimbangan, seorang suami harus berusaha untuk menjaga hubungan yang sehat dengan ibunya tanpa melupakan tanggung jawabnya terhadap istri. Ini melibatkan komunikasi yang baik antara suami, istri, dan ibu. Ketika ada ketegangan atau konflik, upaya harus dilakukan untuk mencapai solusi yang adil dan bijak yang memenuhi kebutuhan semua pihak.

Penting juga untuk diingat bahwa konsep “suami milik ibunya” bukan berarti suami harus tunduk sepenuhnya pada ibunya. Sebaliknya, itu adalah pengingat tentang pentingnya memberikan perhatian dan hormat kepada ibu tanpa mengabaikan kewajiban terhadap istri dan keluarga. Ini adalah manifestasi dari ajaran Islam yang menekankan pentingnya keseimbangan, keadilan, dan etika dalam semua aspek kehidupan.

Terdapat beberapa cara yang bisa di terapkan suami supaya terdapat keseimbangan untuk istri dan ibunya. Yakni dengan berbicara dengan Ibu dengan rasa hormat. Suami dapat menjaga hubungan yang baik dengan ibu dengan berbicara dengannya dengan hormat dan kasih sayang. Ini mencerminkan nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya penghormatan terhadap orang tua.

Komunikasi terbuka dengan istri. Bagi seorang suami perlu untuk berkomunikasi dengan istri secara terbuka dan jujur. Ini membantu menghindari konflik dan memastikan bahwa istri merasa didengar dan dihormati.

Memberikan waktu yang cukup untuk ibu dan istrinya. Suami dapat membagi waktu dengan bijak antara ibu, istri, dan keluarga. Ini mencakup memberikan waktu kualitas untuk istri tanpa melupakan ibu. Namun apabila dirasa keduanya merasa kurang dan terdapat ketegangan antara ibu dan istri, suami harus berusaha mencari solusi yang bijak dan adil. Ini melibatkan mendengarkan kedua belah pihak dan mencari solusi yang memenuhi kebutuhan semua pihak.

Konsep dari “suami milik ibunya” menekankan pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan ibu tanpa mengabaikan kewajiban terhadap istri dan keluarga. Ini mencerminkan prinsip keseimbangan, etika, dan penghormatan dalam hubungan keluarga. Rasulullah SAW sendiri memberikan teladan tentang pentingnya menjaga hubungan dengan ibu.

Dalam praktiknya, suami harus berusaha menjaga keseimbangan waktu dan perhatian antara ibu dan istri, serta mencari solusi bijak ketika terjadi konflik. Ini adalah langkah penting dalam menjaga harmoni dalam keluarga dan mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Bagikan Artikel ini:

About Sefti Lutfiana

Mahasiswa universitas negeri jember Fak. Hukum

Check Also

akhlak karimah

Ataraxia dan Akhlak Mulia: Belajar Tiga Sifat Penghuni Surga

Konsep ataraxia dalam filsafat Yunani kuno mengacu pada keadaan ketenangan jiwa yang bebas dari kecemasan …

sinar matahari

Hikmah Larangan Rasul, Duduk di Tempat yang Setengah Terkena Matahari dan Setengahnya Teduh

Salah satu ajaran Nabi Muhammad yang sering kali tampak sederhana namun mengandung kedalaman makna adalah …