ilustrasi

Isu “Wanita Panggilan” Yang Menyeret Seorang Gubernur di Era Umar bin Khaththab

Konon, pelacuran adalah salah satu profesi tertua di dunia. Saya tidak tahu apakah di era Nabi atau Abu Bakar sudah ada fenomena pelacuran. Namun setahu saya, tidak ada riwayat yang menyebutkan tentang hal itu. Baru di era Umar bin Khaththab, isu soal “wanita panggilan” mulai tercium, terutama ketika ada kasus yang menjerat salah satu gubernur Umar yang bernama Mughirah bin Syu’bah.

Mughirah pernah dituduh melakukan hubungan suami istri dengan sosok perempuan yang diduga adalah Ummu Jamil, seorang yang pada waktu itu dikenal dengan sebutan “wanita panggilan”. Dalam kitab sejarah klasik, ia disebut-sebut sebagai wanita yang kerap kali memberi jasa panggilan kepada para pemuka penguasa di era itu. Dalam Tarikh al-Thabari, Ummu Jamil disebut berasal dani Bni ‘Amir bin Sha’sha’ah.

Dalam Tarikh Ibn Katsir, disebut pula riwayat lain yang menyebut Ummu Jamil berasal dari Bani Hilal. Ummu Jamil sendiri adalah janda dari seorang lelaki Bani Tsaqif yang sudah meninggal. Kemungkinan sejak ia menjanda, ia menjadi “wanita panggilan”, suatu profesi yang juga dilakukan oleh sejumlah wanita lain di zamannya.

Kasus yang menyeret Gubernur Mughirah ini banyak disebut dalam kitab tarikh, termasuk Tarikh Ibn Katsir dan Tarikh al-Thabari. Berikut kisah detailnya sebagaimana yang disarikan dari kitab ­al-Bidayah wa al-Nihayah karya Ibnu Katsir atau yang lebih dikenal dengan nama Tarikh Ibn Katsir dan Tarikh al-Umam wa al-Muluk karya al-Thabari atau yang lebih dikenal dengan nama Tarikh al-Thabari:

Suatu ketika, Ummu Jamil terlihat masuk ke rumah Mughirah, gubernur Bashrah di bawah otoritas kekuasaan Umar bin Khaththab. Kediaman Mughirah berdekatan dengan rumah rivalnya, Abu Bakrah. Bahkan saking dekatnya, rumah mereka berdua hanya dipisah oleh setapak jalan. Rumah Abu Bakrah memilki jendela dengan tirai kain yang persis menghadap ke jendela rumah Mughirah. Sehingga keduanya bisa saling mengintip sewaktu tirai jendelanya terbuka.

Ketika Bakrah sedang asyik ngobrol bersama rekan-rekannya, tiba-tiba angin kencang menyibak tirai jendelanya. Ia pun bangkit untuk menutupnya. Namun dari jendelanya yang terbuka itu, Bakrah melihat jendela Mughirah juga terbuka. Betapa sangat terkejut saat ia melihat Mughirah sedang melakukan hubungan suami istri dengan seorang wanita.

“Hai kalian! Lihatlah ke sini, gubernur kalian sedang berzina dengan Ummu Jamil!” Kata Bakrah mengajak teman-temannya. Mereka semua kompak menyaksikan adegan dewasa itu dari balik tirai jendela.

“Dari mana kamu tahu kalau wanita itu memang benar adalah Ummu Jamil? Kan wajah mereka berdua tidak terlihat jelas.” Tanya rekan-rekanya kepada Bakrah.

“Tunggu saja mereka selesai!” Jawab Bakrah.

Setelah adegan suami istri itu selesai, wanita itu berdiri. “Itu benar Ummu Jamil.” Kata Bakrah.

Akhirnya Bakrah dan rekan-rekannya bisa mengenali wanita itu sebagai Ummu Jamil seperti yang sudah mereka duga. Saat Mughirah hendak mengimami salat subuh, ia dilarang oleh Bakrah dengan alasan ia sudah berzina dengan Ummu Jamil. Dan kasak kusuk soal dugaan perzinahan Gubernur Mughirah pun tersebar luas.

Penduduk Bashrah berkirim surat kepada Umar di Madinah, mengadukan isu liar yang menyeret nama gubernurnya itu. Tanpa menggunakan asas praduga tak bersalah, Umar langsung mencopot Mughirah dari jabatannya sebagai gubernur, lalu mengirim Abu Musa al-Asy’ari sebagai penggantinya.

Abu Musa berangkat menuju Bashrah untuk mengambil alih jabatan gubernur yang sudah dimandatkan oleh Umar. Mengetahui kabar kedatangan Abu Musa ke Bashrah, Mughirah berkata, “Demi Allah! Kedatangan Abu Musa ke Bashrah bukan dalam rangka kunjungan atau perdagangan, tapi dalam rangka menggantikan posisiku sebagai gubernur.”

Setiba di Bashrah, Abu Musa langsung menyerahkan surat dari Umar kepada Mughirah yang berisi:

“Aku sudah mendengar berita menggemparkan! Aku kirim Abu Musa untuk menggantikanmu sebagai gubernur, serahkan seluruh kewenanganmu kepadanya, secepatnya!”

