JAKARTA – Organisasi Islam Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) telah lahir sebelum Indonesia merdeka sekitar tahun 1937, NWDI dikala itu hadir untuk memberantas buta hurup dan kebodohan agar keluar dari jeratan tipu daya penjajah, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid mendirikan NWDI selain untuk mencerdaskan anak bangsa, juga sebagai bentuk perlawanan kepada para penjajah, kontribusi yang besar inilah yang kemudian wajib diingat dan diteladani oleh masyarakat Indonesia serta NTB secara khusus.
Dalam rentang usia yang cukup matang, NWDI sebagai organisasi kemasyarakatan telah banyak melahirkan para tuan guru, cendikiawan serta para pemimpin di Indonesia. Tuan Guru Bajang (TGB) HM Zainul Majdi yang merupakan salah satu cucu dari pendiri NWDI telah diakui kiprahnya baik nasional maupun internasional merupakan salah satu bukti bagaimana NWDI melahirkan para cerdik cendikiawan yang sekaligus menjadi ulama.
Kontribusi generasi NWDI yang turut membangun Indonesia menjadi satu hal yang tidak dapat dipandang sebelah mata, karena kemerdekaan Indonesia lahir dari para ulama yang berada di organisasi Islam. Ketua Umum PB Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah (NWDI) Tuan Guru Bajang (TGB) HM Zainul Majdi mengajak umat Islam membuka mata untuk melihat bahwa ormas Islam di Indonesia memiliki peran penting untuk kemajuan bangsa.
“Kontribusi ormas Islam ini hadir sebelum adanya negara Indonesia,” kata TGB, saat webinarnasional dengan tema “Kontribusi Strategis Ormas Islam pada Bangsa dan Negara” yang merupakan rangkaian Muktamar Pertama NWDI, dalam keterangan tertulis diterima wartawan di Mataram, seperti dikutip dari laman republika.co.i dSelasa (18/1/2022).
Pembahasan mengenai ormas Islam ini, kata TGB, sapaan akrabnya, bukan bermaksud untuk membanggakan, tetapi untuk memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai peran ormas Islam untuk Indonesia di masa mendatang.
Kiprah ormas Islam setelah Indonesia lahir, lanjut TGB, tak sekadar berbicara mengenai keislaman dan kebangsaan, namun juga memberikan kemaslahatan dan banyak manfaat bagi umat.Ia mencontohkan pendirian NWDI yang jauh sebelum masa kemerdekaan sekitar 1937.
NWDI sebagai wadah membangun dan mencetak generasi menjadi kader, bukan sekadar untuk agama, tapi bangsa.”Sangat visioner ketika pendiri NWDI Maulanasyaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid membuka madrasah pertama dan memberi nama Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah,” ucapnya.
Pahlawan Nasional asal NTB tersebut, menurut TGB, merancang tentang nahdlah (persatuan). Tak hanya Islamiyah, tapi juga persatuan negara atau wathaniyah yang menjadi titik tekan.Lebih jauh, TGB memaparkan, ormas Islam yang lebih dahulu lahir, seperti Syarikat Islam, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Al Irsyad, Persis, Al Wasliyahdan Al Khairat, dalam setiap masa berbeda, namun ormas Islam tak kehilangan orientasi.
“Tak kehilangan arah, mampu beradaptasi dalam situasi, sebelum maupun sesudah kemerdekaan. Pemerintah memiliki pendekatan yang berbeda,” ujar mantan Gubernur NTB dua periode ini.
Hal ini, diakui TGB, sebagai pengamalan yang konkrit dan bagian dari hikmah adalah kemampuan adaptasi positif, sehingga perubahan lingkungan strategis dapat direspons dengan baik.”Sehingga ormas Islam tetap kontributif dan memberi yang terbaik bagi bangsa dan negara,” ujarnya.
Hadir dalam webinar ini, Cendikiawan Muslim Prof H Azyumardi Azra, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof H Nazaruddin Umar, akademisi Prof H Jamaluddin dan Duta Besar Indonesia untuk Turki Dr Lalu Muhammad Iqbal.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah