Banyak manusia yang terperdaya oleh kemegahan dunia dan mengira bahwa nikmat dunia akan kekal, bahkan tak sedikit manusia yang justru fokus kepada dunia hingga mereka melupakan akhiratnya. Allah memang memiliki tujuan mengapa sebelum akhirat Allah memberikan manusia hidup di alam dunia ini.
Di alam dunia ini manusia di harapkan untuk beribadah kepada Allah dan menyibukkan diri untuk sesuatu yang bermanfaat untuk bekal kehidupan kita kelak di akhirat. Jika seorang manusia yang berakal pasti mereka akan memilih perbuatan yang baik, bukan yang buruk dan lebih mengutamakan kehidupan yang bersifat abadi bukan yang sementara.
Jika kehidupan di dunia dirasa sangat berat dan terlampau lama karena manusia hidup berpuluh-puluh tahun lamanya, bagaimana dengan kehidupan akhirat yang akan kita lalui selamanya? Kesedihan, kesengsaraan yang dirasakan di dunia hanyalah sementara, jika manusia memilih untuk taat, maka ia akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas perbuatan yang mereka lakukan.
Allah berfirman dalam al-Quran, “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (al-Mu’min; 39)
Karena itulah janganlah kita sebagai seorang hamba Allah justru tertipu dengan gemerlapnya dunia sehingga kita lupa bahwa seluruh manusia yang ada di dunia ini diciptakan Allah untuk beribadah dan taat kepada-Nya. Manusia harus mampu mencari jalan kebahagiaan yang kekal bukan untuk kebahagiaan di dunia namun juga kebahagiaan di akhirat.
Allah SWT menjelaskan kepada manusia bahwa kehidupan dan kesenangan dunia hanyalah seperti mainan dan sesuatu yang lucu, sebagai bahan tertawaan dan perhiasan untuk melengkapi dandanan mereka. Lebih lanjut, para penghuni dunia berbangga-bangga dengan harta dan keturunan yang dianugerahkan kepadanya. Padahal dunia sifatnya sementara dan hanya berlangsung beberapa saat lalu hilang lenyap dan berakhirlah wujudnya.
Allah mengibaratkan bumi yang terkena hujan lebat lalu menumbuhkan tanaman-tanaman yang indah, petani yang bersuka cita karena membuat tanamannya tumbuh subur, namun kesenangan tersebut hanya bersifat sementara jika Allah menurunkan angin untuk menerpa tanaman tersebut dan membuat tanaman tersebut berguguran dan mengakibatkan gagal panen.
Kita mengimani adanya surga dan neraka kelak di akhirat nanti. Surga merupakan tempat bagi manusia-manusia yang beriman kepadanya, dan neraka merupakan rumah pulang bagi mereka yang sangat mencintai dunia sehingga meninggalkan amal-amal saleh, dan melibatkan dirinya dalam kemusyrikan bahkan rela menjadi penyembah berhala.
Tidak dipungkiri bahwa, manusia diciptakan untuk hidup di dunia, namun bukan berarti hidup selamanya di dunia. Karena tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada-Nya. Rasulullah SAW pernah berpesan bahwa, “Orang cerdas adalah orang yang mengekang hawa nafsunya dan mempersiapkan perbekalan untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang lemah adalah orang yang menuruti hawa nafsunya lalu berangan-angan terhadap Allah.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan Baihaqi)
Kesenangan-kesenangan yang bersifat duniawi bukanlah sesuatu yang kekal, mustinya tidak ada umat manusia yang terperdaya dan lupa akan akhiratnya. Jangan sampai urusan rasa dan hawa nafsu yang merupakan salah satu anugerah dari Allah untuk manusia justru malah membuat manusia menjadi abai dan lupa kepada siapa yang Menciptakannya.