Selain berkirim surat secara khusus kepada Mughirah, Umar juga menulis pesan yang ditujukan kepada seluruh penduduk Bashrah. Isi pesan tersebut berbunyi:

“Aku sudah mengangkat Abu Musa al-Asy’ari sebagai gubernur baru bagi kalian, agar ia mengambil sebagian hak dari kalian yang kuat untuk disalurkan kepada kalian yang lemah. Agar ia melindungi kalian dari para musuh, membela agama kalian, menarik pajak lalu membagikannya (secara adil) kepada kalian.”

Sebelum Mughirah dan para saksi yang terdiri dari Abu Bakrah, Nafi’ bin Kaladah, Ziyad bin Abihi dan Syibl bin Ma’bad diberangkatkan untuk menghadiri persidangan Umar di Madinah, Mughirah masih sempat menghadiahi budak kesayangannya yang bernama Aqilah kepada Abu Musa. Aqilah adalah wanita cantik yang berasal dari Thaif.

Lalu berangkatlah Mughirah dan Abu Bakrah bersama ketiga rekannya, Nafi’ bin Kaladah, Ziyad bin Abihi dan Syibl bin Ma’bad menuju Madinah untuk memberikan keterangan dan kesaksian atas peristiwa mengguncangkan itu.

Di hadapan Umar, mereka dimintai keterangan. Keterangan pertama dimulai dari Mughirah, “Tanyakan saja kepada mereka berempat bagaimana mereka menyaksikanku? Apakah saat itu aku membelakangi mereka atau menghadap ke arah mereka? Bagaimana cara mereka melihat atau mengenali sosok wanita itu? Kalau memang aku menghadap mereka, kenapa mereka tidak menutup tirai jendelanya? Atau kalau pun aku membelakangi mereka, atas dasar apa mereka berhak mengintip ke rumahku dan istriku? Demi Allah, wanita yang waktu itu aku berhubungan intim tak lain adalah istriku sendiri, memang tampak mirip dengan Ummu Jamil.”

Lalu Umar beralih kepada para saksi. Dimulai dari Abu Bakrah untuk menyampaikan kesaksian. Bakrah tak ragu mengatakan bahwa ia benar-benar menyaksikan Mughirah mengangkangi Ummu Jamil dan melihatnya melakukan penetrasi terhadap Ummu Jamil, seperti masuknya batang celak ke dalam wadahnya.

“Bagaimana kamu melihat mereka berdua?” Tanya Umar.

“Mereka membelakangiku.” Jawab Bakrah.

“Bagaimana kamu bisa memastikan mereka berdua adalah Mughirah dan Ummu Jamil?” Tanya Umar lagi.

“Kemungkinan besar memang mereka.” Jawab Bakrah. Lalu Syibl bin Ma’bad memberikan kesaksian serupa.

Nafi’ bin Kaladah juga memberikan keterangan yang kurang lebih sama dengan kesaksian Bakrah dan Syibl. Hanya Ziyad bin Abihi yang memberikan kesaksian berbeda, “Pada waktu itu aku memang melihat Mughirah mengangkangi wanita yang terlentang. Aku lihat sepasang kaki saling bertumpu dan tersingkap. Aku juga mendengar suara desahan yang cukup kencang.”

Umar bertanya, “Apakah kamu menyaksikan penetrasi seperti batang celak ke wadahnya?”

“Tidak.” Jawab Ziyad.

“Apakah kamu mengenali siapa sosok wanita itu?” Tanya Umar.

“Tidak. Tapi mirip Ummu Jamil.” Jawab Ziyad.

Akibat pernyataan Ziyad berbeda dari ketiga rekannya, secara otomatis kesaksian soal dugaan kasus perzinahan Mughirah gagal. Karena kesaksian soal tuduhan perzinahan mengharuskan adanya empat orang saksi laki-laki yang sama-sama melihat langsung proses penetrasi. Umar lalu mencambuk Bakrah, Nafi’ dan Syibl sebanyak 80 kali atas hukuman qadzaf (menuduh zina). Sedangkan Ziyad terbebas dari hukum cambuk karena kesaksiannya tidak secara eksplisit menuduh, alias ia masih ragu-ragu.

“Kalau begitu, mohon bebaskan aku dari tuduhan ini, wahai Amirul Mukminim.” Mughirah memohon kepada Umar.

“Tutup mulutmu! Demi Allah! Andai kesaksian mereka berempat terpenuhi, maka akulah yang akan merajammu dengan batu-batumu sendiri.” Jawab Umar tegas.

Wallahua’lam.

 

Bagikan Artikel ini:

About Musyfiqur Rahman

Mahasiswa Pascasarjana Konsentrasi Kajian Timur Tengah, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan alumnus Pondok Pesantren Annuqayah, Sumenep. Penerjemah dan peminat kajian budaya dan geopolitik Dunia Arab. Twitter/IG: @syahdaka

Check Also

imam syafii

Kisah Lelaki yang Memborong Kitab Imam al-Syafi’i Karena Terpukau Ilmunya

Dalam kitab Hilyah al-Auliya’ karya Abu Nu’aim al-Isfahani disebutkan sebuah riwayat dari al-Rabi’ bin Sulaiman, …

khalifah ustman

Ketika Khalifah Utsman Mengabaikan Nasihat Istrinya

Dalam sejarah panjang umat manusia, memang tidak banyak pemimpin-pemimpin hebat dunia dari kalangan perempuan. Otoritas-otoritas …